Menteri Bambang 'Kuliahi' Para Dosen Soal Ketidaknyamanan Pelaku Usaha Kecil
loading...
A
A
A
JAKARTA - Melalui program Pemberdayaan Masyarakat Program Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia Bangkit Tahun 2020, Kementerian Riset Dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) memberdayakan masyarakat PTN maupun PTS untuk berinovasi mendukung UKM dan koperasi dalam menjalankan ekonomi minim kontak (less contact economy) di masa pandemi Covid-19 .
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro berpesan kepada para dosen yang berperan dalam program ini untuk bisa membantu mengubah mindset para pelaku UKM.
"Saya ingin peran Bapak dan Ibu dosen di sini adalah untuk mengubah mindset para pelaku UKM yang tadinya berdagang konvensional menjadi berdagang secara digital. Ini memang tidak mudah karena tidak nyaman bagi mereka," ucap Bambang dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Dia mengatakan, ketidaknyamanan yang dirasakan oleh para pelaku UKM ini menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen. Harapannya, ketidaknyamanan ini bisa diatasi dengan teknologi dan pendekatan yang persuasif. ( Baca juga:Serapan Anggaran Program Padat Karya Tunai Ditjen KA Lebih dari 50% )
"Dari hasil survei LIPI selama masa pandemi terlihat, UMKM yang terekspos ke digital lebih bisa survive dibandingkan mereka yang belum. Perlu diingat agar upaya kita mendorong digitalisasi UMKM tidak boleh memberatkan mereka pula. Tidak boleh membuat mereka menyerah karena merasa investasi digital mahal," ungkap Bambang.
Lanjut dia menyampaikan, ini merupakan tugas bersama untuk menemukan win-win solution agar UMKM tetap bisa melakukan aktivitas usaha dengan tetap menerapkan protokol Covid-19 dan transformasi digital bisa berjalan lancar. Para dosen juga diharapkan agar benar-benar membawa UMKM agar tidak terjebak pada PSBB maupun penerapan protokol.
"Kembali lagi, UMKM bukan hanya butuh pembiayaan atau modal kerja, tetapi yang sangat penting adalah akses pasar. Tanpa akses pasar, pembiayaan mereka tidak sustainable," kata Bambang. ( Baca juga:Disebut sebagai LSM, Begini Jawaban Majelis Ulama Indonesia )
Dia menambahkan, mau tidak mau, para pelaku UMKM ini harus terekspos secara digital dan dilatih agar terbiasa melakukan transaksi dengan menggunakan fintech peer to peer lending. Mereka juga harus didorong untuk masuk ke platform market yang basis konsumernya banyak, misalnya e-commerce.
"Ini merupakan bagian dari less contact economy, dengan menjaga jarak, mau tidak mau hubungan konvensional antar manusia selama ini harus dikurangi secara signifikan. Tapi kita juga ingin kegiatan ekonomi tidak berhenti, sehingga ini harus dikombinasikan dengan sistem informasi dan teknologi (IT)," pungkas Bambang.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro berpesan kepada para dosen yang berperan dalam program ini untuk bisa membantu mengubah mindset para pelaku UKM.
"Saya ingin peran Bapak dan Ibu dosen di sini adalah untuk mengubah mindset para pelaku UKM yang tadinya berdagang konvensional menjadi berdagang secara digital. Ini memang tidak mudah karena tidak nyaman bagi mereka," ucap Bambang dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Dia mengatakan, ketidaknyamanan yang dirasakan oleh para pelaku UKM ini menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen. Harapannya, ketidaknyamanan ini bisa diatasi dengan teknologi dan pendekatan yang persuasif. ( Baca juga:Serapan Anggaran Program Padat Karya Tunai Ditjen KA Lebih dari 50% )
"Dari hasil survei LIPI selama masa pandemi terlihat, UMKM yang terekspos ke digital lebih bisa survive dibandingkan mereka yang belum. Perlu diingat agar upaya kita mendorong digitalisasi UMKM tidak boleh memberatkan mereka pula. Tidak boleh membuat mereka menyerah karena merasa investasi digital mahal," ungkap Bambang.
Lanjut dia menyampaikan, ini merupakan tugas bersama untuk menemukan win-win solution agar UMKM tetap bisa melakukan aktivitas usaha dengan tetap menerapkan protokol Covid-19 dan transformasi digital bisa berjalan lancar. Para dosen juga diharapkan agar benar-benar membawa UMKM agar tidak terjebak pada PSBB maupun penerapan protokol.
"Kembali lagi, UMKM bukan hanya butuh pembiayaan atau modal kerja, tetapi yang sangat penting adalah akses pasar. Tanpa akses pasar, pembiayaan mereka tidak sustainable," kata Bambang. ( Baca juga:Disebut sebagai LSM, Begini Jawaban Majelis Ulama Indonesia )
Dia menambahkan, mau tidak mau, para pelaku UMKM ini harus terekspos secara digital dan dilatih agar terbiasa melakukan transaksi dengan menggunakan fintech peer to peer lending. Mereka juga harus didorong untuk masuk ke platform market yang basis konsumernya banyak, misalnya e-commerce.
"Ini merupakan bagian dari less contact economy, dengan menjaga jarak, mau tidak mau hubungan konvensional antar manusia selama ini harus dikurangi secara signifikan. Tapi kita juga ingin kegiatan ekonomi tidak berhenti, sehingga ini harus dikombinasikan dengan sistem informasi dan teknologi (IT)," pungkas Bambang.
(uka)