OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Rupiah Melemah di Atas Rp16.500

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:13 WIB
loading...
OECD Pangkas Proyeksi...
Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini kembali ditutup melemah 103 poin atau 0,63 persen ke level Rp16.531 per dolar AS setelah sebelumnya terjadi depresiasi. Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah salah satunya dari The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 4,5% setelah penutupan pertemuan pada hari Rabu nanti, di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas ekonomi AS di bawah Trump.

"Para pejabat telah berulang kali menandai ketidakpastian atas prospek ekonomi jangka pendek saat Trump memberlakukan agendanya, dengan ruang lingkup terbatas untuk penurunan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (19/3/2025).



Adapun The Fed juga akan merilis ringkasan terbarunya tentang proyeksi ekonomi, yang menawarkan lebih banyak wawasan tentang ekspektasi bank sentral terhadap ekonomi AS di bawah Trump.

Tarif perdagangan Trump terutama perubahannya pada tindakan terhadap Kanada dan Meksiko memicu peningkatan ketidakpastian atas prospek ekonomi AS. Presiden AS telah memperingatkan bahwa ia akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada awal April. Pasar khawatir bahwa tarif yang lebih tinggi akan mengganggu perdagangan global dan mendorong inflasi AS, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi lokal.

Trump berjanji akan melanjutkan serangan negaranya terhadap Houthi di Yaman dan mengatakan ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan yang dilakukan oleh kelompok yang telah mengganggu pengiriman di Laut Merah.

Serangan udara Israel di Gaza, sementara itu, menewaskan sedikitnya 200 orang, kata otoritas kesehatan Palestina, yang mengakhiri gencatan senjata selama seminggu dan meningkatkan risiko pasokan minyak terancam dari wilayah yang lebih luas.

Dari sentimen domestik, Organization for Economic Cooperation and Development alias OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 4,9 persen. Sebelumnya dalam publikasi OECD Economic Outlook Desember 2024, organisasi ekonomi yang berisi banyak negara maju itu memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2025.

Kendati demikian, OECD menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak akan melambat secara signifikan karena didukung oleh potensi pertumbuhan ekspor akibat efek eskalasi perang dagang yang terjadi belakangan.



Selain itu, OECD memprakirakan tingkat suku bunga acuan Indonesia alias BI Rate akan tetap stabil untuk menjaga inflasi tetap rendah dan menghindari arus keluar modal akibat kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat. Dalam proyeksi terbarunya, OECD menyatakan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8 persen pada 2025. Angka tersebut lebih rendah 0,3 persen daripada proyeksi OECD pada Desember 2024. Sebagai perbandingan, pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen pada 2025.

Selain itu, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulan Maret 2025, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk tetap pada level 6,5 persen. Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah direntang Rp16.520 - Rp16.580 per dolar AS.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Pimpin BRICS Hadapi...
Pimpin BRICS Hadapi Perang Dagang AS, China Susun Rencana Baru
Rupiah Sepekan Melemah...
Rupiah Sepekan Melemah Hampir 1 Persen, Berikut Penyebabnya
Rupiah Keok Lawan Dolar...
Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Hari Ini Bertengger di Rp16.501/USD
Prabowo: Fundamental...
Prabowo: Fundamental Ekonomi Kita Kuat, Harga-harga Sembako Terkendali
BI Proyeksikan Ekonomi...
BI Proyeksikan Ekonomi RI Tumbuh 4,7% hingga 5,5% di 2025
Makin Suram, OECD Pangkas...
Makin Suram, OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia Jadi 4,9% di 2025
Dasco dan Anggota DPR...
Dasco dan Anggota DPR Datangi BEI usai IHSG Anjlok Parah, Ada Apa?
Mata Uang yang Paling...
Mata Uang yang Paling Banyak Dipalsukan di Dunia, Dolar AS Jadi Target Utama
Bank Teratas Dunia Ini...
Bank Teratas Dunia Ini Ramal Dolar AS Bisa Kehilangan Status Global
Rekomendasi
Demo Tolak UU TNI di...
Demo Tolak UU TNI di Malang Ricuh, Sejumlah Aparat dan Demonstrans Terluka
Jadwal Imsak dan Buka...
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Jakarta, Senin 24 Maret 2025/24 Ramadan 1446 H
Pangeran William Jadi...
Pangeran William Jadi Target Drone Rusia, Diancam Bakal Disingkirkan
Berita Terkini
Beri Sanksi ke Rusia,...
Beri Sanksi ke Rusia, Uni Eropa Menusuk Sendiri Jantung Ekonominya
25 menit yang lalu
Gerakan Pangan Murah,...
Gerakan Pangan Murah, Kepala Bapanas: Kadin Luar Biasa Gabungkan Hulu dan Hilir
5 jam yang lalu
Jelang Lebaran Momen...
Jelang Lebaran Momen Tepat untuk Membeli Emas, Ini Alasannya
5 jam yang lalu
BNI Terapkan Operasional...
BNI Terapkan Operasional Terbatas Selama Libur Nyepi dan Idulfitri 2025
6 jam yang lalu
CEO Philip Morris: Keberlanjutan...
CEO Philip Morris: Keberlanjutan Ciptakan Hasil Kinerja Bisnis yang Positif
8 jam yang lalu
Berbagi Kebahagiaan...
Berbagi Kebahagiaan Ramadan, Kadin Salurkan 150 Paket Bantuan ke Anak Yatim
8 jam yang lalu
Infografis
10 Negara Penduduknya...
10 Negara Penduduknya Paling Bahagia di Dunia Tahun 2025
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved