Satu Juta Surya Atap Makin Mulus dengan Harga Kompetitif

Minggu, 27 September 2020 - 18:08 WIB
loading...
Satu Juta Surya Atap...
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis dengan target satu juta pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Foto/SINDO Photo
A A A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis dengan target satu juta pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Optimisme ini didorong dari perkembangan harga PLTS global yang makin menunjukkan tren kompetitif.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, Gerakan Nasional Satu Juta Surya Atap memperkenalkan kepada masyarakat adanya energi bersih dan ramah lingkungan. "Gerakan ini sangat mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% di tahun 2025," ujar Rida di Jakarta, Jumat (27/9/2020).

(Baca Juga: Perpres EBT Dorong Target Pemenuhan Bauran Energi Nasional )

Lebih lanjut, Rida mengungkapkan keberadaan GNSSA akan menumbuhkan industri barang dan jasa domestik terkait pengadaan PLTS. Dalam kesempatan yang sama Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Hariyanto menjelaskan, Kementerian ESDM tengah menginventarisasi pemanfaatan atap untuk instalasi PLTS Atap.

"Kami inventarisasi tidak hanya di gedung hunian tapi juga gedung komersial, seperti hotel, rumah sakit, dan gedung perkantoran, bandara, pelabuhan, pergudangan. Hasilnya sementara ini cukup besar potensi yang bisa diterapkan untuk surya atap," katanya

Selain itu, pemerintah tengah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait agar gerakan ini segera terealisasi. "Mudah-mudahan kalau itu bisa terlaksana ini bisa memecahkan telur sejuta atap tadi, karena yang kita desain adalah 500.000 hingga 1 juta atap untuk tahun pertama untuk perencanaannya," jelasnya.

Hariyanto mengungkapkan, pemerintah optimistis target 1 juta atap bisa terealisasikan mengingat aturan-aturan terkait dengan penyempurnaan-penyempurnaan dari penggunaan EBT dan harga yang cukup kompetitif.

(Baca Juga: Dorong PLTS Atap, Kementerian ESDM Alihkan Sebagian Subsidi Listrik )

Data yang dihimpun Ditjen EBTKE menunjukkan, biaya PLTS dalam kurun waktu 10 tahun (2010 - 2019) mengalami penurunan paling tajam, yakni sekitar 82%. Bahkan, biaya listrik dari PV surya skala utilitas turun 13% tahun-ke-tahun, mencapai sekitar tujuh sen (USD 0,068) per kiloWatt-hour (kWh) pada 2019.

"Untuk energi surya ini, kami dari pemerintah berkeyakinan target tersebut bisa direalisasikan karena harganya kompetitif, bisa digunakan sebagai cost recovery di masa pandemi dan padat karya," ungkapnya.

Hariyanto menambahkan, sosialisasi penggunakan energi hijau akan terus digaungkan untuk lebih memotivasi masyarakat beralih dari energi konvensional.

"Dalam 3 tahun sejak GNSSA diluncurkan, jumlah pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) pengguna PLTS Atap meningkat dari 268 pelanggan pada 2017 menjadi lebih dari 2.346 pelanggan pada pertengahan tahun 2020. Adapun total kapasitas PLTS Atap tersebut mencapai 11,5 Mega Watt (MW)," bebernya.

GNSAA dideklarasikan pada 17 September 2017 oleh Kementerian ESDM bersama para pegiat energi surya, gerakan ini telah menjadi salah satu kendaraan pemersatu pembuat kebijakan, pelaku, dan pemangku kepentingan energi surya untuk menciptakan suatu kolaborasi.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengeluarkan Permen ESDM No. 49/2018 yang menjadi payung hukum pengguna PLTS Atap, kemudian melakukan revisi untuk menurunkan biaya paralel bagi pelanggan industri.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1262 seconds (0.1#10.140)