Australia Resesi, Awas! Investasi RI Terancam Ambyar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai Australia yang mengalami resesi akan berdampak pada investasi Indonesia. Adapun dampaknya investasi Australia ke Indonesia terancam ambyar. Lantaran, investasi dari Australia menduduki posisi ke 10 teratas di Indonesia dengan nilai USD148 juta per semester I 2020.
"Imbasnya investasi langsung dari Australia akan direvisi turun, dan berpengaruh khususnya di sektor pertambangan, pertanian dan peternakan. Jika investasi terus anjlok hingga akhir tahun maka resesi di Indonesia tidak bisa dihindari lagi," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (4/9/2020).
Dia melanjutkan dampak resesi di Australia tidak terlalu besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya perdagangan. Namun, investasi akan punya peran penting untuk ekonomi. "Karena share ekspor ke Australia porsinya hanya 1,58% dalam kurun waktu Januari-Juli 2020. Sementara dari sisi impor hanya 3,18%," jelasnya.
Sebagai informasi, Australia secara resmi berada dalam resesi ekonomi pertamanya selama hampir tiga dekade, dengan angka PDB kuartal Juni yang menunjukkan ekonomi mundur sebesar 7% - penurunan terburuk yang pernah tercatat dan sedikit lebih buruk dari perkiraan sebagian besar ekonom.
Angka dari Biro Statistik Australia (ABS) hari ini mengkonfirmasi penurunan 0,3% kuartal Maret, yang berarti ekonomi Australia minus selama dua kuartal berturut-turut, atau memenuhi definisi umum resesi. Penurunan PDB kuartalan sebesar 7% ini juga lebih dari tiga kali lebih buruk daripada penurunan terbesar sebelumnya sebesar 2% pada bulan Juni 1974.
Rekor penurunan aktivitas ekonomi didorong oleh sektor swasta, yang banyak di antaranya ditutup atau dibatasi karena upaya untuk menahan pandemi Covid-19. Permintaan swasta mengambil 7,9 poin persentase dari ekonomi, sementara surplus perdagangan dan peningkatan pengeluaran pemerintah masing-masing bertambah 1 dan 0,6 poin persentase.
"Imbasnya investasi langsung dari Australia akan direvisi turun, dan berpengaruh khususnya di sektor pertambangan, pertanian dan peternakan. Jika investasi terus anjlok hingga akhir tahun maka resesi di Indonesia tidak bisa dihindari lagi," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (4/9/2020).
Dia melanjutkan dampak resesi di Australia tidak terlalu besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya perdagangan. Namun, investasi akan punya peran penting untuk ekonomi. "Karena share ekspor ke Australia porsinya hanya 1,58% dalam kurun waktu Januari-Juli 2020. Sementara dari sisi impor hanya 3,18%," jelasnya.
Sebagai informasi, Australia secara resmi berada dalam resesi ekonomi pertamanya selama hampir tiga dekade, dengan angka PDB kuartal Juni yang menunjukkan ekonomi mundur sebesar 7% - penurunan terburuk yang pernah tercatat dan sedikit lebih buruk dari perkiraan sebagian besar ekonom.
Angka dari Biro Statistik Australia (ABS) hari ini mengkonfirmasi penurunan 0,3% kuartal Maret, yang berarti ekonomi Australia minus selama dua kuartal berturut-turut, atau memenuhi definisi umum resesi. Penurunan PDB kuartalan sebesar 7% ini juga lebih dari tiga kali lebih buruk daripada penurunan terbesar sebelumnya sebesar 2% pada bulan Juni 1974.
Rekor penurunan aktivitas ekonomi didorong oleh sektor swasta, yang banyak di antaranya ditutup atau dibatasi karena upaya untuk menahan pandemi Covid-19. Permintaan swasta mengambil 7,9 poin persentase dari ekonomi, sementara surplus perdagangan dan peningkatan pengeluaran pemerintah masing-masing bertambah 1 dan 0,6 poin persentase.
(nng)