Investor Ramai-ramai Lirik Potensi Bisnis Logistik di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia menawarkan potensi besar bagi sektor industri logistik . Para investor, termasuk investor asing, melihat potensi besar dalam industri logistik Indonesia. Hal ini tidak mengherankan mengingat logistik memegang peran vital sebagai tulang punggung perdagangan Indonesia.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan mengatakan, investasi asing masih diperlukan melalui skema private public partnership atau kemitraan pemerintah swasta.
"Peran investasi asing sangat penting mengingat bukan hanya investasi modal yang dibawa, tapi teknologi serta experience dan throughput juga bisa dibawa dalam melahirkan ekosistem logistik yang baik dan benar," ujar dia, di Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Ia menyebut, untuk menarik investor asing maka diperlukan kepastian dan kemudahan berusaha dan bermitra dengan pengusaha nasional, misalnya, memberikan hak konsesi dan skema-skema win-win solusi yang pasti, berdampak luas, serta berkelanjutan bagi ekonomi nasional.
"Berikan asing masuk khususnya bagi projek-projek yang extra besar investasinya dan APBN tidak cukup untuk mendanainya. Namun pemerintah juga jangan melupakan investasi PMDN ataupun PMA yang sudah berinvestasi lebih dulu. Diberikan insentif dan sweetener yang sama bagi investor-investor baru tersebut," katanya.
Sebagai contoh, DHL, salah satu perusahaan logistik global, juga memperluas investasinya di Indonesia dengan tambahan 7% tenaga kerja pada tahun 2021 dan pertumbuhan 13,5% pada tahun 2022. Mereka berencana mengalokasikan 25 juta Euro untuk penggantian armada dan pembangunan empat fasilitas baru termasuk gateway di Surabaya dan Denpasar serta pusat layanan di Bekasi dan Tangerang.
Selain itu, DHL Supply Chain juga dikabarkan akan berinvestasi 25 juta Euro untuk fasilitas baru seluas 40.000 meter persegi di Cikarang, Jawa Barat, yang berfokus pada keberlanjutan. Ini menandai komitmen DHL terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan di Indonesia.
Di sisi lain, terdapat berbagai tantangan dalam sektor logistik Indonesia. Pertama, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi barang melalui jalur laut, udara, dan darat menjadi cukup rumit dan kompleks.
kedua, ketimpangan infrastruktur antara Jawa dan pulau-pulau lainnya juga menjadi kendala serius untuk para pemain logistik.
Tantangan sektor logistik ini terlihat dari penurunan skor Logistic Performance Index (LPI) Indonesia yang diterbitkan oleh World Bank.
Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI), LPI 2023 menempatkan Indonesia pada peringkat 63 dari 139 negara, turun dari peringkat 64 pada tahun 2018. Penurunan peringkat menunjukan adanya masalah dalam efisiensi, keandalan, dan ketersediaan infrastruktur logistik di Indonesia.
Hadirnya berbagai investor, termasuk asing dan domestik, diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan logistik dan juga turut memulihkan peringkat LPI Indonesia.
Investasi Asing
Menurut Senior Consultant Supply Chain Indonesia, Zaroni, kebutuhan investasi infrastruktur logistik menghadapi keterbatasan, baik teknologi maupun sumber pendanaan. Dalam konteks ini, investasi asing diperlukan untuk mengatasi mengatasi keterbatasan tersebut.
“Investasi asing dalam infrastruktur logistik akan mendorong perusahaan-perusahaan asing sebagai pengguna infrastruktur logistik untuk mengembangkan pasar di Indonesia melalui investasi pembangunan manufaktur di berbagai sektor industri," jelasnya.
Investasi asing dalam sektor logistik Indonesia tidak hanya memberikan manfaat ekonomi langsung, tetapi juga berdampak secara lebih luas melalui efek multiplier. Sama dengan pendapat yang disampaikan Zaroni, dampak investasi asing ini terutama adalah memberikan efek multiplier, yang menggerakkan dan mendorong perkembangan dan pertumbuhan sektor logistik untuk memperlancar pergerakan arus barang, baik dalam domestik maupun internasional.
Dengan demikian, perkembangan investasi pemain asing dalam sektor logistik Indonesia menjadi kunci dalam mewujudkan potensi pasar yang besar serta meningkatkan daya saing logistik nasional di tingkat global.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan mengatakan, investasi asing masih diperlukan melalui skema private public partnership atau kemitraan pemerintah swasta.
"Peran investasi asing sangat penting mengingat bukan hanya investasi modal yang dibawa, tapi teknologi serta experience dan throughput juga bisa dibawa dalam melahirkan ekosistem logistik yang baik dan benar," ujar dia, di Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Ia menyebut, untuk menarik investor asing maka diperlukan kepastian dan kemudahan berusaha dan bermitra dengan pengusaha nasional, misalnya, memberikan hak konsesi dan skema-skema win-win solusi yang pasti, berdampak luas, serta berkelanjutan bagi ekonomi nasional.
"Berikan asing masuk khususnya bagi projek-projek yang extra besar investasinya dan APBN tidak cukup untuk mendanainya. Namun pemerintah juga jangan melupakan investasi PMDN ataupun PMA yang sudah berinvestasi lebih dulu. Diberikan insentif dan sweetener yang sama bagi investor-investor baru tersebut," katanya.
Sebagai contoh, DHL, salah satu perusahaan logistik global, juga memperluas investasinya di Indonesia dengan tambahan 7% tenaga kerja pada tahun 2021 dan pertumbuhan 13,5% pada tahun 2022. Mereka berencana mengalokasikan 25 juta Euro untuk penggantian armada dan pembangunan empat fasilitas baru termasuk gateway di Surabaya dan Denpasar serta pusat layanan di Bekasi dan Tangerang.
Selain itu, DHL Supply Chain juga dikabarkan akan berinvestasi 25 juta Euro untuk fasilitas baru seluas 40.000 meter persegi di Cikarang, Jawa Barat, yang berfokus pada keberlanjutan. Ini menandai komitmen DHL terhadap pertumbuhan dan keberlanjutan di Indonesia.
Di sisi lain, terdapat berbagai tantangan dalam sektor logistik Indonesia. Pertama, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membuat distribusi barang melalui jalur laut, udara, dan darat menjadi cukup rumit dan kompleks.
kedua, ketimpangan infrastruktur antara Jawa dan pulau-pulau lainnya juga menjadi kendala serius untuk para pemain logistik.
Tantangan sektor logistik ini terlihat dari penurunan skor Logistic Performance Index (LPI) Indonesia yang diterbitkan oleh World Bank.
Menurut Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI), LPI 2023 menempatkan Indonesia pada peringkat 63 dari 139 negara, turun dari peringkat 64 pada tahun 2018. Penurunan peringkat menunjukan adanya masalah dalam efisiensi, keandalan, dan ketersediaan infrastruktur logistik di Indonesia.
Hadirnya berbagai investor, termasuk asing dan domestik, diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan logistik dan juga turut memulihkan peringkat LPI Indonesia.
Investasi Asing
Menurut Senior Consultant Supply Chain Indonesia, Zaroni, kebutuhan investasi infrastruktur logistik menghadapi keterbatasan, baik teknologi maupun sumber pendanaan. Dalam konteks ini, investasi asing diperlukan untuk mengatasi mengatasi keterbatasan tersebut.
“Investasi asing dalam infrastruktur logistik akan mendorong perusahaan-perusahaan asing sebagai pengguna infrastruktur logistik untuk mengembangkan pasar di Indonesia melalui investasi pembangunan manufaktur di berbagai sektor industri," jelasnya.
Investasi asing dalam sektor logistik Indonesia tidak hanya memberikan manfaat ekonomi langsung, tetapi juga berdampak secara lebih luas melalui efek multiplier. Sama dengan pendapat yang disampaikan Zaroni, dampak investasi asing ini terutama adalah memberikan efek multiplier, yang menggerakkan dan mendorong perkembangan dan pertumbuhan sektor logistik untuk memperlancar pergerakan arus barang, baik dalam domestik maupun internasional.
Dengan demikian, perkembangan investasi pemain asing dalam sektor logistik Indonesia menjadi kunci dalam mewujudkan potensi pasar yang besar serta meningkatkan daya saing logistik nasional di tingkat global.
(nng)