Dunia Bisnis Masuki Era Hypercompetitive, Ini Strategi yang Perlu Dilakukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dunia bisnis saat ini menghadapi kondisi yang sangat kompetitif, bahkan sejumlah pakar menyatakan hypercompetitive . Hal itu mendorong perusahaan untuk mencari berbagai strategi untuk mengamankan pasar dan posisinya.
Penyesuaian strategi dalam bentuk restrukturisasi bisnis seringkali menjadi cara bagi perusahaan saat ini untuk terus memberikan nilai tambah bagi shareholders dan pemangku kepentingan luas.
"Penyesuaian di berbagai lini usaha, mulai dari pemasok bahan baku hingga strategi perusahaan, merupakan hal yang tak dapat dihindari dalam menghadapi perubahan signifikan, " ujar Dosen Manajemen Stratejik Universitas Prasetiya Mulya, Realino Yudianto, di Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Baca Juga: Pengajar dan Pelajar Belajar Teknologi Canggih Eksplorasi Laut Indonesia
Contoh nyata terjadi, seperti pada BUMN Garuda Indonesia, di mana penyesuaian lintas berbagai aktivitas usaha seringkali tak dapat dihindari. Ini meliputi penyesuaian dengan pemasok bahan baku, struktur jajaran direksi, hingga strategi perusahaan secara keseluruhan.
Garuda Indonesia sendiri di tahun 2023 mendapatkan kinerja impresif setelah sebelumnya terdampak Covid-19. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun lalu revenue dan jumlah penumpang terus meningkat setiap kuartal.
Revenue Garuda Indonesia pada tahun 2023 meningkat 39,83% year-on-year dari tahun 2022. Sementara jumlah penumpang mengalami peningkatan dari 4,53 juta penumpang di kuartal I 2023 menjadi 5,69 juta penumpang di kuartal IV.
Proses perbaikan ini dilakukan melalui proses penyesuaian bisnis dari tahun 2019 melalui restrukturisasi perusahaan dalam upaya yang dikatakan Garuda Indonesia sebagai strategi 'right sizing'. Dalam kurun waktu empat tahun dari 2019-2022, perusahaan melakukan penurunan rasio komposisi pegawai dengan rata-rata 17 persen per tahun.
Restrukturisasi bisnis dalam bentuk right-sizing juga dilakukan oleh dua perusahaan teknologi besar di dunia Meta dan Spotify. Meta, induk Facebook, diketahui telah memangkas 22% total karyawannya atau sekitar 20.000 karyawan di tahun 2022.
CEO Mark Zuckerberg pada saat itu mengatakan bahwa melalui efisiensi yang dilakukan, Meta akan menjadi perusahaan yang lebih kuat dan gesit (agile). Hasilnya pada kuartal keempat 2023, pendapatan Meta naik 25 persen menjadi 40,1 miliar dollar AS dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja ini menjadi tingkat pertumbuhan tercepat perusahaan sejak pertengahan tahun 2021.
Sementara itu, Spotify juga cuan besar pada tahun 2023 dengan raupan laba sebesar 65 juta Euro pada kuartal III-2023. Hal ini terjadi setelah perusahaan melakukan restrukturisasi karyawan sebanyak 800 pekerja. Tantangan berikutnya bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi bisnis adalah meningkatkan efisiensi dan kinerja. Perusahaan perlu mengoptimalkan organisasi dan kinerja operasionalnya. Langkah ini akan mendorong perusahaan untuk mencari solusi baru, menerapkan teknologi canggih, dan mendorong karyawan untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Baca Juga: Ekonomi China Lesu, Ini Efeknya ke Indonesia
Dengan mengadopsi pendekatan ini, perusahaan tidak hanya dapat mengoptimalkan proses internal, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing di pasar. Proses optimalisasi ini akan menghasilkan operasi yang lebih efisien, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kinerja secara keseluruhan.
Ditambahkan Yudianto, pemutusan hubungan kerja menjadi salah satu opsi terakhir yang dipilih oleh direksi perusahaan selanjutnya harus dihadapi dengan fokus pada penyelesaian industrial yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.
"Komitmen terhadap penyelesaian industrial yang adil dan sesuai dengan hukum adalah kunci dalam menghadapi dampak sosial dari perubahan struktural dalam perusahaan. Pendekatan terkoordinasi antara pengusaha, pemerintah, dan stakeholder lainnya akan membantu meminimalisir dampak negatif dan membawa perbaikan kepada bisnis tersebut," jelas Yudianto
Tentang prospek ke depan, Yudianto menekankan pentingnya transparansi dan kedisiplinan perusahaan dalam mengelola perubahan yang membuka peluang pertumbuhan masa depan.
Berbagai analisis menunjukkan bahwa dalam proses restrukturisasi seperti yang dialami Garuda Indonesia, perlu adanya kebijakan yang mendukung iklim investasi dan melindungi investasi, baik domestik maupun asing.
Dalam hal ini, kebijakan pemerintah yang jelas dan mendukung upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif akan memberikan kepastian kepada pelaku bisnis untuk berinvestasi dan berinovasi, sambil tetap memperhatikan seluruh spektrum pemangku kepentingan yang terlibat.
Penyesuaian strategi dalam bentuk restrukturisasi bisnis seringkali menjadi cara bagi perusahaan saat ini untuk terus memberikan nilai tambah bagi shareholders dan pemangku kepentingan luas.
"Penyesuaian di berbagai lini usaha, mulai dari pemasok bahan baku hingga strategi perusahaan, merupakan hal yang tak dapat dihindari dalam menghadapi perubahan signifikan, " ujar Dosen Manajemen Stratejik Universitas Prasetiya Mulya, Realino Yudianto, di Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Baca Juga: Pengajar dan Pelajar Belajar Teknologi Canggih Eksplorasi Laut Indonesia
Contoh nyata terjadi, seperti pada BUMN Garuda Indonesia, di mana penyesuaian lintas berbagai aktivitas usaha seringkali tak dapat dihindari. Ini meliputi penyesuaian dengan pemasok bahan baku, struktur jajaran direksi, hingga strategi perusahaan secara keseluruhan.
Garuda Indonesia sendiri di tahun 2023 mendapatkan kinerja impresif setelah sebelumnya terdampak Covid-19. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun lalu revenue dan jumlah penumpang terus meningkat setiap kuartal.
Revenue Garuda Indonesia pada tahun 2023 meningkat 39,83% year-on-year dari tahun 2022. Sementara jumlah penumpang mengalami peningkatan dari 4,53 juta penumpang di kuartal I 2023 menjadi 5,69 juta penumpang di kuartal IV.
Proses perbaikan ini dilakukan melalui proses penyesuaian bisnis dari tahun 2019 melalui restrukturisasi perusahaan dalam upaya yang dikatakan Garuda Indonesia sebagai strategi 'right sizing'. Dalam kurun waktu empat tahun dari 2019-2022, perusahaan melakukan penurunan rasio komposisi pegawai dengan rata-rata 17 persen per tahun.
Restrukturisasi bisnis dalam bentuk right-sizing juga dilakukan oleh dua perusahaan teknologi besar di dunia Meta dan Spotify. Meta, induk Facebook, diketahui telah memangkas 22% total karyawannya atau sekitar 20.000 karyawan di tahun 2022.
CEO Mark Zuckerberg pada saat itu mengatakan bahwa melalui efisiensi yang dilakukan, Meta akan menjadi perusahaan yang lebih kuat dan gesit (agile). Hasilnya pada kuartal keempat 2023, pendapatan Meta naik 25 persen menjadi 40,1 miliar dollar AS dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja ini menjadi tingkat pertumbuhan tercepat perusahaan sejak pertengahan tahun 2021.
Sementara itu, Spotify juga cuan besar pada tahun 2023 dengan raupan laba sebesar 65 juta Euro pada kuartal III-2023. Hal ini terjadi setelah perusahaan melakukan restrukturisasi karyawan sebanyak 800 pekerja. Tantangan berikutnya bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi bisnis adalah meningkatkan efisiensi dan kinerja. Perusahaan perlu mengoptimalkan organisasi dan kinerja operasionalnya. Langkah ini akan mendorong perusahaan untuk mencari solusi baru, menerapkan teknologi canggih, dan mendorong karyawan untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Baca Juga: Ekonomi China Lesu, Ini Efeknya ke Indonesia
Dengan mengadopsi pendekatan ini, perusahaan tidak hanya dapat mengoptimalkan proses internal, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing di pasar. Proses optimalisasi ini akan menghasilkan operasi yang lebih efisien, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kinerja secara keseluruhan.
Ditambahkan Yudianto, pemutusan hubungan kerja menjadi salah satu opsi terakhir yang dipilih oleh direksi perusahaan selanjutnya harus dihadapi dengan fokus pada penyelesaian industrial yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.
"Komitmen terhadap penyelesaian industrial yang adil dan sesuai dengan hukum adalah kunci dalam menghadapi dampak sosial dari perubahan struktural dalam perusahaan. Pendekatan terkoordinasi antara pengusaha, pemerintah, dan stakeholder lainnya akan membantu meminimalisir dampak negatif dan membawa perbaikan kepada bisnis tersebut," jelas Yudianto
Tentang prospek ke depan, Yudianto menekankan pentingnya transparansi dan kedisiplinan perusahaan dalam mengelola perubahan yang membuka peluang pertumbuhan masa depan.
Berbagai analisis menunjukkan bahwa dalam proses restrukturisasi seperti yang dialami Garuda Indonesia, perlu adanya kebijakan yang mendukung iklim investasi dan melindungi investasi, baik domestik maupun asing.
Dalam hal ini, kebijakan pemerintah yang jelas dan mendukung upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif akan memberikan kepastian kepada pelaku bisnis untuk berinvestasi dan berinovasi, sambil tetap memperhatikan seluruh spektrum pemangku kepentingan yang terlibat.
(nng)