Rupiah Hari Ini Masih Loyo di Posisi Rp15.690 per USD, Cermati Sentimennya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore ini ditutup melemah 91 poin ke level Rp15.690 setelah sebelumnya sempat menguat ke level Rp15.599. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS menguat setelah data inflasi AS membuat para pelaku pasar waspada terhadap sentimen hawkish dari The Fed .
Sementara data upah yang positif dan inflasi yang tinggi memicu spekulasi massal mengenai apakah BOJ akan mengakhiri kebijakan ultra-longgarnya pada minggu ini.
Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah, setiap sinyal mengenai rencana penurunan suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat. Namun bank sentral juga mungkin akan mengambil tindakan yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar, terutama karena data terbaru menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Februari.
Kemudian, spekulasi berakhirnya kebijakan suku bunga negatif dan pengendalian kurva imbal hasil BOJ. BOJ memulai pertemuan dua harinya pada hari Senin, dengan keputusan yang ditunggu-tunggu akan dirilis pada hari Selasa.
Namun para analis masih belum sepakat mengenai apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret atau April, dengan konsensus umum sedikit condong ke arah kenaikan suku bunga pada bulan April. BOJ diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 20 basis poin menjadi 0,1% dari negatif 0,1%.
Dari sentimen domestik, Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan berpotensi terus menyempit sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mencapai USD870 juta, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar USD2,02 miliar.
Surplus yang berlanjut hingga Februari 2024 bukanlah kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari penurunan pertumbuhan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Tercatat, ekspor Februari 2024 turun sebesar 5,79%, sementara impor turun 0,29% secara bulanan.
Lebih lanjut, surplus perdagangan pada Januari dan Februari 2024 yang hanya mencapai USD2,87 miliar secara kumulatif, lebih rendah dari periode yang sama pada 2023, berpotensi menurunkan neraca transaksi berjalan di kuartal pertama 2024.
Surplus perdagangan diperkirakan masih akan berlanjut, tetapi cenderung menyempit pada 2024. Penurunan permintaan baik di dalam maupun di luar negeri berpotensi semakin menekan kinerja perdagangan.
Oleh karena itu, menjaga konsumsi di dalam negeri perlu terus diupayakan agar perusahaan masih bisa berproduksi. Di sisi lain, transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh pendapatan primer, bukan hanya karena aktivitas perdagangan, yang dipengaruhi oleh aktivitas arus investasi portofolio, investasi langsung dan lainnya.
Sementara itu, baik neraca jasa maupun neraca pendapatan primer selama 15 tahun selalu mencatatkan defisit dan menekan kinerja transaksi berjalan. Oleh karena itu, jika neraca perdagangan barang tidak mengalami surplus yang tinggi, maka akan sulit bagi transaksi berjalan Indonesia untuk mencatatkan surplus.
Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.680 - Rp15.760.
Sementara data upah yang positif dan inflasi yang tinggi memicu spekulasi massal mengenai apakah BOJ akan mengakhiri kebijakan ultra-longgarnya pada minggu ini.
Meskipun The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah, setiap sinyal mengenai rencana penurunan suku bunga pada tahun 2024 akan diawasi dengan ketat. Namun bank sentral juga mungkin akan mengambil tindakan yang lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar, terutama karena data terbaru menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Februari.
Kemudian, spekulasi berakhirnya kebijakan suku bunga negatif dan pengendalian kurva imbal hasil BOJ. BOJ memulai pertemuan dua harinya pada hari Senin, dengan keputusan yang ditunggu-tunggu akan dirilis pada hari Selasa.
Namun para analis masih belum sepakat mengenai apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret atau April, dengan konsensus umum sedikit condong ke arah kenaikan suku bunga pada bulan April. BOJ diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 20 basis poin menjadi 0,1% dari negatif 0,1%.
Dari sentimen domestik, Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan berpotensi terus menyempit sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mencapai USD870 juta, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar USD2,02 miliar.
Surplus yang berlanjut hingga Februari 2024 bukanlah kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari penurunan pertumbuhan ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan impor. Tercatat, ekspor Februari 2024 turun sebesar 5,79%, sementara impor turun 0,29% secara bulanan.
Lebih lanjut, surplus perdagangan pada Januari dan Februari 2024 yang hanya mencapai USD2,87 miliar secara kumulatif, lebih rendah dari periode yang sama pada 2023, berpotensi menurunkan neraca transaksi berjalan di kuartal pertama 2024.
Surplus perdagangan diperkirakan masih akan berlanjut, tetapi cenderung menyempit pada 2024. Penurunan permintaan baik di dalam maupun di luar negeri berpotensi semakin menekan kinerja perdagangan.
Oleh karena itu, menjaga konsumsi di dalam negeri perlu terus diupayakan agar perusahaan masih bisa berproduksi. Di sisi lain, transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh pendapatan primer, bukan hanya karena aktivitas perdagangan, yang dipengaruhi oleh aktivitas arus investasi portofolio, investasi langsung dan lainnya.
Sementara itu, baik neraca jasa maupun neraca pendapatan primer selama 15 tahun selalu mencatatkan defisit dan menekan kinerja transaksi berjalan. Oleh karena itu, jika neraca perdagangan barang tidak mengalami surplus yang tinggi, maka akan sulit bagi transaksi berjalan Indonesia untuk mencatatkan surplus.
Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.680 - Rp15.760.
(akr)