Kenapa Bank Sentral Harus Tahan Suku Bunga? Ini Penjelasan Ekonom

Selasa, 13 Oktober 2020 - 10:40 WIB
loading...
Kenapa Bank Sentral...
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 4%. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengungkapkan alasan bank sentral mesti mempertahankan suku bunga acuan karena saat ini ketidakpastian terus meningkat, baik di sisi domestik maupun global.

“Kami memandang BI perlu mempertahankan suku bunga acuan di level 4% bulan ini, sembari mempertahankan kebijakan makroprudensial untuk mengelola stabilitas di sektor keuangan,” ujar Teukeu Rifky saat dihubungi SINDOnews, Jakarta, Selasa (13/10/2020). (Baca juga: Ketidakpastian Masih Tinggi, BI Diprediksi Tahan Suku Bunga di 4% )

Lebih lanjut, tidak adanya tanda-tanda pemulihan dalam waktu dekat meredam permintaan agregat seiring kelompok masyarakat menengah ke atas menahan pengeluaran dan dunia usaha menahan kapasitas produksi di level minimum.

“Oleh sebab itu, pelonggaran kebijakan moneter saat ini tidak akan terlalu mendorong bertumbuhnya aktivitas ekonomi dan justru akan menambah risiko peningkatan tekanan terhadap depresiasi nilai tukar rupiah dan arus modal keluar,” ujar Riefky.

Riefky menjelaskan, terlepas dari tidak adanya tanda-tanda pemulihan dalam waktu dekat, pelemahan inflasi mulai mereda pada September 2020 dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.

Walaupun adanya tanda kenaikan inflasi, daya beli masyarakat masih dianggap lemah. Berlanjutnya tren penurunan dari inflasi inti tahunan dan bulanan yang tercatat pada 1,86% (yoy) dan 0,13% (mtm), dibandingkan dengan 2,03% (yoy) di bulan sebelumnya dan 0,30% (mtm) di periode yang sama tahun lalu, mengindikasikan bahwa daya beli masih jauh dari pulih. (Baca juga: Janji Pemerintah: Pengusaha Tidak Bisa Seenaknya Pecat Buruh )

Menurut Riefky, dalam kondisi normal, tingkat inflasi biasanya memberikan informasi yang cukup gamblang terkait perbaikan atau pelemahan permintaan agregat mengingat inflasi umum dan inflasi inti cenderung bergerak dengan arah yang sama.

“Namun, inflasi inti –yang merupakan indikator yang lebih tepat untuk mengukur daya beli– di bulan September tidak bergerak sejalan dengan inflasi umum,” tandasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1419 seconds (0.1#10.140)