Belum Melek Digital, 52 Juta UMKM Rentan Ambruk Dihantam Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat ada 60 juta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) . Namun, dari total sebanyak itu hanya baru 8 juta pebisnis UMKM yang baru melakukan transformasi digital atau eksis di pasar daring. Dengan demikian, ada sekitar 52 juta UMKM yang belum melek digital sehingga rentan ambruk dihantam pandemi Covid-19.
"Sedangkan jumlah total dari UMKM sendiri lebih dari 60 juta, baru 8 juta yang eksis di e-commerce," kata Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Muhammad Neil El Himam dalam konferensi pers secara virtual, Senin (21/9/2020).
Dia menjelaskan, nilai transaksi ekonomi di internet sepanjang tahun 2019 itu mencapai USD 45 miliar atau Rp600 triliun. Tapi, sayangnya dari total transaksi itu yang digunakan untuk berbisnis di e-commerce hanya sekitar 30%. "Dengan hal ini kita harus lihat 70% harus dilihat sebagai peluang bagi teman-teman kriya sebagai memenuhi kebutuhan pasar," ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih melanda beberapa negara di berbagai belahan dunia, maka sebuah transformasi digital harus segera dilakukan oleh para pelaku usaha. Sebab, wabah itu mengharuskan setiap transaksi tidak dilakukan dengan cara tatap muka. "Artinya, sekarang kalau untuk berjualan tidak lagi bertransaksi secara fisik, pemasarannya bisa dilakukan melalui digital. Demikian transaksi bisa internet atau digital," katanya.
"Sedangkan jumlah total dari UMKM sendiri lebih dari 60 juta, baru 8 juta yang eksis di e-commerce," kata Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Muhammad Neil El Himam dalam konferensi pers secara virtual, Senin (21/9/2020).
Dia menjelaskan, nilai transaksi ekonomi di internet sepanjang tahun 2019 itu mencapai USD 45 miliar atau Rp600 triliun. Tapi, sayangnya dari total transaksi itu yang digunakan untuk berbisnis di e-commerce hanya sekitar 30%. "Dengan hal ini kita harus lihat 70% harus dilihat sebagai peluang bagi teman-teman kriya sebagai memenuhi kebutuhan pasar," ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih melanda beberapa negara di berbagai belahan dunia, maka sebuah transformasi digital harus segera dilakukan oleh para pelaku usaha. Sebab, wabah itu mengharuskan setiap transaksi tidak dilakukan dengan cara tatap muka. "Artinya, sekarang kalau untuk berjualan tidak lagi bertransaksi secara fisik, pemasarannya bisa dilakukan melalui digital. Demikian transaksi bisa internet atau digital," katanya.
(nng)