Miliarder AS Bakal Dihantam Buffett Rule demi Atasi Utang Rp546.282 Triliun

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 11:34 WIB
loading...
Miliarder AS Bakal Dihantam...
CEO JPMorgan Chase (JPM) punya rencana mengurangi utang AS Rp546.282 triliun yang bakal membuat orang terkaya di Negeri Paman Sam -julukan AS- terusik. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - CEO JPMorgan Chase (JPM) Jamie Dimon mempunyai rencana untuk mengurangi utang nasional Amerika Serikat (AS) yang membengkak hingga USD35 triliun atau setara Rp546.282 triliun (Kurs Rp15.608 per USD). Akan tetapi solusi dari bankir top itu kemungkinan bakal membuat miliarder di Negeri Paman Sam -julukan AS- terusik.



Utang publik Amerika belakangan menjadi sorotan para ahli ekonomi yang memperingatkan bahwa pengeluaran Paman Sam tidak berkelanjutan dan ekonomi tidak tumbuh cukup cepat untuk mengimbangi tingkat pembayaran di masa depan.Harus diakui, pemerintah AS selama lima tahun terakhir harus memberikan stimulus fiskal yang besar untuk menghadapi pandemi dan efek setelahnya, tetapi faktanya ada tagihan yang harus dibayar.

Veteran Wall Street, Dimon setidaknya memiliki dua proposal untuk mengembalikan defisit menuju pada keseimbangan. Pertama yakni, pokus pada pertumbuhan ekonomi untuk mengembalikan rasio utang terhadap PDB serta menyeimbangkan kembali sistem pajak untuk masyarakat berpenghasilan menengah.



Dimon mengatakan, kepada PBS News dalam sebuah wawancara yang belum lama dirilis bahwa, Amerika bisa melakukan pemangkasan utang secara keseluruhan seiring dengan terus melakukan belanja militer.

"Saya akan menghabiskan uang untuk membuat (Amerika) menjadi negara yang lebih baik," kata Dimon.

"Jadi beberapa di antaranya adalah infrastruktur, kredit pajak penghasilan yang diperoleh (EITC), militer. Saya berharap memiliki sistem pajak internasional yang kompetitif... dan kemudian akan memaksimalkan pertumbuhan," bebernya.

Dalam beberapa poin, Dimon yang memimpin bank terbesar AS dari segi aset itu mencatat, ketegangan geopolitik sebagai risiko terbesar bagi ekonomi global. Dampaknya, ada peningkatan dalam pengeluaran untuk militer.

Ia juga mengatakan, perombakan akan memberikan "pendapatan yang sangat dibutuhkan bagi individu dan komunitas yang paling membutuhkannya."

"Saya akan melakukannya dengan mengenakan pajak lebih banyak kepada orang kaya," katanya kepada Pusat Kebijakan Bipartisan pada bulan Januari.

Diikuti dengan investasi ke dalam pertumbuhan, Dimon melanjutkan, akan mengurangi defisit. "Anda mungkin hanya akan menaikkan sedikit pajak. Seperti aturan Warren Buffett, saya akan melakukan itu," jelasnya.

Apa itu 'Buffett Rule' (Aturan Buffett)?


Aturan Buffett menyatakan, bahwa tidak ada rumah tangga yang berpenghasilan lebih dari USD1 juta per tahun harus membayar bagian lebih kecil daripada keluarga kelas menengah.

Hal itu diungkapkan setelah CEO Berkshire Hathaway berulang kali menunjukkan bahwa dia membayar persentase pajak penghasilan yang sama dengan sekretarisnya Debbie Bosanek. Secara tidak sengaja, hal itu mengungkap wajah ketidaksetaraan pajak di Amerika Serikat.

Masalah ini muncul dari fakta bahwa ketika Buffett yang memiliki kekayaan bersih USD138 miliar, berdasarkan data Indeks Miliarder Bloomberg, seharusnya membayar bagian pajak penghasilan federal yang lebih tinggi. Namun Bosanek membayar bagian yang lebih tinggi dari pendapatannya dalam pajak Jaminan Sosial daripada Buffett.

Pada tahun 2024, tarif pajak Jaminan Sosial untuk karyawan adalah 7.65% —sama dengan tahun sebelumnya— dan wiraswasta membayar 15.3%.

Jaminan Sosial juga memiliki batas pajak maksimum USD168,000, yang berarti individu yang berpenghasilan jauh lebih banyak tidak membayar proporsi yang lebih tinggi daripada mereka yang berada di bawah ambang batas.

Studi juga menyoroti bahwa tarif pajak penghasilan tidak seadil yang terlihat pada pandangan pertama. Tahun lalu, Internal Revenue Service (IRS) merilis data tentang rata-rata pajak penghasilan federal yang dibayarkan.

Terungkap bahwa pajak orang Amerika yang sangat kaya sebenarnya jauh lebih rendah. Laporan September mengungkapkan, 400 keluarga terkaya di Amerika sebenarnya membayar 8,2% dari pendapatan mereka dalam pajak, sebagian besar karena celah dalam pajak capital gain.

Selain itu, sebuah studi tahun 2021, yang direvisi pada bulan Desember oleh Biro Riset Ekonomi Nasional, menemukan bahwa penghindaran pajak di antara orang Amerika berpenghasilan tertinggi tidak dianggap serius.

Kini dengan perubahan kebijakan pajak yang kemungkinan bakal mengusik orang kaya Amerika dengan penghasilan tertinggi, Dimon optimistis tentang dampak rencananya terhadap ekonomi. "Kami akan baik-baik saja," katanya kepada PBS.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1140 seconds (0.1#10.140)