3 Alasan Rusia Bersekutu dengan China di Bidang Ekonomi

Jum'at, 07 Juni 2024 - 13:46 WIB
loading...
3 Alasan Rusia Bersekutu...
Rusia dan China memiliki alasan khusus untuk terus memperluas memperluas hubungan militer, ekonomi, dan diplomatiknya. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Rusia dan China telah memperluas memperluas hubungan militer, ekonomi, dan diplomatik mereka. Bahkan kedua negara belum lama ini baru merayakan75 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2024.

Kedua negara bertetangga ini telah memperkuat hubungan selama dekade terakhir, namun beberapa ahli mempertanyakan kedalaman kemitraan strategis mereka, dengan alasan bahwa keselarasan negara-negara tersebut lebih didorong oleh persaingan bersama mereka dengan Amerika Serikat (AS) dibandingkan oleh kedekatan alamiah.

Mengingat Rusia dan China memang bukanlah sekutu formal, artinya mereka tidaklah berkomitmen untuk saling membela dan memberikan dukungan. Lantas apa yang menyebabkan Rusia mau untuk bersekutu dengan China?



Sebenarnya hubungan ekonomi antara Rusia dengan China ini bukan baru terbentuk, namun sudah terjalin sejak awal tahun 2000-an. Alasannya sendiri ini berkaitan dengan banyaknya keuntungan yang diberikan oleh China.

3 Alasan Rusia Mau Bersekutu dengan China di Bidang Ekonomi

1. China Punya Pertumbuhan Industri Teknologi yang Maju

Pada awalnya, China hanya menyediakan barang-barang konsumsi murah kepada Rusia. Namun, seiring dengan semakin majunya teknologi industri China di tahun 2000-an, industri negara ini berkembang menjadi mitra pelengkap bagi banyak sektor perekonomian Rusia.

Dilansir dari SWP Berlin, awal kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Rusia pada awalnya berjalan lambat karena skeptisisme Moskow yang mendalam terhadap Beijing. Namun, pembangunan pipa minyak besar pada akhir tahun 2000-an menyebabkan kedua negara saling menjalin hubungan ekonomi. Hubungan tersebut perlahan terus terjalin dan terus berkembang pesat pada tahun 2010-an.

2. Rusia Sering Bersitegang dengan Barat

Hubungan kedua negara ini semakin erat setelah Rusia mengalami perubahan signifikan dalam kebijakan luar negerinya, seiring dengan semakin tegangnya hubungan Moskow dengan negara-negara Barat pada akhir tahun 2000an.

Setelah aneksasi Krimea oleh Rusia dan perang rahasia di Donbas, Rusia seakan semakin sulit untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara Barat. Konflik ini juga sekaligus memperdalam kemitraan dengan China.

Pada awal Februari 2022, tak lama sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina, muncul pernyataan bersama Rusia-China yang menggambarkan hubungan bilateral sebagai "persahabatan tanpa batas".

3. China Jadi Fasilitator Perluasan Industri Militer Rusia

Sejak Rusia terkena sanksi Barat setelah melakukan operasi militer keUkraina, Moskow mulai mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku militer. Meski begitu, Moskow telah mampu mengurangi beberapa dampak sanksi Barat dengan bantuan China.



Meskipun China belum mengirimkan persenjataan berat ke Rusia, ekspor barang, mesin, material, dan komponen yang dapat digunakan ganda memfasilitasi perluasan industri militer Rusia. Ekspor ke Rusia ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap Ukraina, namun juga meningkatkan potensi militer Rusia dalam jangka panjang.

Sebagai reaksi terhadap pengiriman barang-barang ke industri militer Rusia, UE untuk pertama kalinya memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok atas perang di Ukraina pada bulan Juni 2023.

Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi yang terlalu erat antara Rusia dan China juga dapat menyebabkan peningkatan ketegangan antara Negeri Panda itu dengan negara-negara Barat.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1629 seconds (0.1#10.140)