Tips Memulai Usaha dari CEO Green Nitrogen

Senin, 31 Desember 2018 - 16:32 WIB
Tips Memulai Usaha dari CEO Green Nitrogen
Tips Memulai Usaha dari CEO Green Nitrogen
A A A
BEKASI - Menapak awal tahun 2019, Adang Wijaya mengajak masyarakat tak takut memulai usaha. Pendiri sekaligus pemilik Green Nitrogen di bawah naungan PT Global Insight Utama ini merasa dengan semangat kepeloporan dan pantang menyerah, maka bisa mewujudkan mimpi berbisnis dengan skala besar, meski terkesan remeh temeh.

Adang mengungkapkan, dari perjalanan hidupnya memulai usaha penyediaan jasa layanan angin ban bernama Green Nitrogen yang menghasilkan angin dengan kemurnian hingga 99,5% berkat keuletan. Kini, outlet Green Nitrogen bisa menjamur dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Makassar hingga mencapai sekitar 700 outlet. "Kami yakin bisa mencapai 1.000 outlet tahun 2020," sebutnya.

Dalam berbisnis, Adang yakin keberkahan hanya akan diraihnya jika bisnis dikelola dalam konsep silaturahmi dan pengelolaan secara berjamaah. Dia ingin bisnis ini lebih dahulu bermanfaat bagi orang-orang dekat di sekelilingnya. Karenanya, dia memberikan tujuh tips dalam memilih bisnis. Yakni, menghindari janji keuntungan yang tinggi karena dia memastikan hal tersebut merupakan money game.

Kedua, menghindari ketergantungan tinggi kepada salah satu keahlian SDM tertentu seperti cheft atau stylis. Ketiga, menghindari ketergantungan tinggi kepada teknologi sebab perkembangannya begitu cepat dan high invesment seperti berbisnis handphone atau warnet.

“Keempat hindari rekan bisnis yang belum dikenal kredibilitasnya. Lalu, coba hindari tingginya daya tawar vendor, sehingga sulit berpindah seperti BBM atau franchising business. Keenam, hindari tingginya daya tawar pelanggan, sehingga mereka mudah memilih dan berpindah. Contohnya BBM, air mineral, dan nitrogen. Terakhir wajib untuk menguasai proses. Mulai cari bahan baku hingga purna jual,” saran Adang.

Baginya, dalam membuat usaha hendaknya lebih dulu memilih sederhana, namun dibutuhkan. Daya tarik bisnis sebaiknya dimulai dari kepeloporan. Alasannya, bisnis yang hadir pertama kali akan menjadi rekaman sejarah bagi ummat manusia, misalnya Sosro, Aqua, IBM, dan Microsoft.

Lalu, adanya keahlian inti yang berbeda, sulit ditiru, dan memberikan value signifikan buat pelanggan seperti Honda, General Electric, dan Layanan darurat tambal ban ekspres (Bandrex). “Ketiga memberikan kualitas layanan prima sehingga melampaui harapan pelanggan layaknya dalam bisnis penerbangan atau perbankan. Keempat, diminati pelanggan, sehingga akan terus mencari dimana keberadaan produk tersebut,” sergahnya.

Kelima, lanjut Adang perlu memikirkan value untuk terus meningkat. Alhasil, tidak punah oleh masa dan selera konsumen. “Keenam keberkahan bagi kemaslahatan industri. Tidak hanya pembeli, namun tenaga kerja, vendor, pemerintah, bahkan pesaing. Contohnya industri otomotif, pertambangan, perminyakan. Ketujuh, menanamkan nilai-nilai luhur, yakni kejujuran, amanah, pembelajaran, dan syiar,” ulasnya.

Meski juga mengaku, masih terus belajar sekaligus melakukan berbagai improvisasi dalam bisnis, dirinya memberikan tujuh nasehat untuk memulai bisnis. Langkah pertama tak perlu takut memulai. Sebab, menurutnya sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada di bisnis.

“Kedua memiliki mental sukses. Harus berani, ditambah sepuluh mental lainnya seperti integritas, passion, amanah, belajar, silarurahim, take risk, tampil beda, terampil tangkap peluang, bersahaja, dan berbagi. Ketiga, kembangkan ide secara simpel, murah, dan mudah dikelola hingga dikembangkan dan diukur kinerjanya dan diledakkan.

Langkah selanjutnya libatkan banyak pihak. Bersilaturahim dengan orang-orang hebat dan libatkan peran mereka agar menjadi kebanggan bersama. Kelima, terus belajar menempa keahlian dan inovasi. Pantang rasanya membangun bisnis yang biasa-biasa saja. Keenam, berperilaku sederhana, rendah hati dan tidak sombong. Dan, terakhir berbisnislah dengan santun. Itu saya rasa bisa menjadi kiat sukses dalam berbisnis.

Dirinya bercerita dari pengalaman, pada 19 Mei 2011 adalah waktu kali pertama lahirnya Green Nitrogen menjajakkan diri pada SPBU Harapan Indah, Bekasi. "Proses mendaftarkan gerai di SPBU luar biasa susah. Kami ditolak mentah-mentah dengan berbagai alasan seperti lokasi SPBU bukan untuk dikontrakkan.

Apalagi kan sudah ada layanan angin gratis. Tapi untungnya ada seorang sahabat mengenalkan dengan pak haji pemilik SPBU Harapan Indah yang ternyata memperbolehkan, bahkan biaya sewanya kami suruh menentukan," aku alumnus jurusan Matematika FMIPA dari Universitas Brawijaya Malang tersebut.

Bisnis yang telah sukses menjadi berdikari ini termasuk dalam konsep kerja sama waralaba atau biasa disebut franchise. Namun, Adang lebih suka dengan istilah sistem kekerabatan. Hal ini mengartikan hubungan kerja sama menjadi lebih harmonis, kekeluargaan dan penuh kepercayaan.

Adang menyebut yang menjadi mitra bisnis sebagai investor. Kepada investor, maka diwajibkan menyediakan modal penyewaan outlet yang kebanyakan di dalam stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Termasuk pembelian alat. Sementara PT Global Insight Utama bertugas menjadi manajemen dan membentuk ritme kerja karyawan.

Sistem bagi hasil dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pada awalnya investor akan mendapatkan bagian 70% dari laba bersih, sementara pengelola usaha Green Nitorgen kecipratan 30% saja.

Hal ini terjadi selama tiga tahun yang bertujuan mempercepat waktu pengembalian modal yang sudah dikeluarkan investor. "Perhitungan kami pengembalian modal bisa tercapai satu hingga dua tahun saja. Baru di tahun keempat dan seterusnya bagi hasil menjadi sama, yakni 50:50," sergahnya.

"Karena itu saya mengajak semua orang, khususnya kalangan muda untuk tidak takut memulai usaha tahun ini. Apa pun usahanya jangan takut. Yang penting mau belajar dari kesalahan dan percaya menjadi pelopor," tutupnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3872 seconds (0.1#10.140)