Semakin Perkasa Atas Dolar, Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp15.550
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 143 poin atau 0,91 persen ke level Rp15.550 setelah sebelumnya di Rp15.693 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp15.625 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS dipengaruhi investor bertaruh pada nada dovish yang muncul dalam notulen rapat kebijakan Federal Reserve bulan Juli dan pidato Ketua Jerome Powell yang akan datang di Jackson Hole.
“Notulen, yang akan dirilis pada hari Rabu, dan pidato Powell pada hari Jumat kemungkinan akan menjadi pendorong utama volatilitas pergerakan mata uang untuk minggu ini,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (19/8/2024).
Volatilitas juga didorong oleh serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan - khususnya, laporan pekerjaan yang lemah untuk bulan Juli, karena investor khawatir ekonomi terbesar di dunia itu akan mengalami resesi dan bahwa The Fed lambat dalam melonggarkan suku bunga.
Para pelaku pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari Fed pada bulan September, dengan peluang 24,5 persen untuk penurunan sebesar 50 bps. Kontrak berjangka menunjukkan pelonggaran lebih dari 90 bps pada akhir tahun.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada hari Minggu dalam lawatan Timur Tengah lainnya untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, tetapi Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya.
Negara-negara yang menjadi penengah Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir - sejauh ini gagal mempersempit perbedaan yang cukup untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi yang berlangsung selama berbulan-bulan, dan kekerasan terus berlanjut di Gaza pada hari Minggu.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.480 - Rp15.590 per dolar AS.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS dipengaruhi investor bertaruh pada nada dovish yang muncul dalam notulen rapat kebijakan Federal Reserve bulan Juli dan pidato Ketua Jerome Powell yang akan datang di Jackson Hole.
“Notulen, yang akan dirilis pada hari Rabu, dan pidato Powell pada hari Jumat kemungkinan akan menjadi pendorong utama volatilitas pergerakan mata uang untuk minggu ini,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (19/8/2024).
Volatilitas juga didorong oleh serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan - khususnya, laporan pekerjaan yang lemah untuk bulan Juli, karena investor khawatir ekonomi terbesar di dunia itu akan mengalami resesi dan bahwa The Fed lambat dalam melonggarkan suku bunga.
Para pelaku pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari Fed pada bulan September, dengan peluang 24,5 persen untuk penurunan sebesar 50 bps. Kontrak berjangka menunjukkan pelonggaran lebih dari 90 bps pada akhir tahun.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada hari Minggu dalam lawatan Timur Tengah lainnya untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, tetapi Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya.
Negara-negara yang menjadi penengah Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir - sejauh ini gagal mempersempit perbedaan yang cukup untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi yang berlangsung selama berbulan-bulan, dan kekerasan terus berlanjut di Gaza pada hari Minggu.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.480 - Rp15.590 per dolar AS.
Lihat Juga: PPN Naik Jadi 12% Berlaku di 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa Terdampak dan Tak Terdampak
(fch)