Air, Listrik, dan Harga BBM Menyumbang Inflasi Jakarta 0,03% di Oktober 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jakarta kembali catatkan inflasi sebesar 0,03% di Oktober 2024. Tekanan inflasi bersumber dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
Meski demikian, Kepala Kantor Perwakilan Bank DKI Jakarta , Arlyana Abubakar mengatakan, inflasi yang terjadi jauh lebih rendah di bandingkan sebelumnya, yaitu 1,70%. Artinya kata Arlyana, inflasi ini masih terkendali dan lebih rendah dari nasional sebesar 1,71%.
“Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” kata Arlyana dalam siaran persnya, Jumat (1/11/2024)
Terlepas dari, kelompok transportasi yang sebelumnya menjadi penyebab inflasi, kini mengalami deflasi. Sementara inflasi tertinggi bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%, utamanya didorong oleh kenaikan upah tukang bukan mandor.
Di sisi lain, kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan harga livebird di tingkat peternak. “Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara produsen,” tambah Arlyana.
Sedangkan terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif transportasi udara dan harga bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM nonsubsidi baik Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Sementara untuk menekan tingginya inflasi, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain seperti program sembako murah dan pangan bersubsidi di berbagai wilayah Jakarta serta bazar pangan murah yang menjangkau daerah terluar Kepulauan Seribu yaitu Pulau Sabira.
Perluasan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan PT Sentral Retailindo dan PT Mitra Jembrana (Bali), Penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID untuk pengendalian inflasi jelang akhir tahun; serta Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
“Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” tutupnya.
Meski demikian, Kepala Kantor Perwakilan Bank DKI Jakarta , Arlyana Abubakar mengatakan, inflasi yang terjadi jauh lebih rendah di bandingkan sebelumnya, yaitu 1,70%. Artinya kata Arlyana, inflasi ini masih terkendali dan lebih rendah dari nasional sebesar 1,71%.
“Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” kata Arlyana dalam siaran persnya, Jumat (1/11/2024)
Terlepas dari, kelompok transportasi yang sebelumnya menjadi penyebab inflasi, kini mengalami deflasi. Sementara inflasi tertinggi bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%, utamanya didorong oleh kenaikan upah tukang bukan mandor.
Di sisi lain, kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan harga livebird di tingkat peternak. “Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara produsen,” tambah Arlyana.
Sedangkan terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif transportasi udara dan harga bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM nonsubsidi baik Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Sementara untuk menekan tingginya inflasi, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain seperti program sembako murah dan pangan bersubsidi di berbagai wilayah Jakarta serta bazar pangan murah yang menjangkau daerah terluar Kepulauan Seribu yaitu Pulau Sabira.
Perluasan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan PT Sentral Retailindo dan PT Mitra Jembrana (Bali), Penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID untuk pengendalian inflasi jelang akhir tahun; serta Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
“Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” tutupnya.
(akr)