Pemerintah Dorong Pembuatan Batik Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian mendorong pembuatan batik ramah lingkungan . Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengahtangkat bahwa Hal itu sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan.
"Praktik industri hijau ini sangat penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapainya efisiensi produksi serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Apalagi, industri ramah lingkungan merupakan sebuah ikon yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan," kata dia melalui keterangan resminya, Senin (7/9/2020).
Untuk itu, lanjut Doddy, guna mempercepat penerapan industri hijau dalam aktivitasnya, pelaku usaha perlu memanfaatkan teknologi modern atau hasil riset yang sudah ada. "Pengembangan industri yang ramah lingkungan bisa dilakukan melalui sejumlah cara. Mulai dari produksi bersih, konservasi energi, efisiensi sumber daya, proses daur ulang hingga teknologi rendah karbon," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, Titik Purwati Widowati menjelaskan, kegiatan pelatihan ini berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 2020 dengan materi yang terdiri dari delapan topik mengenai praktik industri yang ramah lingkungan. Misalnya, penerapan manajemen bahan baku dan kimia, penghematan energi dan air, melakukan daur ulang lilin batik dan larutan bekas pewarna, pengolahan limbah batik, serta penetapan Standar Industri Hijau untuk batik.
"Kami berharap, para anggota APBJ mendapatkan pemahaman mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk batik yang ramah lingkungan dan setelah menerapkan langkah-langkah tersebut, para anggota Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ) ini mendapatkan sertifikat industri hijau," ungkap Titik.
Titik menambahkan, kegiatan pelatihan dan pendampingan juga diharapkan menjadi program strategis untuk kembali membangkitkan gairah usaha pelaku industri batik terhadap dampak pandemi Covid-19. "Selama pandemi, kami terus memberikan pendampingan kepada pelaku industri kerajinan dan batik dengan cara menyelenggarakan kelas umum secara gratis melalui aplikasi Zoom," tambahnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengahtangkat bahwa Hal itu sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan.
"Praktik industri hijau ini sangat penting dan mutlak untuk segera dilaksanakan guna tercapainya efisiensi produksi serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Apalagi, industri ramah lingkungan merupakan sebuah ikon yang harus dipahami dan dilaksanakan dalam menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan," kata dia melalui keterangan resminya, Senin (7/9/2020).
Untuk itu, lanjut Doddy, guna mempercepat penerapan industri hijau dalam aktivitasnya, pelaku usaha perlu memanfaatkan teknologi modern atau hasil riset yang sudah ada. "Pengembangan industri yang ramah lingkungan bisa dilakukan melalui sejumlah cara. Mulai dari produksi bersih, konservasi energi, efisiensi sumber daya, proses daur ulang hingga teknologi rendah karbon," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, Titik Purwati Widowati menjelaskan, kegiatan pelatihan ini berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 2020 dengan materi yang terdiri dari delapan topik mengenai praktik industri yang ramah lingkungan. Misalnya, penerapan manajemen bahan baku dan kimia, penghematan energi dan air, melakukan daur ulang lilin batik dan larutan bekas pewarna, pengolahan limbah batik, serta penetapan Standar Industri Hijau untuk batik.
"Kami berharap, para anggota APBJ mendapatkan pemahaman mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk batik yang ramah lingkungan dan setelah menerapkan langkah-langkah tersebut, para anggota Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ) ini mendapatkan sertifikat industri hijau," ungkap Titik.
Titik menambahkan, kegiatan pelatihan dan pendampingan juga diharapkan menjadi program strategis untuk kembali membangkitkan gairah usaha pelaku industri batik terhadap dampak pandemi Covid-19. "Selama pandemi, kami terus memberikan pendampingan kepada pelaku industri kerajinan dan batik dengan cara menyelenggarakan kelas umum secara gratis melalui aplikasi Zoom," tambahnya.
(nng)