Konsumen China Ogah Belanja, Brand-brand Mewah Kena Imbasnya

Jum'at, 26 Juli 2024 - 12:13 WIB
loading...
Konsumen China Ogah...
LVMH mengatakan, penjualan di Asia yang mencakup China kecuali Jepang mengalami penurunan 14% dalam kurun waktu tiga bulan hingga akhir Juli 2024. Foto/Dok EPA
A A A
BEIJING - Perlambatan ekonomi China dan larangan keras terhadap individu yang pamer kekayaan berdampak serius terhadap brand- brand mewah dunia. LVMH mengatakan, penjualan di Asia yang mencakup China kecuali Jepang mengalami penurunan 14% dalam kurun waktu tiga bulan hingga akhir Juli 2024.



Pelemahan tersebut memburuk hingga 6% dibandingkan pada kuartal pertama tahun ini. Perusahaan barang-barang mewah yang berbasis di Paris itu tidak sendirian, pasalnya brand pesaing LVMH juga merasakan perlambatan penjualan di China.

Hal ini terjadi ketika pembeli China mengurangi pembelian untuk barang-barang mahal, ditambah ketatnya pengawasan pemerintah yang menutup akun media sosial influencer yang terbukti memamerkan barang-barang mewah mereka secara online.



LVMH, yang merupakan grup mewah terbesar di dunia, juga mengatakan pertumbuhan pendapatannya secara keseluruhan telah melambat menjadi 1% untuk periode tersebut. Namun Chairman dan kepala eksekutif grup Bernard Arnault tetap optimistis.

"Hasil untuk paruh pertama tahun ini mencerminkan ketahanan LVMH yang luar biasa... dalam iklim ketidakpastian ekonomi dan geopolitik," ungkapnya.

"Sambil tetap waspada dalam konteks saat ini, Grup mendekati paruh kedua tahun ini dengan percaya diri," katanya kepada investor.

Saham LVMH yang menjadi rumah bagi 75 merek kelas atas termasuk Louis Vuitton, Dior dan Tiffany & Co telah turun hampir 20% selama setahun terakhir. LVMH bukan satu-satunya nama besar yang merasakan perlambatan penjualan barang mewah di China.

Dalam laporan keuangan terbarunya, brand fesyen kelas atas Inggris Burberry mengungkapkan, penjualannya di daratan China juga merosot lebih dari 20%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Swatch Group - pembuat jam tangan Swiss yang juga menaungi Blancpain, Longines dan Omega - mengatakan, pelemahan permintaan di China berkontribusi terhadap penurunan penjualan sebesar 14,4% untuk enam bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya.

Richemont, yang memiliki brand Cartier mengungkapkan, penjualan di China, Hong Kong dan Makau, turun 27% secara year-on-year pada kuartal yang berakhir pada 30 Juni.

Lalu raksasa mode Jerman, Hugo Boss menurunkan proyeksi penjualannya pada tahun ini karena kekhawatiran tentang permintaan konsumen yang lemah di beberapa pasar seperti China dan Inggris.

Pemain industri barang mewah utama lainnya, termasuk Hermes dan Gucci, akan melaporkan hasil keuangan terbaru mereka minggu ini.

Data terbaru dari China menunjukkan ekonomi masih berjuang untuk pulih dari penurunan imbas pandemi, karena pertumbuhan kuartal kedua dan angka penjualan ritel Juni berada di bawah ekspektasi.

Selain itu memamerkan brand mewah secara online masih berada di bawah pengawasan otoritas China. Pada bulan Mei, surat kabar Global Times yang dikendalikan pemerintah melaporkan bahwa seorang selebriti internet bernama Wanghongquanxing dilarang dari media sosial "di tengah tindakan keras terhadap perilaku pamer kekayaan online."

Akunnya di Douyin, setara dengan TikTok di China, tercatat memiliki lebih dari empat juta pengikut. Beberapa influencer populer lainnya juga merasakan akun mereka telah dihapus dalam kampanye yang menurut pengawas internet China bertujuan untuk melarang konten "vulgar" dan mencolok.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1773 seconds (0.1#10.140)