AS Larang Impor Uranium Rusia, Perusahaan Raksasa Energi: Bisa Merusak Pasar

Kamis, 16 Mei 2024 - 12:15 WIB
loading...
AS Larang Impor Uranium...
Perusahaan raksasa energi Rusia, Rosatom memperingatkan, larangan Amerika Serikat atau AS atas impor uranium dari Moskow bersifat diskriminatif dan dapat merusak pasar. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perusahaan raksasa energi Rusia , Rosatom memperingatkan, larangan Amerika Serikat atau AS atas impor uranium dari Moskow bersifat diskriminatif dan dapat merusak pasar bahan bakar nuklir global. Sebelumnya Presiden AS, Joe Biden telah menyetujui larangan impor Uranium Rusia.



Hal itu ditandai saat Biden menandatangani RUU menjadi undang-undang pada awal pekan kemarin, yang melarang impor bahan bakar reaktor nuklir Rusia, yang akan mulai berlaku dalam 90 hari.

"Kami menganggap undang-undang AS yang diberlakukan melarang impor uranium Rusia sebagai diskriminatif dan tidak berorientasi pasar," kata Rosatom dalam sebuah pernyataan tertulis kepada RIA Novosti.

"Jelas bahwa keputusan semacam itu, yang memiliki konteks politik, merusak fungsi keberlanjutan ... industri nuklir," kata perusahaan itu.



Rosatom mengatakan, secara terpisah bahwa mereka tetap mempertahankan posisi yang kuat sebagai pemimpin global dalam teknologi nuklir dan akan terus mengembangkan hubungan dengan mitra asing yang tertarik pada kerja sama jangka panjang.

Rusia menyediakan hampir seperempat uranium yang diperkaya yang menjadi bahan bakar reaktor nuklir komersial AS pada tahun 2022, menjadikannya pemasok bahan bakar asing utama Amerika tahun itu, menurut Administrasi Informasi Energi AS.

Sementara itu AS memiliki deposit uranium sendiri, mereka tidak cukup untuk memenuhi permintaan. Sedangkan Rusia menjadi tuan rumah pengayaan uranium terbesar di dunia, terhitung hampir setengah dari kapasitas global.

Pada tahun 2022, Rusia merupakan eksportir uranium yang diperkaya terbesar di pasar global, menyumbang sekitar 35% dari penjualan di seluruh dunia dengan perkiraan nilai ekspor mencapai USD2 miliar.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2075 seconds (0.1#10.140)