PLN NP: Nuklir Jadi Salah Satu Opsi Pengembangan EBT
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT PLN Nusantara Power (PLN NP) menyatakan bahwa nuklir menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan dalam pengembangan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) guna mendukung transisi energi di dalam negeri.
Direktur Management Human Capital dan Administrasi PLN NP Karyawan Aji menjelaskan, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjadi opsi karena merupakan salah satu pembangkit yang bisa mewujudkan transisi energi dengan cepat.
Aji menjelaskan, tak seperti kebanyakan pembangkit EBT yang kapasitasnya kecil, PLTN bisa menghasilkan listrik dalam jumlah besar. Teknologinya pun menurut dia sudah banyak dikembangkan sehingga bisa dengan cepat memberikan dukungan untuk transisi energi jika memang diperlukan.
"Adaptasinya mau secepat apa? Kalau semakin cepat ya artinya PLTN. Karena PLTN kan tanpa CO2. Kalau santai-santai saja ya (pengembangan) PLTN pelan-pelan tidak masalah. Kalau tidak harus cepat-cepat, ya bisa menggunakan (pembangkit) renewable yang konvensional seperti PLTS, PLTA, biomassa dan sebagainya, masih mencukupi," jelasnya dalam diskusi di acara Halal Bihalal Bersama Media, di Jakarta, Selasa (24/4/2024).
Aji mengakui bahwa pengembangan PLTN di dalam negeri tidak mudah karena butuh dukungan kuat dari berbagai pihak. Untuk itu, kata dia, terlebih dahulu harus ada kata sepakat dari seluruh pemangku kepentingan di dalamnya. "Itu juga harus segera, kalau misalnya kita mau bangun PLTN di 2040, ya 2030 harus sudah sepakat dulu karena prosesnya tidak mudah," tegasnya.
Karena itu, Aji mengatakan bahwa PLN NP terus melakukan kajian dan menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, termasuk dari luar negeri. "Kita kerja sama dengan BRIN, juga dengan beberapa, tidak hanya Korea, ada Rusia dan Amerika juga, penjajakan dulu, karena belum tahu teknologinya seperti apa dan lain sebagainya," tuturnya.
Direktur Management Human Capital dan Administrasi PLN NP Karyawan Aji menjelaskan, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjadi opsi karena merupakan salah satu pembangkit yang bisa mewujudkan transisi energi dengan cepat.
Aji menjelaskan, tak seperti kebanyakan pembangkit EBT yang kapasitasnya kecil, PLTN bisa menghasilkan listrik dalam jumlah besar. Teknologinya pun menurut dia sudah banyak dikembangkan sehingga bisa dengan cepat memberikan dukungan untuk transisi energi jika memang diperlukan.
"Adaptasinya mau secepat apa? Kalau semakin cepat ya artinya PLTN. Karena PLTN kan tanpa CO2. Kalau santai-santai saja ya (pengembangan) PLTN pelan-pelan tidak masalah. Kalau tidak harus cepat-cepat, ya bisa menggunakan (pembangkit) renewable yang konvensional seperti PLTS, PLTA, biomassa dan sebagainya, masih mencukupi," jelasnya dalam diskusi di acara Halal Bihalal Bersama Media, di Jakarta, Selasa (24/4/2024).
Aji mengakui bahwa pengembangan PLTN di dalam negeri tidak mudah karena butuh dukungan kuat dari berbagai pihak. Untuk itu, kata dia, terlebih dahulu harus ada kata sepakat dari seluruh pemangku kepentingan di dalamnya. "Itu juga harus segera, kalau misalnya kita mau bangun PLTN di 2040, ya 2030 harus sudah sepakat dulu karena prosesnya tidak mudah," tegasnya.
Karena itu, Aji mengatakan bahwa PLN NP terus melakukan kajian dan menjalin kerja sama dengan beberapa pihak, termasuk dari luar negeri. "Kita kerja sama dengan BRIN, juga dengan beberapa, tidak hanya Korea, ada Rusia dan Amerika juga, penjajakan dulu, karena belum tahu teknologinya seperti apa dan lain sebagainya," tuturnya.
(fjo)