Pertamina Mulai Bersiap Hadapi Pergeseran Konsumsi Energi

Selasa, 26 November 2019 - 16:13 WIB
Pertamina Mulai Bersiap Hadapi Pergeseran Konsumsi Energi
Pertamina Mulai Bersiap Hadapi Pergeseran Konsumsi Energi
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) telah memulai melakukan transisi bisnis serta bersiap menghadapi pergeseran konsumsi energi dari fossil fuel menuju ke petrokimia dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Dewan Penasihat Pertamina Energy Institute Widyawan Prawiraatmadja menyebutkan, bahwa transisi energi merupakan suatu keniscayaan.

“Pertamina dapat mengimplementasikan keinginan pemerintah, seperti biofuel, tapi juga tetap sustainable dalam melakukan bisnis,” kata Widyawan di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Menurutnya, Pertamina sudah siap menghadapi perkembangan global di bidang energi baru terbarukan, khususnya di sektor transportasi dengan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. "Kami memproyeksikan hingga 2050, sekitar 50% dari bahan bakar kendaraan bersumber dari biofuel. Di samping itu, pembangkit listrik dari sumber daya baru terbarukan akan terus bertumbuh," terang Widyawan.

Ia melanjutkan, "Pertamina sudah terlibat langsung dalam pengembangan energi baru terbarukan untuk sektor transportasi, seperti pengembangan B20 dan baru-baru ini sudah meresmikan penggunaan B30."

Sementara itu kebutuhan energi global diprediksi terus meningkat hingga 2050 karena penduduk dunia yang terus bertumbuh. Populasi dan kebutuhan energi, khususnya di negara-negara berkembang dianggap sebagai pendorong utama global megatrend.

Ketika pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat, ekonomi di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata ekonomi global. Sektor industri dan transportasi merupakan konsumen energi terbesar dengan akumulasi 73% dari total kebutuhan energi.

“Sebagai pelaku usaha ujung tombak energi nasional, PT Pertamina (Persero) berperan penting menerjemahkan kebijakan pemerintah dalam energi transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan,” ungkapnya.

Widyawan bersama dua narasumber lain, yaitu Pelaksana Tugas Dirjen Migas ESDM Djoko Siswanto dan Executive Director IHS Markitt Nick Sharma, berbicara pada panel bertemakan Global Megatrends: What Is Driving the Energy Revolution dalam diskusi panel Pertamina Energy Forum 2019 bertema “Global Trend: What is Driving the Energy Revolution?”.

Pertamina memproyeksikan energi fosil seperti minyak dan gas dan batubara, masih memainkan peran utama jika menggunakan scenario business-as-usual. Berdasarkan scenario Market as Driver Pertamina, batubara masih mempunyai peran besar dalam bauran energi. Di samping itu, B30 dan E20 (Ethanol 20%) sudah diimplementasikan dibarengi dengan penggunaan solar rooftop, geothermal dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Sementara berdasarkan scenario Green as Possible, Pertamina memproyeksikan terjadi transisi elektrifikasi yang masif dari sumber energi fosil ke sumber energi baru terbarukan. Bahan bakar B50 (Biosolar kadar 50%) dan E50 (Ethanol 50%) sudah diaplikasikan dan pembangkitan listrik energi baru terbarukan makin banyak terpasang.

Plt Dirjen Migas ESDM Djoko Siswanto mengungkapkan, pemerintah telah memberikan dukungan bagi investor baik berbentuk regulasi, perizinan serta insentif fiskal. “Kebijakan dan birokrasi yang menghambat kita kurangi, investor juga diberi insentif pajak,” katanya.

Secara global, IHS Markitt memproyeksikan energi baru terbarukan akan menyumbang lebih dari 70% dari total kapasitas pembangkit energi. “Saat ini batubara masih merupakan energi yang paling murah, namun energi baru terbarukan semakin lama akan lebih bersaing,” kata Nick Sharma.

Namun Ia memprediksi porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi global pada 2050 masih di kisaran 10-20% dan peran energi fosil masih penting di negara-negara berkembang.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6971 seconds (0.1#10.140)