Obat Terapi Penyembuhan Covid-19 Diproduksi Kimia Farma, Erick: Selama Ini Impor

Rabu, 16 September 2020 - 06:00 WIB
loading...
Obat Terapi Penyembuhan...
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau KAEF telah memproduksi favipiravir. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau KAEF telah memproduksi favipiravir. Obat tersebut dapat digunakan pasien positif Covid-19 saat melakukan terapi penyembuhan.

"Alhamdulillah, kemarin Kimia Farma sudah bisa produksi Avigan (favipiravir) yang selama ini diimpor, masuk kategori Favipiravir. Sekarang sudah bisa buat sendiri," ujar Erick, Jakarta.

(Baca Juga: Vaksin Covid-19 Dipastikan Halal dan Terdaftar di BPOM, Ini Kata Erick Thohir Loh )

Langkah Kimia Farma memproduksi obat anti virus tersebut, dinilai Erick sebagai kemampuan perusahaan plat merah untuk menekan impor bahan baku obat-obatan ke dalam negeri. "Sudah bisa buat sendiri karena sudah bisa buat sendiri karena gak mau bergantung kepada bahan baku impor," kata Erick.

Tak hanya Kimia Farma, Erick juga menyebut, produsen obat-obatan dalam negeri seperti PT Indofarma (Persero) Tbk tengah membidik obat herbal yang diyakini bisa digunakan dalam proses penyembuhan Covid-19.

Melalui Indofarma, pemerintah terus mendorong agar Holding BUMN Farmasi melalui anak perusahaannya terus meningkatkan riset ilmiah terkait obat herbal yang bisa diproduksi dan digunakan masyarakat untuk menjaga ketahanan kesehatan di tengah penyebaran Covid-19.

"Dan kita terus melanjutkan bagaimana riset-riset kepada herbal yang bisa membantu. Karena itu kita spin off yang namanya Indofarma fokus herbal, Kimia Farma untuk Kimia, dan Bio Farma yang fokus kepada ininya semua," ujar dia.

(Baca Juga: Indonesia Paling Agresif Soal Urusan Berburu Vaksin Covid-19 )

Indofarma memang difokuskan pada bisnis alat kesehatan dan obat herbal, sementara fokus Kimia Farma pada produk farmasi, adapun Bio Farma lebih menggeluti vaksin .

Bio Farma sendiri dipercaya pemerintah untuk bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd dari China. Nantinya, Bio Farma juga akan bekerja sama dengan Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (Coalition for Epidemic Preparedness Innovation/CEPI), sebuah kerja sama antar pemerintah dan swasta di tingkat global yang berbasis di Norwegia.

Sinovac sendiri sudah berkomitmen menyediakan 20 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini apabila proses uji klinis tahap 3 berjalan lancar. Sedangkan untuk tahun depan, akan diproduksi hingga 250 juta dosis untuk Indonesia.

Selain itu, Erick juga melaporkan bahwa Kimia Farma juga telah menggandeng perusahaan asal UEA, Grup 42 (G42) dan akan memperoleh 10 juta dosis vaksin pada akhir 2020, kemudian ditambah lagi sebanyak 50 juta dosis yang akan diterima Indonesia pada akhir kuartal I-2021.

"Insya Allah, akhir tahun ini ada 30 juta (vaksin) dan tahun depan ada 300 juta. Tetapi sebagai catatan, dari total kita dapatkan 330 juta mungkin 340 juta," kata Erick.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2671 seconds (0.1#10.140)