Penumpang Anjlok 68%, Ini yang Harus Dilakukan KAI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan Perkeretaapian bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan diseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan melalui webinar bertajuk “Strategi Pemulihan Bisnis Angkutan Jalan dan Perkeretaapian” di Jakarta, Senin (21/9). Dari kajian yang dilakukan oleh Ahli Ekonomi UGM, Hengki Purwoto, disebutkan bahwa pemulihan bisnis perkeretaapian dapat diarahkan mengadopsi Blue Ocean Strategy (BOS) untuk menciptakan fitur layanan baru dalam menangkap potensi yang dimiliki.
“Inovasi di sektor perkeretaapian merupakan hal penting sehingga dapat menciptakan ruang pasar baru yang diperkirakan sebesar 70% dari saat ini. Selain itu penerapan layanan dengan konsep adaptasi kebiasaan baru juga berpotensi menarik masyarakat untuk menggunakan moda kereta api,” ungkapnya.
Selain itu, berdasarkan kajian Ahli Transportasi UGM, Agus Taufik Mulyono, terdapat berbagai pilihan kebijakan pengelolaan yang telah disusun oleh UGM, yaitu Strategis, Taktis, dan Operasional (STO). Strategis adalah kebijakan makro, yang menjadikan angkutan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Taktis adalah bagaimana alokasi sumber daya untuk mewujudkan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Sedangkan Operasional adalah membangun organisasi dan manajemen di tingkat operasi dan di tingkat individu.
Di sisi lain, rekomendasi kebijakan yang diberikan oleh Ahli Transportasi ITB, Ibnu Syabri, adalah dengan memberikan subsidi bahan bakar khusus untuk angkutan umum pada masa pandemi yang bertujuan untuk meningkatkan pengusaha dan agar pengemudi angkutan umum dapat bertahan memenuhi biaya operasional harian.
Sejak Bulan Maret 2020, dampak pandemi Covid-19 terasa hingga berbagai sektor, khususnya sektor transportasi jalan dan perkeretaapian. Kepala Balibanghub, Umiyatun Hayati Triastuti, mengatakan, pengendalian aktivitas masyarakat pada saat pandemi Covid -19 berdampak signifikan pada kelangsungan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian , untuk itu diperlukan strategi pemulihan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian dengan paradigma humanitarian transport agar bisnis angkutan orang pada transportasi jalan dan kereta api tetap berlangsung dengan baik,” tutur Kepala Balitbanghub Umiyatun Hayati Triastuti.
Hayati menambahkan, kebijakan pengendalian sosial telah berdampak pada turunnya volume penumpang angkutan perkeretaapian sebesar 68%, oleh karena itu diperlukan berbagai masukan terkait strategi pemulihan bisnis di sektor transportasi ini. “Merespon permasalahan terkait pemulihan pada usaha angkutan darat saat dan pasca pandemi Covid-19, Balitbanghub melalui Pusat Penelitian Transportasi Jalan dan Perkeretaapian menjalankan fungsinnya dalam meneliti rumusan upaya-upaya pengendalian dampak pandemi di sektor transportasi Jalan dan Perkeretaapian,” pungkas Hayati.
“Inovasi di sektor perkeretaapian merupakan hal penting sehingga dapat menciptakan ruang pasar baru yang diperkirakan sebesar 70% dari saat ini. Selain itu penerapan layanan dengan konsep adaptasi kebiasaan baru juga berpotensi menarik masyarakat untuk menggunakan moda kereta api,” ungkapnya.
Selain itu, berdasarkan kajian Ahli Transportasi UGM, Agus Taufik Mulyono, terdapat berbagai pilihan kebijakan pengelolaan yang telah disusun oleh UGM, yaitu Strategis, Taktis, dan Operasional (STO). Strategis adalah kebijakan makro, yang menjadikan angkutan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Taktis adalah bagaimana alokasi sumber daya untuk mewujudkan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Sedangkan Operasional adalah membangun organisasi dan manajemen di tingkat operasi dan di tingkat individu.
Di sisi lain, rekomendasi kebijakan yang diberikan oleh Ahli Transportasi ITB, Ibnu Syabri, adalah dengan memberikan subsidi bahan bakar khusus untuk angkutan umum pada masa pandemi yang bertujuan untuk meningkatkan pengusaha dan agar pengemudi angkutan umum dapat bertahan memenuhi biaya operasional harian.
Sejak Bulan Maret 2020, dampak pandemi Covid-19 terasa hingga berbagai sektor, khususnya sektor transportasi jalan dan perkeretaapian. Kepala Balibanghub, Umiyatun Hayati Triastuti, mengatakan, pengendalian aktivitas masyarakat pada saat pandemi Covid -19 berdampak signifikan pada kelangsungan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian , untuk itu diperlukan strategi pemulihan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian dengan paradigma humanitarian transport agar bisnis angkutan orang pada transportasi jalan dan kereta api tetap berlangsung dengan baik,” tutur Kepala Balitbanghub Umiyatun Hayati Triastuti.
Hayati menambahkan, kebijakan pengendalian sosial telah berdampak pada turunnya volume penumpang angkutan perkeretaapian sebesar 68%, oleh karena itu diperlukan berbagai masukan terkait strategi pemulihan bisnis di sektor transportasi ini. “Merespon permasalahan terkait pemulihan pada usaha angkutan darat saat dan pasca pandemi Covid-19, Balitbanghub melalui Pusat Penelitian Transportasi Jalan dan Perkeretaapian menjalankan fungsinnya dalam meneliti rumusan upaya-upaya pengendalian dampak pandemi di sektor transportasi Jalan dan Perkeretaapian,” pungkas Hayati.
(nng)