Penyebab Rupiah Rontok ke Level Rp14.711/USD Versi Menko Darmin

Jum'at, 31 Agustus 2018 - 17:48 WIB
Penyebab Rupiah Rontok...
Penyebab Rupiah Rontok ke Level Rp14.711/USD Versi Menko Darmin
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, beberapa penyebab rupiah terus anjlok hingga mencapai Rp14.711/USD. Dia mengatakan bahwa krisis di Argentina membuat rupiah terus rontok menghadapi dolar Amerika Serikat (USD)

"Iya, hal ini dominan karena Argentina. Nantinya coba lihat kurs di semua negara Asia Tengara, Malaysia sama Thailand itu biasanya hampir enggak ada tertekan. Tapi kemarin dia juga melemah mata uangnya. Semua negara di kawasan ini juga alami itu," ujar Menko Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/8/2018).(Baca Juga: Sri Mulyani Waspada Kejatuhan Rupiah Tembus Rp14.700/USDSambung dia mengatakan bahwa krisis Argentina cukup membuat pasar terkejut. Hal itu membuat sejumlah mata uang di Asia Tengagra juga mengalami pelemahan. Sebab, Argentina telah mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar USD50 miliar.

"Semua negara di Asia Tenggara (mata uangnya mengalami pelemahan), termasuk Malaysia dan Thailand (yang sebelumnya) hampir enggak ada tekanan. Memang ada unsur agak surprise juga urusan Argentina ini. Banyak orang menganggap mestinya akan survive dengan (bantuan IMF), tapi ternyata gerakan capital outflow-nya masih besar," paparnya.

Darmin menyebutkan BI telah meningkatkan intensitas intervensinya di pasar. Sebab, BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi menjaga stabilitas sistem keuangan dalam negeri khususnya terkait pelemahan nilai tukar. Sementara itu Ia menerangkan sentimen eksternal masih terus mempengaruhi pasar secara dominan.

"Dampaknya hanya sentimen ke pasar, tapi sedikit karena hubungan kita dan Amerika Latin sedikit dibandingkan hubungan dengan Turki. Artinya secara umum akan ada dampaknya. Sampai kemudian bisa direm di sana, baru kemudian tenang secara global. Coba saja negara paling maju pun, lihat Kanada, Inggris, semua kena bukan cuma negara berkembang," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0907 seconds (0.1#10.140)