Tingkatkan Tekanan pada China, Trump Ancam Naikkan Tarif

Senin, 06 Mei 2019 - 16:09 WIB
Tingkatkan Tekanan pada China, Trump Ancam Naikkan Tarif
Tingkatkan Tekanan pada China, Trump Ancam Naikkan Tarif
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara dramatis meningkatkan tekanan pada China untuk mempercepat tercapainya kesepakatan perdagangan antara kedua negara. Trump mengancam akan menaikkan tarif bagi barang-barang impor asal China senilai USD200 miliar minggu ini dan menargetkan ratusan miliar lainnya lebih cepat.

Langkah ini dinilai menandai peningkatan besar dalam ketegangan antara ekonomi terbesar di dunia tersebut. Ancaman ini juga menunjukkan adanya pergeseran sikap dari Trump, pada Jumat (3/5) lalu masih mengutip kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara kedua negara.

Gara-gara ancaman yang menunjukkan negosiasi AS-China diliputi keraguan tersebut, pasar saham merosot dan harga minyak pun jatuh.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa China sedang mempertimbangkan untuk membatalkan pembicaraan perdagangan minggu ini di Washington sehubungan dengan komentar Trump tersebut.

Perkembangan negosiasi yang kurang baik sebagaimana disampaikan Perwakilan Dagang Amerika Serikat Robert Lighthizer, termasuk rincian bahwa China menarik kembali beberapa komitmen sebelumnya, dinilai menjadi pendorong keputusan Trump.

"Kesepakatan Perdagangan dengan China berlanjut, tetapi terlalu lambat, karena mereka berusaha untuk menegosiasikan kembali. Tidak!" cuit Trump seperti dikutip Reuters, Senin (6/5/2019).

Para pejabat AS tidak merinci apakah China akan menghadiri pembicaraan pada minggu ini. Sementara Gedung Putih dan Kantor Perwakilan Dagang AS pun menolak memberikan komentar. Di bagian lain, Kementerian Perdagangan China juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

"Suasana negosiasi telah berubah," kata seorang pejabat China yang memiliki pengetahuan tentang situasi tersebut.

"Apakah pembicaraan akan dilanjutkan dan bagaimana mereka akan melanjutkan adalah masalah yang sekarang sedang dievaluasi kembali," kata pejabat itu kepada Reuters dengan syarat anonimitas. "Semua itu tergantung pada sikap Amerika Serikat," lanjutnya.

Editor sebuah surat kabar yang dikelola pemerintah China yang berpengaruh mengatakan Wakil Perdana Menteri Liu He tidak mungkin pergi ke pembicaran dagang pekan ini di AS.

"Biarkan Trump menaikkan tarif. Mari kita lihat kapan pembicaraan perdagangan bisa dilanjutkan," kata Hu Xijin, kepala redaksi tabloid Global Times dalam cuitannya.

Surat kabar ini diterbitkan oleh Harian Rakyat Partai Komunis yang berkuasa, tetapi tidak dianggap sebagai publikasi resmi dan tidak menjadi juru bicara untuk pemerintah.

Sementara, outlet media China telah diminta untuk tidak secara independen melaporkan tweet Trump tersebut dan sebaliknya mematuhi setiap laporan dari kantor berita resmi Xinhua.

Sementara, pasar keuangan global, yang mengharapkan berita tentang kesepakatan perdagangan segera, berubah menjadi kejatuhan. Ekuitas berjangka AS turun lebih dari 2% dan saham di seluruh Asia yang bergantung pada perdagangan anjlok, dengan indeks utama China anjlok 5%.

"Masih ada pertanyaan apakah ini salah satu taktik negosiasi Trump yang terkenal itu, atau apakah kita benar-benar akan melihat kenaikan tarif yang drastis," kata Nick Twidale, analis yang berbasis di Sydney di Rakuten Securities Australia. "Jika yang terakhir yang terjadi, kita akan melihat tekanan penurunan besar-besaran di semua pasar," sambungnya.

Trump Jumat (3/5) lalu mengatakan tarif bagi barang impor senilai USD200 miliar akan ditingkatkan menjadi 25% dari sebelumnya 10%. Hal itu membalikkan keputusan yang dibuatnya pada Februari lalu untuk mempertahankan tarif pada tingkat 10% berkat kemajuan pembicaraan antara kedua belah pihak.

Trump juga mengatakan akan menargetkan lebih lanjut barang impor senilai USD325 miliar dengan tarif 25% yang pada dasarnya mencakup semua produk yang diimpor ke Amerika dari China.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4358 seconds (0.1#10.140)