Tahun 2019, Astra International Raih Laba Bersih Rp21,7 Triliun

Kamis, 27 Februari 2020 - 19:58 WIB
Tahun 2019, Astra International Raih Laba Bersih Rp21,7 Triliun
Tahun 2019, Astra International Raih Laba Bersih Rp21,7 Triliun
A A A
JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) pada tahun 2019, mengalami tantangan berat imbas dari pelemahan konsumsi domestik dan melemahnya harga komoditas. Tahun kemarin, Astra International mengalami penurunan pendapatan bersih 1% menjadi Rp237,16 triliun, berbanding tahun 2018 sebesar Rp239,20 triliun.

Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto, menerangkan penurunan pendapatan bersih ini disebabkan merosotnya pendapatan dari divisi otomotif dan agribisnis. Penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan pendapatan dari divisi jasa keuangan serta infrastruktur dan logistik.

"Kinerja Grup selama tahun 2019 terimbas pelemahan konsumsi domestik dan rendahnya harga-harga komoditas, tetapi diuntungkan oleh peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas Grup yang baru diakuisisi," ujar Prijono Sugiarto di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Adapun laba bersih Astra pada 2019 mencapai Rp21,70 triliun, naik tipis dibanding tahun 2018 sebesar Rp21,67 triliun. Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.652 pada 31 Desember 2019. Jumlah ini naik 8% dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp3.383.

Sementara itu, utang bersih di luar Grup anak perusahaan jasa keuangan, mencapai Rp22,2 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan 2018 sebesar Rp13,0 triliun. Kenaikan ini disebabkan tambahan investasi Grup pada jalan tol dan Gojek serta belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan.

Anak perusahaan segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp45,8 triliun. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp47,7 triliun.

Dividen final sebesar Rp157 per saham akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, April 2020. Dividen itu lebih tinggi dibanding 2018 senilai Rp154 per saham.

"Prospek tahun 2020 masih menantang yang disebabkan ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar mobil serta harga-harga komoditas yang lemah. Meskipun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum dari setiap perbaikan kondisi ekonomi," pungkas Prijono.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2441 seconds (0.1#10.140)