Co-Firing Biomassa PLTU Gunakan Limbah Kayu Karet

Jum'at, 17 Mei 2024 - 13:36 WIB
loading...
Co-Firing Biomassa PLTU...
PLN EPI memastikan pengadaan jenis biomassa woodchip untuk PLTU Tembilahan tak merugikan lingkungan karena menggunakan limbah kayu karet. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) terus mendukung program cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia melalui penyediaan bahan baku pengganti batu bara. Langkah ini merupakan bagian upaya PLN EPI dalam transisi energi mencapai Net Zero Emissions (NZE) tahun 2060.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan memastikan, seluruh proses pengadaan biomassa telah dilakukan melalui prosedur yang baik dan sesuai dengan aturan perundangan. Dia mencontohkan, biomassa tidak menggunakan bahan baku dari kayu yang dilindungi, hutan lindung maupun konservasi.



Mamit mengatakan, salah satu pembangkit yang telah menjalankan program cofiring tersebut adalah PLTU Tembilahan.PLTU Tembilahan adalah unit pembangkit yang berada di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Berkapasitas 2Ă—7 MW, PLTU Tembilahan memiliki peran vital dengan berkontribusi terhadap jaringan kelistrikan di sistem kelistrikan Pulau Sumatera sebesar 0,4% dan sebesar 1,3% dari total beban di Provinsi Riau.

"Pembangkit tersebut melakukan cofiring mulai tahun 2024 dan menggunakan jenis biomassa woodchip (potongan kayu) yang bersumber dari limbah kayu pohon karet. Untuk memenuhi kebutuhan cofiring di PLTU Tembilahan, PLN EPI menggunakan bahan baku dari limbah tanaman karet milik warga setempat," kata Mamit di Jakarta, Jumat (17/5/2024).



Selain di PLTU Tembilahan, lanjut dia, hampir seluruh sumber bahan baku biomassa yang dimanfaatkan untuk mendukung program co-firing berasal dari limbah. Misalnya, limbah serbuk aren, bonggol jagung, sawdust, dan sekam padi.

Sepanjang 2023, serapan biomassa untuk cofiring di 43 PLTU mencapai 1 juta ton untuk campuran batu bara dengan rasio antara 1-3%. Pasokan biomassa untuk cofiring di PLTU tersebut ditarget meningkat dan diprediksi kebutuhannya mencapai 10,2 juta ton pada 2025.

Mamit menerangkan, pembangkit listrik yang berkomitmen dalam pengurangan emisi dan pelestarian lingkungan telah mencatatkan produksi listrik sebesar 78.320,387 MWh di tahun 2023. Listrik ini mampu digunakan untuk menerangi 87 juta rumah selama 24 jam non-stop dengan estimasi daya setiap rumah adalah 900 Watt.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1793 seconds (0.1#10.140)