Kunci Sukses Pelaku UMKM, Ekosistem Ekonomi Digital Perlu Dibangun

Kamis, 17 September 2020 - 10:02 WIB
loading...
Kunci Sukses Pelaku UMKM, Ekosistem Ekonomi Digital Perlu Dibangun
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Salah satu kunci sukses pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) di masa pandemi corona (Covid-19) ini adalah masuk dalam ekosistem ekonomi digital. Penguatan ekosistem digital mengambil peran penting dalam mendorong penetrasi UMKM dalam memasarkan produk.

Berdasarkan data We Are Social terbaru, tercatat pada masa Covid-19 ini pemanfaatan internet untuk kebutuhan bisnis melonjak. Hal ini dibuktikan dengan porsi bisnis e-commerce terhadap total ritel naik menjadi 5%. Padahal 2–3 tahun sebelumnya masih di kisaran 2%. (Baca: Sifat Malu Adalah Kunci dari Semua Kebaikan)

"Selain itu transaksi e-commerce juga mengalami kenaikan selama pandemi. Misalnya Shopee mengalami lonjakan GMV atau gross merchandise value sebesar 109,9% pada kuartal II 2020 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dampak pada laba perusahaan BUMN telekomunikasi juga naik signifikan," ujar pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira di Jakarta kemarin.

Namun Bhima menyayangkan akses pemanfaatan internet di Indonesia belum merata. Hanya 13% UMKM yang masuk dalam platform marketplace. Sementara itu kecepatan internet di Indonesia juga masih lambat bila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. “Perlu pengembangan infrastruktur secara masif, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar),” tegasnya.

Menurut Bhima, pengelolaan infrastruktur internet di Indonesia serba-tidak siap. Berbagai kelemahan muncul karena kebutuhan internet semakin signifikan di masa Covid-19. (Baca juga: Kasus Corona Terus Meningkat, Penerapan PSBB Dinilai Pilihan Bijak)

Ramainya orang mengakses internet pada masa pandemi ini secara tidak langsung berpengaruh pada performa dan kualitas jaringan internet di Indonesia. Data Ookla, perusahaan periset kecepatan internet global, menunjukkan terjadi penurunan kecepatan unduhan di Indonesia dalam rentang waktu diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Maret hingga Juni 2020.

Rata-rata kecepatan unduhan internet turun menjadi 19,67 Mbps dari 16 Maret–8 Juni 2020. Sebelumnya rata-rata kecepatannya mencapai 20,57 Mbps pada 16 Desember 2019–9 Maret 2020. Bahkan hingga bulan Juli 2020 data We Are Social terbaru mencatat kecepatan internet di Indonesia hanya mencapai 16,4 Mbps.

Turunnya kecepatan ini diikuti meningkatnya volume penggunaan internet kabel menjadi 24,69% pada 16 Maret–8 Juni 2020. Sebelumnya rata-rata volume pada 16 Desember 2019–9 Maret 2020 mencapai -3,5%.

Bhima mengusulkan agar pemerintah daerah menggandeng platform digital untuk membantu pemulihan UMKM di daerah masing-masing. Platform digital juga menjadi solusi untuk meminimalisasi kontak fisik antara pedagang dan penjual ataupun menghindari kerumunan selama masa pandemi korona ini. (Baca juga: Cara Sederhana untuk cegah Kanker Payudara)

Di samping itu Bhima juga menyarankan agar pemerintah daerah memberikan subsidi paket data kepada UMKM yang terdampak untuk meringankan beban UMKM ketika ingin beralih ke digital. “Saya juga usulkan subsidi internet untuk UMKM selama 6 bulan. Ini sangat membantu UMKM go digital lebih cepat,” kata Bhima.

Meski demikian, dia mengakui untuk mendorong UMKM di daerah beralih dari luar jaringan (luring, offline) ke dalam jaringan (daring, online), bukanlah urusan yang mudah.

Sejumlah tantangan seperti pendanaan dan kualitas sumber daya manusia yang tidak merata kapasitasnya akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bisnis UMKM pascapandemi. Ketidakhadiran konektivitas internet yang tidak merata dan sinkronisasi penerimaan dana juga menjadi ancaman yang harus diselesaikan. (Baca juga: Masih Banyak Siswa Belum Miliki Gawai dan Kesulitan Sinyal)

“Overlapping program juga penting. Jangan sampai UMKM yang sama mendapat bantuan dari pusat sampai desa. Sementara itu ada UMKM yang belum dapat bantuan sama sekali,” kata Bhima.

Dampak pandemi lain adalah pertumbuhan pengguna e-wallet khusus Indonesia hingga Juli 2020 mencapai 17% atau di antara UEA dan Selandia Baru. Perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini lebih banyak beraktivitas di rumah turut berdampak pada naiknya aktivitas belanja online.

Bhima mengatakan, ini akan menjadi momentum bagi para pelaku di industri dompet digital untuk meningkatkan transaksi. Kehadiran e-wallet yang memudahkan ketika belanja akan semakin banyak dicari oleh para masyarakat. "E-wallet yang terintegrasi dengan layanan jasa seperti transportasi, pembayaran listrik, pembelian pulsa atau e-commerce akan semakin dibutuhkan ke depannya," urai Bhima.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Niki Luhur mengatakan, pertumbuhan ekosistem digital ditunjukkan oleh semakin banyaknya pemain berlisensi, ragam solusi jasa keuangan yang ditawarkan serta adopsi di pasar. Ketika pandemi korona menerpa perekonomian Indonesia, cara hidup, bekerja, dan bertransaksi masyarakat berubah menjadi lebih digital. (Lihat videonya: Marion Jola Bikin Heboh karena Bra, Gisella Menyesal Bercerai)

"Pembayaran digital telah membantu lebih banyak pengguna dalam melakukan transaksi selama PSBB, sedangkan pinjaman online terus memberikan akses keuangan," kata Niki. (Hafid Fuad)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1536 seconds (0.1#10.140)