Pertambangan Minerba Diprediksi Minus 20% Hingga Tutup Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Indonesian Mining Institute Irwandy Arif mengatakan, pandemi Covid-19 belum berdampak signifikan terhadap sektor pertambangan. Hampir seluruh kegiatan pertambangan, pengolahan dan pemurnian masih berjalan normal.
Meski begitu, saat ini terjadi penurunan harga komoditas mineral. Bahkan, investasi atau proyek-proyek baru dalam upaya peningkatan efisiensi operasi terhenti.
"Sampai April 2020 produksi dan penjualan mineral dan batubara belum terganggu. Tapi yang kita khawatirkan dari Mei hingga akhir tahun kemungkinan besar penurunan yang akan terjadi minus 20%, baik dari segi produksi maupun dari segi pendapatan. Ini sudah diprediksi secara bersama-sama dengan Kementerian Keuangan," ujarnya di Jakarta, Kamis (16/7/2020). (Baca juga: Akan Digugat ke MK, Asosiasi Pengusaha Batu Bara Dukung Penuh UU Minerba )
Irwandy melanjutkan, pada Januari 2020, pembangunan smelter terhenti yang berakibat pada terhentinya pengiriman peralatan, tenaga kerja, dan pencairan dana bangunan. Selain itu, pada 27 Maret - 5 April 2020 operasi pemurnian Logam Mulia PT Antam di Pulogadung juga terhenti. "Sekarang ini sudah terjadi penurunan harga komoditas mineral kecuali emas. Emas terus mengalami kenaikan harga," imbuhnya.
Dia memaparkan, realisasi produksi batubara hingga Mei 2020 turun 10% dibanding capaian produksi pada periode tahun 2019 sebesar 250,3 juta ton. Penurunan ini disebabkan dampak pandemi Covid-19.
Sementara realisasi produksi emas pada tahun 2018 mencapai 135,25 ton. Namun pada tahun 2019 terjadi penurunan produksi menjadi 109,02 ton. "Sampai Mei 2020, realisasi produksi emas masih 10 ton. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sampai Desember 2020," paparnya.
Irwandy menuturkan, pembangunan fasilitas pemurnian mineral juga akan tertunda sampai akhir tahun 2022 apabila pandemi Covid-19 berakhir pada pertengahan tahun 2020. Namun jika pandemi Covid-19 berlangsung sampai akhir tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai tahun 2023.
"Jika pandemi selesai pada pertengahan tahun, maka investasi pembangunan fasilitas pemurnian diperkirakan hanya akan terealisasi 50% dari rencana, yaitu sebesar USD1,9 miliar. Tetapi jika pandemi berlanjut sampai akhir tahun, rencana investasi senilai USD3,7 miliar akan bergeser ke tahun 2021," tandasnya.
Meski begitu, saat ini terjadi penurunan harga komoditas mineral. Bahkan, investasi atau proyek-proyek baru dalam upaya peningkatan efisiensi operasi terhenti.
"Sampai April 2020 produksi dan penjualan mineral dan batubara belum terganggu. Tapi yang kita khawatirkan dari Mei hingga akhir tahun kemungkinan besar penurunan yang akan terjadi minus 20%, baik dari segi produksi maupun dari segi pendapatan. Ini sudah diprediksi secara bersama-sama dengan Kementerian Keuangan," ujarnya di Jakarta, Kamis (16/7/2020). (Baca juga: Akan Digugat ke MK, Asosiasi Pengusaha Batu Bara Dukung Penuh UU Minerba )
Irwandy melanjutkan, pada Januari 2020, pembangunan smelter terhenti yang berakibat pada terhentinya pengiriman peralatan, tenaga kerja, dan pencairan dana bangunan. Selain itu, pada 27 Maret - 5 April 2020 operasi pemurnian Logam Mulia PT Antam di Pulogadung juga terhenti. "Sekarang ini sudah terjadi penurunan harga komoditas mineral kecuali emas. Emas terus mengalami kenaikan harga," imbuhnya.
Dia memaparkan, realisasi produksi batubara hingga Mei 2020 turun 10% dibanding capaian produksi pada periode tahun 2019 sebesar 250,3 juta ton. Penurunan ini disebabkan dampak pandemi Covid-19.
Sementara realisasi produksi emas pada tahun 2018 mencapai 135,25 ton. Namun pada tahun 2019 terjadi penurunan produksi menjadi 109,02 ton. "Sampai Mei 2020, realisasi produksi emas masih 10 ton. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sampai Desember 2020," paparnya.
Irwandy menuturkan, pembangunan fasilitas pemurnian mineral juga akan tertunda sampai akhir tahun 2022 apabila pandemi Covid-19 berakhir pada pertengahan tahun 2020. Namun jika pandemi Covid-19 berlangsung sampai akhir tahun 2020, maka pembangunan fasilitas pemurnian akan tertunda sampai tahun 2023.
"Jika pandemi selesai pada pertengahan tahun, maka investasi pembangunan fasilitas pemurnian diperkirakan hanya akan terealisasi 50% dari rencana, yaitu sebesar USD1,9 miliar. Tetapi jika pandemi berlanjut sampai akhir tahun, rencana investasi senilai USD3,7 miliar akan bergeser ke tahun 2021," tandasnya.
(ind)