IAGI Exploration Award 2020, BUMN Dominasi Posisi Teratas

Kamis, 01 Oktober 2020 - 17:30 WIB
loading...
IAGI Exploration Award 2020, BUMN Dominasi Posisi Teratas
Ketua IAGI Sukmadaru Prihatmoko menyerahkan Penghargaan ke salah satu pemenang IAGI Exploration Award 2020 (IEA-2020). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyelenggarakan IAGI Exploration Award 2020 (IEA-2020) untuk memberi gambaran sejauh mana peran dan kontribusi ahli geologi dalam lingkup badan usaha/perusahaan dalam eksplorasi kebumian nasional.

"Termasuk di dalamnya kegiatan eksporasi dan discovery, inovasi teknologi dan pengembangan sumber daya manusia. Namun terpenting IEA 2020 ini diharapkan mampu menginspirasi, memicu dan memacu minat eksplorasi kebumian untuk membuat discovery baru di bidang migas, panas bumi , mineral dan batu bara ," kata Ketua Umum IAGI Sukmandaru Prihatmoko dalam keterangan pers, Kamis (1/10/2020).

Penghargaan IEA 2020 diberikan kepada para juara eksplorasi yang diwadahi dalam badan usaha/perusahaan, baik BUMN maupun badan usaha swasta di bidang migas, panas bumi, mineral dan batu bara. Penilaian pemenang dilakukan oleh dewan juri independen yang beranggotakan tokoh-tokoh senior eksplorasi nasional dari pemerintah dari Kementerian ESDM, Ditjen Migas, SKK Migas, Ditjen EBTKE Geothermal, Ditjen Minerba dan Badan Geologi, juga akademisi lintas perguruan tinggi dan praktisi industri.

(Baca Juga: Pertambangan Minerba Diprediksi Minus 20% Hingga Tutup Tahun)

Dalam ajang ini, BUMN mendominasi posisi teratas (Best of the Best in Category). Hal ini menurutnya sangat dapat dipahami, karena di tengah situasi sulit ini, BUMN yang memiliki ketahanan, terutama ketahanan finansial.

"Munculnya badan usaha swasta yang menempati Best of the Best in Category di bidang mineral merupakan fenomena menarik yang dapat dan perlu dikaji dari berbagai sudut pandang. Baik itu sudut pandang pemerintah sebagai pengelola BUMN maupun dari sudut pandang pelaku eksplorasi swasta," kata Sukmandaru.

Hasil IEA 2020 ini menurutnya dapat menjadi referensi dan evaluasi diri bagi semua pihak, baik pemerintah sebagai regulator sekaligus pengontrol BUMN, badan usaha swasta, komunitas eksplorasi termasuk IAGI dan lain-lain dalam upaya membangkitkan kembali iklim eksplorasi kebumian nasional.

Dia mengharapkan IEA 2020 tidak menjadi titik henti, namun justru menjadi titik awal agar investasi dan kegiatan eksplorasi dapat terus tumbuh dan penemuan baru dapat dioptimalkan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

Sukmadaru mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya kebumian yang perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, kata dia, pemerintah berdiri paling depan dengan tugasnya mengelola sumber daya ini agar memberikan manfaat optimal untuk kesejahteraan rakyat.

"Sementara tugas bersama antara pemerintah dan seluruh stakeholders, termasuk IAGI, adalah mendorong dan memperkuat agar sumber daya kebumian dapat menjadi modal strategis dalam membangun ketahanan dan kedaulatan negara. Juga pengelolaan dan penyediaan energi dan mineral bagi ketahanan energi dan industri nasional," paparnya.

Oleh karenanya, lanjut dia, dibutuhkan neraca sumber daya kebumian yang positif dan disiapkan serta dikelola secara akurat melalui evaluasi dari waktu ke waktu. Termasuk melalui kegiatan eksplorasi yang sukses dan berkesinambungan.

Sumber daya dan cadangan, baik migas, minerba maupun panas bumi yang diusahakan pemanfaatannya saat ini sebagian besarnya merupakan hasil eksplorasi di masa lalu. Pemanfaatan yang terus menerus jika tidak diimbangi dengan penemuan baru, akan mengakibatkan penurunan angka cadangan dan pada akhirnya bisa mencapai neraca sumber daya yang negatif.

(Baca Juga: Lampaui Target, Penerimaan Negara Sektor Hulu Migas Bisa Capai USD6,74 M)

Sukmandaru mengutip pernyataan bahwa eksplorasi adalah masa depan. Hasil eksplorasi berupa penemuan maupun data-data teknis kebumian banyak memberikan manfaat. Hal ini secara tidak langsung juga mendorong pembangunan nasional dan daerah.

Sayangnya, kata dia, dalam 10 tahun terakhir, eksplorasi kebumian di bidang-bidang tersebut lesu, terutama eksplorasi di daerah-daerah baru. Hal ini salah satunya ditandai oleh menurunnya angka penemuan.

IAGI mengakui situasi memprihatinkan ini terjadi karena berbagai sebab, mulai dari faktor eksternal seperti harga komoditas, faktor geopolitik regional dan global. Ditambah masalah yang dihadapi oleh hampir semua negara di dunia, yaitu resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19.

"Namun faktor internal Indonesia semestinya bisa kita benahi bersama melalui kerja sama dan koordinasi pemerintah dan stakeholder kebumian yang ada. IAGI sebagai salah satu stakeholder akan siap membantu pemerintah dalam hal ini seperti yang telah dilakukannya selama ini," tegas Sukmadaru.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2732 seconds (0.1#10.140)