Balas Dendam Iran ke Israel Bikin Maskapai Waswas, Warga Yahudi Berebut Penerbangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Iran bersiap melayangkan serangan ke Israel , sebagai balasan atas kematian pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran. Meski hari pembalasan Iran masih misterius? sejumlah maskapai dipastikan bakal terganggu jika serangan tersebut benar terjadi.
Serangan Iran terhadap Israel bakal menambah masalah buat maskapai penerbangan di Timur Tengah secara keseluruhan. Hal serupa pernah terjadi pada April lalu, dimana maskapai global menghadapi gangguan penerbangan setelah serangan rudal dan drone Iran di Israel.
Akibatnya semakin mempersempit pilihan untuk pesawat yang bernavigasi antara Eropa dan Asia. Serangan lebih dari 300 rudal dan drone Iran terhadap Israel yang sebagian besar ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal yang didukung AS, menyebabkan kekacauan di industri penerbangan.
Iran saat itu meluncurkan lebih dari 300 proyektil ke Israel – 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik –. Efek dari serangan itu setidaknya selusin maskapai penerbangan harus membatalkan atau mengubah rute penerbangan selama dua hari terakhir, termasuk Qantas (QAN. AX), Lufthansa Jerman (LHAG.DE), United Airlines (UAL. O) dan Air India.
Efeknya tak terkecuali juga terdampak pada maskapai nasional El Al Israel Airlines yang sempat menghentikan sementara aktivitas penerbangan. Maskapai telah membatalkan 15 penerbangan ke Eropa, Dubai dan Moskow.
Maskapai Israel yang lebih kecil Arkia juga ikutan menunda penerbangan ke Athena, Milan dan Jenewa. Gangguan tersebut menjadi yang terbesar buat perjalanan udara sejak serangan di World Trade Centre pada 11 September 2001, menurut Mark Zee, pendiri OPSGROUP, yang memantau wilayah udara dan bandara.
"Sejak insiden itu ada banyak ruang udara ditutup secara cepat, dan menciptakan kekacauan," kata Zee kepada Reuters saat itu.
Konflik Iran versus Israel menjadi pukulan terbaru bagi industri penerbangan yang sebelumnya sudah menghadapi sejumlah pembatasan karena perang antara Israel dan Hamas, serta Rusia dan Ukraina.
Serangan Iran terhadap Israel bakal menambah masalah buat maskapai penerbangan di Timur Tengah secara keseluruhan. Hal serupa pernah terjadi pada April lalu, dimana maskapai global menghadapi gangguan penerbangan setelah serangan rudal dan drone Iran di Israel.
Akibatnya semakin mempersempit pilihan untuk pesawat yang bernavigasi antara Eropa dan Asia. Serangan lebih dari 300 rudal dan drone Iran terhadap Israel yang sebagian besar ditembak jatuh oleh sistem pertahanan rudal yang didukung AS, menyebabkan kekacauan di industri penerbangan.
Iran saat itu meluncurkan lebih dari 300 proyektil ke Israel – 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik –. Efek dari serangan itu setidaknya selusin maskapai penerbangan harus membatalkan atau mengubah rute penerbangan selama dua hari terakhir, termasuk Qantas (QAN. AX), Lufthansa Jerman (LHAG.DE), United Airlines (UAL. O) dan Air India.
Efeknya tak terkecuali juga terdampak pada maskapai nasional El Al Israel Airlines yang sempat menghentikan sementara aktivitas penerbangan. Maskapai telah membatalkan 15 penerbangan ke Eropa, Dubai dan Moskow.
Maskapai Israel yang lebih kecil Arkia juga ikutan menunda penerbangan ke Athena, Milan dan Jenewa. Gangguan tersebut menjadi yang terbesar buat perjalanan udara sejak serangan di World Trade Centre pada 11 September 2001, menurut Mark Zee, pendiri OPSGROUP, yang memantau wilayah udara dan bandara.
"Sejak insiden itu ada banyak ruang udara ditutup secara cepat, dan menciptakan kekacauan," kata Zee kepada Reuters saat itu.
Konflik Iran versus Israel menjadi pukulan terbaru bagi industri penerbangan yang sebelumnya sudah menghadapi sejumlah pembatasan karena perang antara Israel dan Hamas, serta Rusia dan Ukraina.