Utang Membengkak, Bank Sentral AS Tekor Lebih USD1 Triliun

Kamis, 25 Juli 2024 - 18:07 WIB
loading...
Utang Membengkak, Bank...
Bank Sentral AS secara resmi mengalami kerugian akibat utang pemerintah yang terus meningkat. FOTO/iStock
A A A
JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat ( AS ) secara resmi mengalami kerugian lebih dari USD1 triliun di tengah utang pemerintah yang terus meningkat. Selain itu, inisiatif dedolarisasi BRICS dapat berdampak besar terhadap dolar.

Federal Reserve telah melihat kerugian secara aktual menjadi lebih USD100 miliar. Negara ini secara konsisten telah berjuang melawan utang nasional yang terus meningkat.

Ramalan terkait krisis utang AS pada 2030, banyak pihak meragukan dampaknya terhadap mata uang cadangan global yang dominan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena negara ini masih harus menghadapi dilema suku bunga tinggi.



Federal Reserve hingga saat ini sedang bergulat dengan neraca keuangan yang bermasalah. Menurut statistik terbaru, Federal Reserve belum merealisasikan lebih dari USD984 miliar kerugian di akhir 2023. Hal itu semakin dipengaruhi oleh suku bunga yang tinggi.

Rencana apa pun yang mereka miliki untuk memperbaiki masalah neraca keuangan akan semakin berbelit-belit karena The Fed belum menurunkan suku bunga.

Menurut Ekonom EJ Antonia menyatakan, pembayaran bunga utang nasional AS akan melampaui USD1,14 triliun tahun ini.

"Jumlah tersebut akan mencapai lebih 76% dari seluruh pajak pendapatan yang terkumpul," ujar dia dikutip dari Watcher Guru, Kamis (25/7/2024).

Mantan Menteri Keuangan Steven Mnuchin baru-baru ini mengatakan kepada Bloomberg bahwa dolar yang kuat akan membantu dalam pertarungan utang yang sedang berlangsung.

Baca Juga: Jet-jet Tempur AS-Kanada Cegat 4 Pesawat Pengebom Nuklir Rusia dan China

Secara khusus, ini akan membiayai defisit yang terus meningkat. Namun ia juga mencatat bahwa pemilihan presiden bulan November harus menjadi awal dari sebuah perubahan.

Utang yang terus meningkat hanya akan menurunkan kepercayaan terhadap dolar AS. Selain itu, hal ini menciptakan tingkat inflasi yang lebih tinggi dan erosi pada mata uang.

Tak hanya itu, BRICS juga telah menjadi perlawanan terhadap dolar AS selama dua tahun terakhir. Blok ini telah melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi ketergantungan internasional terhadap aset ini.

Aliansi BRICS juga berusaha untuk melembagakan mata uang mereka. Hal ini akan memungkinkan peningkatan perdagangan sepihak yang bermanfaat bagi kolektif.

Hal ini akan memberikan lebih banyak jalan untuk mengurangi kehadiran dolar. Dengan isu-isu lain yang ada, hal tersebut dapat memiliki dampak monumental pada nilai mata uang.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1533 seconds (0.1#10.140)