Kementerian Pertanian Jaga Kestabilan Harga Pangan

Senin, 06 Mei 2019 - 07:42 WIB
Kementerian Pertanian Jaga Kestabilan Harga Pangan
Kementerian Pertanian Jaga Kestabilan Harga Pangan
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen menjaga kestabilan harga pangan strategis selama bulan Ramadan hingga Idul Fitri. Di awal Ramadan ini, hanya bawang putih saja yang mengalami kenaikan harga. Menyikapi kenaikan harga bawang putih tersebut, Kementan melakukan operasi pasar pangan murah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin.

Dalam operasi pasar pangan murah ini, digelontorkan bawang putih sebanyak empat kontainer di mana setiap kontainernya berkapasitas 30 ton. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berharap dengan pasokan bawang putih sebanyak itu, harga bawang putih di tingkat konsumen akhir menjadi Rp25.000 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp46.000 per kg.

“Saya targetkan harga sampai di konsumen Rp25.000 per kg, atau maksimal Rp30.000 per kg. Harga ini sudah disepakati dan ditandatangani para importir,” ujar Mentan Amran pada acara operasi pasar pangan murah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin. Menurut Mentan operasi pasar pangan murah ini untuk menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat rapat terbatas, pekan lalu.

Dalam arahan tersebut, kata Amran, Presiden meminta agar harga pangan strategis selama Ramadan dan Idul Fitri mendatang harus stabil. “Dalam rapat terbatas kemarin, arahan Bapak Presiden Jokowi kami diminta turun langsung mengecek ke lapangan untuk melihat harga komoditas pangan strategis, khususnya bawang putih,” kata Amran.

Amran menegaskan stok bawang putih selama bulan Ramadan hingga Idul Fitri tahun ini jumlahnya dua kali lipat dari kebutuhan. Stok tersebut sebanyak 115.000 ton, sementara kebutuhan bawang putih secara nasional dalam sebulan hanya 50.000 ton. Oleh karena itu, sambung Amran, pemerintah meminta pada para importir di seluruh Indonesia untuk turut bertanggung jawab agar harga turun dari Rp46.000 per kg menjadi Rp25.000 per kg.

Para importir juga harus bertanggung jawab agar harga tersebut berlaku sampai ke tingkat konsumen akhir. “Sebanyak 14 importir pagi ini sudah bertanda tangan harga bawang putih di tingkat konsumen Rp25.000 per kg. Kami beri target maksimal harga Rp30.000 per kg, tidak boleh lebih dari harga ini. Setiap hari pasokan kami kirim masuk pasar. Jadi tidak ada lagi alasan harga naik,” ujarnya.

Jaminan Harga Stabil

Mentan menjamin harga bawang putih selama bulan Ramadan hingga Idul Fitri stabil di kisaran Rp25.000 hingga Rp30.000 per kg. Untuk menjaga kestabilan harga tersebut, Mentan meminta komitmennya para importir agar turut menjaga harga tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Mentan meminta 14 eksportir bawang putih menandatangani kesepakatan untuk menjaga harga di kisaran Rp25.000-Rp30.000 per kg.

Namun, apabila di antara mereka tidak komitmen dengan mempermainkan harga, maka dia akan diblacklist. “Bisa saya pastikan dia tidak akan bisa impor komoditas pertanian lagi,” ancam Amran. Amran mengatakan Kementan hingga saat ini sudah mem-blacklist sebanyak 56 importir bawang putih nakal. “Tahun ini kami blacklist 41 importir, dan tahun lalu 15 importir,” katanya.

Mereka masuk kategori importer nakal karena tidak mentaati aturan wajib tanam dan berproduksi 5% dari kuota impor dan selalu mempermainkan harga. Mayoritas importir yang diblacklist tersebut berdomisili di Jakarta, Surabaya dan Medan. Selain meminta komitmen para importir, Kementan bersama Satgas Pangan Mabes Polri juga melakukan monitoring harga secara harian untuk menjaga harga pangan selama bulan Ramadan stabil.

Selain bawang putih, dalam operasi pangan murah di Pasar Induk Kramat Jati ini, Kementan juga menyediakan komoditas pangan lainnya di antaranya beras, minyak goreng dan gula. Untuk harga cabai, daging ayam dan telur ayam, Amran menyebutkan komoditas pangan ini justru mengalami deflasi di bulan Februari-Maret.

“Tahun ini kita jaga stabil. Kita harapkan harga menguntungkan di tingkat petani, peternak dan di tingkat konsumen harga tetap stabil. Caranya, disparitas harganya kita perkecil karena rantai pasoknya terlalu panjang,” jelasnya.

Buktinya, pasokan cabai besar pada Mei 2019 sebesar 113.000 ton, sedangkan kebutuhan hanya 76.000 ton sehingga masih surplus 37.000 ton. Untuk cabai rawit pasokan 99.000 ton, kebutuhan 64.000 ton, surplus 35.000 ton. “Sedangkan pasokan bawang merah 132.000 ton, kebutuhan 112.000 ton sehingga surplus 20.000 ton,” sebut Amran.

Usai operasi pasar murah di Pasar Induk Kramat Jati, Mentan Amran melanjutkan meninjau harga pangan di pasar tradisional Pasar Jaya Kramat Jati. Amran mengatakan dari hasil pengecekan ini, terpantau harga pangan khususnya beras stabil. Amran menjamin harga beras ke depan terus stabil karena stok beras nasional saat ini sebesar 2 juta ton lebih.

“Kemudian saat ini pun sedang panen raya. Nah yang kita jaga, kami sudah diskusi dengan Bulog yaitu harga di tingkat petani, jangan sampai petani rugi,” ujarnya. Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi menambahkan ketersediaan bawang putih nasional saat ini berangsur normal karena sudah mulai masuk bawang putih impor.

Selain dari pasokan 115.000 ton yang sudah masuk, Kementan juga sudah menerbitkan 19 Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) setara 245.000 ton bawang putih. “Terdiri dari tahap pertama pada akhir Maret 2019 sebanyak 8 importir setara 120.000 ton dan tahap dua sebanyak 11 importir setara 125.000 ton,” bebernya.

Oleh karena itu, untuk menjamin ketersediaan bawang putih, pihaknya tidak segan-segan memberikan tindakan tegas kepada importir yang tidak melaksanakan kewajiban tanamnya sesuai ketentuan. “Importir yang mempermainkan harga pun pasti ditindak keras,” kata Suwandi.

Wakil Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri Kombes Pol Helmy Santika mengungkapkan pihaknya fokus terhadap upaya pencegahan tindakan mafia pangan. Satgas ini bekerja sama dengan Kementan, Kementerian Perdagangan (Kemendag), Perum Bulog, dan pelaku usaha. Personel Satgas ada mulai Mabes Polri hingga ke kepolisian resor (polres).

Pihaknya memberikan perhatian lebih di wilayah Jabodetabek, terutama DKI Jakarta yang merupakan daerah terbesar konsumen. “Jakarta ini menjadi barometer, sehingga itu menjadi perhatian kami. Tapi kami juga memantau daerah-daerah lain di Indonesia,” katanya. Menyikapi kenaikan harga, Helmy menilai hal itu tidak serta merta karena ulah oknum pedagang ataupun importir. Bisa juga karena terhambat pasokan distribusi, cuaca dan sebagainya.

Oleh karena itu, strategi yang kedepankan adalah membangun komunikasi, koordinasi dan kolaborasi, serta mencari solusi dengan kementerian terkait untuk menyelesaikan masalah. “Tapi kalau itu sudah kita lakukan dan masih juga ada masalah, pasti akan kita lakukan penindakan,” tegas Helmy.

Ahmad Yani, salah seorang importir mengaku siap mengawal harga bawang putih sampai ke tingkat konsumen akhir di harga Rp30.000 per kg. Teknisnya, kata dia, bawang putih yang diimpornya dari China tersebut didistribusikan ke pasar-pasar tradisional melalui jaringan yang dimilikinya.

Sebagai importir, Ahmad Yani juga mengaku telah melakukan wajib tanam bawang putih bermitra dengan petani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah seluas 33,3 hektare (ha). Menurutnya, petani sangat antusias tanam bawang putih karena punya nilai ekonomis tinggi.

Aman Buana Putera, importer dari PT Aman Buana mengatakan pihaknya juga sudah menyelesaikan kewajiban tanam bawang putih seluas 25 ha di Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Pihaknya bermitra dengan tiga kelompok tani. Tahun lalu sudah panen dan hasil panen semuanya untuk dijadikan benih. “Tahun ini sudah panen seluas 3 ha dan sekitar dua bulan ke depan akan panen lagi,” katanya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5557 seconds (0.1#10.140)