Banyak Miliki Usaha Properti, BUMN Dinilai Harus Fokus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai perlu untuk berfokus pada core business-nya sehingga memiliki daya saing yang tinggi, baik di tingkat domestik maupun global. Restrukturisasi perlu dilakukan sehingga perusahaan milik negara lebih fokus pada pengembangan bisnis sesuai dengan core business-nya. Sejumlah BUMN memiliki anak usaha dan cucu usaha yang bergerak diluar core business.
Sebut saja PT Pertamina (Persero) yang memiliki anak usaha dan cucu usaha di bidang properti, yakni PT Patra Jasa dan PT Patra Land. Selain Pertamina, BUMN lain yang memiliki anak usaha di bidang properti, yakni PT Timah (Persero) Tbk dengan anak usaha PT Timah Property. Lalu BUMN konstruksi, seperti PT Wijaya Karya Tbk yang memiliki anak usaha PT Wika Realty, PT Hutama Karya (Persero) dengan anak usaha PT HK Realty, PT Waskita Karya Tbk dengan anak usaha Wika Realty, PT Adhi Karya Tbk dengan anak usaha PT Adhi Persada Property dan PT Adhi Commuter Property, serta PT PP Tbk yang memiliki anak usaha PT PP Properti Tbk. (Baca: Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya)
Ketua Umum Sinergi Nawa Cita Indonesia (SNCI) Prof. Dr. Suryo Atmanto, MBA menilai, diperlukan restrukturisasi BUMN dengan pembentukan holding akan fokus pada pengembangan bisnis ke depan, sedangkan subholding fokus pada upaya mencapai operasi yg ekselen sehingga efisien dan berdaya saing.
”Konsep BUMN hanya mempunyai empat holding saja, yaitu infrastruktur dan wilayah, energi dan tambang, pangan dan hayati, serta industri strategis, sehingga akan fokus,” katanya di Jakarta, kemarin.
Dia menilai, BUMN harus efisien pengelolaannya dan efektif core business-nya sehingga meningkatkan daya saing dan memperkecil entry barrier. Dengan demikan, otomatis BUMN akan menjadi mandiri dan tidak bergantung pada modal negara lagi.
Menurut Suryo Atmanto, diperlukan strategi besar dalam pembenahan perusahaan pelat merah. Paling utama reformasi karakter para pimpinan BUMN bahwa BUMN hadir untuk menyejahterakan rakyat sehingga pijakan bisnis BUMN kuat karena didukung oleh kekuatan ekonomi rakyat. (Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi untuk Paket Kuota Belajar Akan Ditambah)
“Dalam Nawacita butir ke-6 dan 7 jelas dinyatakan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Juga mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, kata dia, perlu dilakukan revitalisasi bisnis di semua BUMN agar efisien dan mempunyai daya saing. Dalam jangka menengah perlu dilakukan restrukturisasi melalui pembentukan holding dan super BUMN agar efektif dan efisien pengelolaannya demi tujuan menciptakan kehadiran BUMN untuk kesejahteraan rakyat.
Contohnya, pengembangan food estate dengan melibatkan rakyat sehingga pertanian rakyat tidak tergusur. Tidak seperti penggantian minyak tanah ke LPG yang menggusur kehidupan para tukang penjaja minyak tanah keliling. Tujuannya bagus, tapi implementasinya tidak cermat. (Lihat videonya: Habiskan 300M, Proyek Kota Baru Lampung Kini Jadi Kota Mati)
“Jadi, jelas BUMN-nya maju dan efisien serta rakyat pun terlibat menikmatinya senagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,” ujarnya. (Anton C)
Sebut saja PT Pertamina (Persero) yang memiliki anak usaha dan cucu usaha di bidang properti, yakni PT Patra Jasa dan PT Patra Land. Selain Pertamina, BUMN lain yang memiliki anak usaha di bidang properti, yakni PT Timah (Persero) Tbk dengan anak usaha PT Timah Property. Lalu BUMN konstruksi, seperti PT Wijaya Karya Tbk yang memiliki anak usaha PT Wika Realty, PT Hutama Karya (Persero) dengan anak usaha PT HK Realty, PT Waskita Karya Tbk dengan anak usaha Wika Realty, PT Adhi Karya Tbk dengan anak usaha PT Adhi Persada Property dan PT Adhi Commuter Property, serta PT PP Tbk yang memiliki anak usaha PT PP Properti Tbk. (Baca: Penyebab Rezeki Tidak Lancar dan Penawarnya)
Ketua Umum Sinergi Nawa Cita Indonesia (SNCI) Prof. Dr. Suryo Atmanto, MBA menilai, diperlukan restrukturisasi BUMN dengan pembentukan holding akan fokus pada pengembangan bisnis ke depan, sedangkan subholding fokus pada upaya mencapai operasi yg ekselen sehingga efisien dan berdaya saing.
”Konsep BUMN hanya mempunyai empat holding saja, yaitu infrastruktur dan wilayah, energi dan tambang, pangan dan hayati, serta industri strategis, sehingga akan fokus,” katanya di Jakarta, kemarin.
Dia menilai, BUMN harus efisien pengelolaannya dan efektif core business-nya sehingga meningkatkan daya saing dan memperkecil entry barrier. Dengan demikan, otomatis BUMN akan menjadi mandiri dan tidak bergantung pada modal negara lagi.
Menurut Suryo Atmanto, diperlukan strategi besar dalam pembenahan perusahaan pelat merah. Paling utama reformasi karakter para pimpinan BUMN bahwa BUMN hadir untuk menyejahterakan rakyat sehingga pijakan bisnis BUMN kuat karena didukung oleh kekuatan ekonomi rakyat. (Baca juga: Kemendikbud: Aplikasi untuk Paket Kuota Belajar Akan Ditambah)
“Dalam Nawacita butir ke-6 dan 7 jelas dinyatakan, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Juga mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, kata dia, perlu dilakukan revitalisasi bisnis di semua BUMN agar efisien dan mempunyai daya saing. Dalam jangka menengah perlu dilakukan restrukturisasi melalui pembentukan holding dan super BUMN agar efektif dan efisien pengelolaannya demi tujuan menciptakan kehadiran BUMN untuk kesejahteraan rakyat.
Contohnya, pengembangan food estate dengan melibatkan rakyat sehingga pertanian rakyat tidak tergusur. Tidak seperti penggantian minyak tanah ke LPG yang menggusur kehidupan para tukang penjaja minyak tanah keliling. Tujuannya bagus, tapi implementasinya tidak cermat. (Lihat videonya: Habiskan 300M, Proyek Kota Baru Lampung Kini Jadi Kota Mati)
“Jadi, jelas BUMN-nya maju dan efisien serta rakyat pun terlibat menikmatinya senagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,” ujarnya. (Anton C)
(ysw)