Kunci Sukses Pelaku UMKM, Ekosistem Ekonomi Digital Perlu Dibangun
loading...
A
A
A
Meski demikian, dia mengakui untuk mendorong UMKM di daerah beralih dari luar jaringan (luring, offline) ke dalam jaringan (daring, online), bukanlah urusan yang mudah.
Sejumlah tantangan seperti pendanaan dan kualitas sumber daya manusia yang tidak merata kapasitasnya akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bisnis UMKM pascapandemi. Ketidakhadiran konektivitas internet yang tidak merata dan sinkronisasi penerimaan dana juga menjadi ancaman yang harus diselesaikan. (Baca juga: Masih Banyak Siswa Belum Miliki Gawai dan Kesulitan Sinyal)
“Overlapping program juga penting. Jangan sampai UMKM yang sama mendapat bantuan dari pusat sampai desa. Sementara itu ada UMKM yang belum dapat bantuan sama sekali,” kata Bhima.
Dampak pandemi lain adalah pertumbuhan pengguna e-wallet khusus Indonesia hingga Juli 2020 mencapai 17% atau di antara UEA dan Selandia Baru. Perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini lebih banyak beraktivitas di rumah turut berdampak pada naiknya aktivitas belanja online.
Bhima mengatakan, ini akan menjadi momentum bagi para pelaku di industri dompet digital untuk meningkatkan transaksi. Kehadiran e-wallet yang memudahkan ketika belanja akan semakin banyak dicari oleh para masyarakat. "E-wallet yang terintegrasi dengan layanan jasa seperti transportasi, pembayaran listrik, pembelian pulsa atau e-commerce akan semakin dibutuhkan ke depannya," urai Bhima.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Niki Luhur mengatakan, pertumbuhan ekosistem digital ditunjukkan oleh semakin banyaknya pemain berlisensi, ragam solusi jasa keuangan yang ditawarkan serta adopsi di pasar. Ketika pandemi korona menerpa perekonomian Indonesia, cara hidup, bekerja, dan bertransaksi masyarakat berubah menjadi lebih digital. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
"Pembayaran digital telah membantu lebih banyak pengguna dalam melakukan transaksi selama PSBB, sedangkan pinjaman online terus memberikan akses keuangan," kata Niki. (Hafid Fuad)
Sejumlah tantangan seperti pendanaan dan kualitas sumber daya manusia yang tidak merata kapasitasnya akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bisnis UMKM pascapandemi. Ketidakhadiran konektivitas internet yang tidak merata dan sinkronisasi penerimaan dana juga menjadi ancaman yang harus diselesaikan. (Baca juga: Masih Banyak Siswa Belum Miliki Gawai dan Kesulitan Sinyal)
“Overlapping program juga penting. Jangan sampai UMKM yang sama mendapat bantuan dari pusat sampai desa. Sementara itu ada UMKM yang belum dapat bantuan sama sekali,” kata Bhima.
Dampak pandemi lain adalah pertumbuhan pengguna e-wallet khusus Indonesia hingga Juli 2020 mencapai 17% atau di antara UEA dan Selandia Baru. Perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini lebih banyak beraktivitas di rumah turut berdampak pada naiknya aktivitas belanja online.
Bhima mengatakan, ini akan menjadi momentum bagi para pelaku di industri dompet digital untuk meningkatkan transaksi. Kehadiran e-wallet yang memudahkan ketika belanja akan semakin banyak dicari oleh para masyarakat. "E-wallet yang terintegrasi dengan layanan jasa seperti transportasi, pembayaran listrik, pembelian pulsa atau e-commerce akan semakin dibutuhkan ke depannya," urai Bhima.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Niki Luhur mengatakan, pertumbuhan ekosistem digital ditunjukkan oleh semakin banyaknya pemain berlisensi, ragam solusi jasa keuangan yang ditawarkan serta adopsi di pasar. Ketika pandemi korona menerpa perekonomian Indonesia, cara hidup, bekerja, dan bertransaksi masyarakat berubah menjadi lebih digital. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)
"Pembayaran digital telah membantu lebih banyak pengguna dalam melakukan transaksi selama PSBB, sedangkan pinjaman online terus memberikan akses keuangan," kata Niki. (Hafid Fuad)
(ysw)