OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Rupiah Melemah di Atas Rp16.500
loading...

Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah. FOTO/dok.SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah 103 poin atau 0,63 persen ke level Rp16.531 per dolar AS setelah sebelumnya terjadi depresiasi. Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah salah satunya dari The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 4,5% setelah penutupan pertemuan pada hari Rabu nanti, di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas ekonomi AS di bawah Trump.
"Para pejabat telah berulang kali menandai ketidakpastian atas prospek ekonomi jangka pendek saat Trump memberlakukan agendanya, dengan ruang lingkup terbatas untuk penurunan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (19/3/2025).
Adapun The Fed juga akan merilis ringkasan terbarunya tentang proyeksi ekonomi, yang menawarkan lebih banyak wawasan tentang ekspektasi bank sentral terhadap ekonomi AS di bawah Trump.
Tarif perdagangan Trump terutama perubahannya pada tindakan terhadap Kanada dan Meksiko memicu peningkatan ketidakpastian atas prospek ekonomi AS. Presiden AS telah memperingatkan bahwa ia akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada awal April. Pasar khawatir bahwa tarif yang lebih tinggi akan mengganggu perdagangan global dan mendorong inflasi AS, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi lokal.
Trump berjanji akan melanjutkan serangan negaranya terhadap Houthi di Yaman dan mengatakan ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan yang dilakukan oleh kelompok yang telah mengganggu pengiriman di Laut Merah.
Serangan udara Israel di Gaza, sementara itu, menewaskan sedikitnya 200 orang, kata otoritas kesehatan Palestina, yang mengakhiri gencatan senjata selama seminggu dan meningkatkan risiko pasokan minyak terancam dari wilayah yang lebih luas.
Dari sentimen domestik, Organization for Economic Cooperation and Development alias OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,9 persen. Sebelumnya dalam publikasi OECD Economic Outlook Desember 2024, organisasi ekonomi yang berisi banyak negara maju itu memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2025.
Kendati demikian, OECD menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak akan melambat secara signifikan karena didukung oleh potensi pertumbuhan ekspor akibat efek eskalasi perang dagang yang terjadi belakangan.
Selain itu, OECD memprakirakan tingkat suku bunga acuan Indonesia alias BI Rate akan tetap stabil untuk menjaga inflasi tetap rendah dan menghindari arus keluar modal akibat kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat. Dalam proyeksi terbarunya, OECD menyatakan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8 persen pada 2025. Angka tersebut lebih rendah 0,3 persen daripada proyeksi OECD pada Desember 2024. Sebagai perbandingan, pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada 2025.
Selain itu, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulan Maret 2025, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk tetap pada level 6,5 persen. Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp16.520 - Rp16.580 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah salah satunya dari The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 4,5% setelah penutupan pertemuan pada hari Rabu nanti, di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas ekonomi AS di bawah Trump.
"Para pejabat telah berulang kali menandai ketidakpastian atas prospek ekonomi jangka pendek saat Trump memberlakukan agendanya, dengan ruang lingkup terbatas untuk penurunan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (19/3/2025).
Adapun The Fed juga akan merilis ringkasan terbarunya tentang proyeksi ekonomi, yang menawarkan lebih banyak wawasan tentang ekspektasi bank sentral terhadap ekonomi AS di bawah Trump.
Tarif perdagangan Trump terutama perubahannya pada tindakan terhadap Kanada dan Meksiko memicu peningkatan ketidakpastian atas prospek ekonomi AS. Presiden AS telah memperingatkan bahwa ia akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada awal April. Pasar khawatir bahwa tarif yang lebih tinggi akan mengganggu perdagangan global dan mendorong inflasi AS, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi lokal.
Trump berjanji akan melanjutkan serangan negaranya terhadap Houthi di Yaman dan mengatakan ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan yang dilakukan oleh kelompok yang telah mengganggu pengiriman di Laut Merah.
Serangan udara Israel di Gaza, sementara itu, menewaskan sedikitnya 200 orang, kata otoritas kesehatan Palestina, yang mengakhiri gencatan senjata selama seminggu dan meningkatkan risiko pasokan minyak terancam dari wilayah yang lebih luas.
Dari sentimen domestik, Organization for Economic Cooperation and Development alias OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,9 persen. Sebelumnya dalam publikasi OECD Economic Outlook Desember 2024, organisasi ekonomi yang berisi banyak negara maju itu memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2025.
Kendati demikian, OECD menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak akan melambat secara signifikan karena didukung oleh potensi pertumbuhan ekspor akibat efek eskalasi perang dagang yang terjadi belakangan.
Selain itu, OECD memprakirakan tingkat suku bunga acuan Indonesia alias BI Rate akan tetap stabil untuk menjaga inflasi tetap rendah dan menghindari arus keluar modal akibat kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat. Dalam proyeksi terbarunya, OECD menyatakan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8 persen pada 2025. Angka tersebut lebih rendah 0,3 persen daripada proyeksi OECD pada Desember 2024. Sebagai perbandingan, pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada 2025.
Selain itu, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulan Maret 2025, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk tetap pada level 6,5 persen. Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp16.520 - Rp16.580 per dolar AS.
(nng)
Lihat Juga :