Balas Dendam ke Barat, Rusia Bersiap Batasi Ekspor Uranium, Titanium, hingga Nikel

Jum'at, 13 September 2024 - 14:53 WIB
loading...
Balas Dendam ke Barat,...
Rusia sedang mempertimbangkan untuk membatasi pasokan komoditas tertentu yang mempunyai peran strategis di pasar global sebagai pembalasan atas gelombang sanksi Barat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Rusia sedang mempertimbangkan untuk membatasi pasokan komoditas tertentu yang mempunyai peran strategis di pasar global sebagai pembalasan atas gelombang sanksi Barat . Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin seperti dilansir RT.

Ia mengatakan, ekspor bahan bakar nuklir, logam, dan mineral, semuanya dapat terpengaruh. Langkah itu akan menjadi respons terhadap upaya Barat yang memblokir akses Rusia ke beberapa barang-barang buatan asing, kata Putin.



Sementara itu sanksi terkait Ukraina juga membatasi akses Rusia ke pasar luar negeri dan kemampuannya dalam membayar barang-barang yang dibuat di luar negeri. Bahkan Barat memperingatkan bakal menjatuhkan sanksi lanjutan, yang menyasar akses Rusia terhadap barang-barang penggunaan ganda.

Pada tengah pekan kemarin, Putin mengatakan bahwa meskipun ada pembatasan Barat, Rusia terus memasok beberapa jenis komoditas ke pasar dunia "dalam jumlah besar" dan dalam beberapa kasus pembeli dengan senang hati menimbun produk asal Rusia.

"Rusia adalah pemimpin dalam hal cadangan sejumlah jenis bahan baku strategis ... Namun kami terbatas dalam pasokan sejumlah barang – mungkin sudah saatnya kami juga harus memikirkan pembatasan tertentu," kata presiden Putin.



Dia menyarankan bahwa pembatasan yang diusulkan dapat mencakup ekspor uranium , titanium, dan nikel asal Rusia, serta "barang-barang tertentu lainnya."

"Saya tidak mengatakan bahwa kita perlu melakukan ini besok. Tapi, secara umum, jika ini tidak akan merugikan kami sendiri, maka kami dapat memikirkan pembatasan tertentu pada pasokan tersebut ke pasar luar negeri," saran Putin.

Ia juga memberikan catatan, bahwa kebijakan balasan Rusia jangan dianggap remeh mengingat "pentingnya bahan baku asal Rusia" tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)