Perbesar Ekspor, PTDI Telah Kirim 48 Unit Pesawat ke Negara Asia
A
A
A
BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tercatat telah mengekspor sekitar 48 unit pesawat ke berbagai negara di kawasan Asia. Saat ini, perusahaan dirgantara ini juga terus memperbesar penetrasi ekspor ke negara berbeda.
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengungkapkan, sejak berdiri pada tahun 1976, pihaknya mencatat telah mengekspor 48 unit pesawat. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor di antaranya Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab, Senegal, Brunei Darussalam, Pakistan dan Korea Selatan.
Seiring produksi pesawat yang kian pesat, PTDI juga terus membuat perencanaan ekspor. Periode 2018-2020 misalnya, perseroan telah mengantongi Kontrak Berjalan Ekspor berupa dua unit pesawat NC212i Paratroop version untuk Kemeterian Pertanian Thailand. Juga satu unit CN235 -220 Troop & Paratroop version untuk Tentara Nepal dan 1 unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft untuk Angkatan Udara Senegal.
“Total nilai kontrak yang dikantongi perseroan sampai 2020 tercatat sebesar US$79,80 juta. Pesawat CN235-220 akan dibeli oleh negara-negara antara lain Pantai Gading, Australia, Senegal, dan Nepal. Sedangkan untuk pesawat NC212i akan kembali dibeli oleh Filipina dan Senegal,” kata Elfien Goentoro pada Awarding Day di Kawasan PTDI, Kota Bandung, Rabu (12/9/2018).
Sementara pengadaan pesawat yang terealisasi tahun ini untuk kontrak dua unit NC212i (Light Lift Fixed Wing Aircraft / LLFWA) untuk Angkatan Bersenjata Filipina. Serta tiga unit NC212i Miltrans untuk Angkatan Udara Vietnam dengan total nilai kontrak sebesar USD35,53 Juta.
"Strategi kami mendorong penjualan ekspor antara lain bersinergi dengan para stakeholder. Termasuk bekerjasama dengan financial institution untuk kebutuhan pendanaan kami," ungkap Elfien.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, pemerintah terus memberikan dukungan kepada PTDI untuk terus meningkatkan kiprahnya baik di dalam maupun luar negeri. Di tengah kondisi pelemahan mata uang rupiah, pihaknya berharap PTDI dapat meningkatkan ekspor.
“Dalam jangka panjang, PTDI juga terus meningkatkan daya saing produksi. Dengan begitu diharapkan bisa terus melebarkan sayapnya. TIdak hanya di negara-negara Asia tetapi juga di Eropa, Amerika dan Afrika,” ungkap Harry.
Dia mengaku mengapresiasi berbagai produk yang telah dihasilkan oleh PT DI sejak berdiri. Antara lain produksi pesawat terbang, komponen struktur pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa rekayasa. Selama 42 tahun, PTDI telah menyerahkan lebih dari 400 pesawat terbang kepada 49 operator sipil dan militer, di dalam dan luar negeri.
PT DI juga memproduksi berbagai jenis pesawat terbang CN235 dengan type certificate untuk penumpang sipil, kargo, pembuat hujan, transportasi militer, patroli maritim, survei dan pengawas pantai.
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengungkapkan, sejak berdiri pada tahun 1976, pihaknya mencatat telah mengekspor 48 unit pesawat. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor di antaranya Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab, Senegal, Brunei Darussalam, Pakistan dan Korea Selatan.
Seiring produksi pesawat yang kian pesat, PTDI juga terus membuat perencanaan ekspor. Periode 2018-2020 misalnya, perseroan telah mengantongi Kontrak Berjalan Ekspor berupa dua unit pesawat NC212i Paratroop version untuk Kemeterian Pertanian Thailand. Juga satu unit CN235 -220 Troop & Paratroop version untuk Tentara Nepal dan 1 unit CN235-220 Maritime Patrol Aircraft untuk Angkatan Udara Senegal.
“Total nilai kontrak yang dikantongi perseroan sampai 2020 tercatat sebesar US$79,80 juta. Pesawat CN235-220 akan dibeli oleh negara-negara antara lain Pantai Gading, Australia, Senegal, dan Nepal. Sedangkan untuk pesawat NC212i akan kembali dibeli oleh Filipina dan Senegal,” kata Elfien Goentoro pada Awarding Day di Kawasan PTDI, Kota Bandung, Rabu (12/9/2018).
Sementara pengadaan pesawat yang terealisasi tahun ini untuk kontrak dua unit NC212i (Light Lift Fixed Wing Aircraft / LLFWA) untuk Angkatan Bersenjata Filipina. Serta tiga unit NC212i Miltrans untuk Angkatan Udara Vietnam dengan total nilai kontrak sebesar USD35,53 Juta.
"Strategi kami mendorong penjualan ekspor antara lain bersinergi dengan para stakeholder. Termasuk bekerjasama dengan financial institution untuk kebutuhan pendanaan kami," ungkap Elfien.
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, pemerintah terus memberikan dukungan kepada PTDI untuk terus meningkatkan kiprahnya baik di dalam maupun luar negeri. Di tengah kondisi pelemahan mata uang rupiah, pihaknya berharap PTDI dapat meningkatkan ekspor.
“Dalam jangka panjang, PTDI juga terus meningkatkan daya saing produksi. Dengan begitu diharapkan bisa terus melebarkan sayapnya. TIdak hanya di negara-negara Asia tetapi juga di Eropa, Amerika dan Afrika,” ungkap Harry.
Dia mengaku mengapresiasi berbagai produk yang telah dihasilkan oleh PT DI sejak berdiri. Antara lain produksi pesawat terbang, komponen struktur pesawat terbang, jasa perawatan pesawat terbang dan jasa rekayasa. Selama 42 tahun, PTDI telah menyerahkan lebih dari 400 pesawat terbang kepada 49 operator sipil dan militer, di dalam dan luar negeri.
PT DI juga memproduksi berbagai jenis pesawat terbang CN235 dengan type certificate untuk penumpang sipil, kargo, pembuat hujan, transportasi militer, patroli maritim, survei dan pengawas pantai.
(akr)