Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Mencapai 5,2%

Rabu, 07 November 2018 - 21:30 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Mencapai 5,2%
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Mencapai 5,2%
A A A
JAKARTA - Ekonom Universitas Gadjah Mada, A. Tony Prasetiantono, memperkirakan pertumbuhan ekomomi Indonesia tidak akan mencapai 5,4% melainkan hanya batas 5,2%. Alasannya yakni garirah konsumsi yang tidak cukup besar dimana hanya tumbuh 5%. "Padahal konsumsi rumah tangga memberi kontribusi 55% terhadap pembentukan PDB," kata Tony saat dihubungi Rabu, (7/11/2018).

Menurut Toni, faktor household consumption ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, jika konsumsi rumah tangga masih lesu, sulit untuk berharap pertumbuhan ekonomi tinggi.

"Pertumbuhan ekonomi 5,2% adalah paling realistis pada 2018, sedangkan ekonomi di angka 5,3% atau bahkan 5,4% boleh dibilang realistis untuk 2019," pungkas dia.

Pengamat ekonomi dari ADB Institute, Eric Alexander Sugandi, mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2018 akan berada pada kisaran 5,1-5,2% (yoy) atau lebih mendekati 5,2%.

Dari sisi pengeluaran, pendorong utama pertumbuhan masih tetap pada sektor investasi dan ekspor. Lalu disusul oleh konsumsi rumah tangga. "Dan ini akan terbantu faktor Natal dan liburan akhir tahun," kata Eric saat dihubungi Rabu (7/11). Sementara dari sisi lapangan usaha, pendorong utama tetap pada sektor manufaktur, disusul sektor perdagangan, dan konstruksi.

Bank Indonesia (BI) pun optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%. Hal tersebut terbantu karena adanya perhelatan akbar Asian Games ada World Bank Annual Meeting. "Jadi kemungkinan konsumsi akan tinggi di Desember itu bisa jadi drive di kuartal IV dan tahun 2018 optimistis masih 5,2%," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo.

Dia melanjutkan, jika dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III, di kuartal IV nanti konsumsi rumah tangga masih bagus. Menurutnya, domestic demand masih jadi motor perekonomian, begitu juga dengan ekspor dan investasi masih tinggi.

Namun, sambung dia, net ekspor dari eksternal demand masih berada di posisi net minus lantaran pertumbuhan impor di atas ekspor. "Meskipun ekspor sebenarnya sudah tumbuh, tapi kecepatannya di bawah impor. Ke depan pemerintah akan mendorong investasi, akan ada insentif. Termasuk tax holiday, pembangunan KEK akan didorong, dan akan masuk dana baru untuk dorong ekonomi," paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8814 seconds (0.1#10.140)