Sebelum Trading, Cek Dulu Likuiditas Saham dengan Aplikasi MNC Trade New!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salah satu faktor penting bagi trader dalam menentukan saham incaran adalah likuiditas saham. Saham yang likuid artinya saham yang aktif diperdagangkan, ditandai dengan selalu adanya antrian order pada fraksi-fraksi harga di harga permintaan (bid price) maupun penawaran (offer price). Selain dari antrian bid offer, saham likuid juga dapat dinilai berdasarkan bid offer split dan lot saham.
Direktur IT & Online Trading MNC Sekuritas Fifi Virgantria mengungkapkan minat pasar terhadap suatu saham akan tercermin dari frekuensi dan volume perdagangan. Saham tidak likuid biasanya ditransaksikan dengan volume yang kecil. Trader sebaiknya menghindari saham tidak likuid karena susah dibeli dan susah dijual. Harganya bisa naik cepat, tapi juga turun dalam waktu sekejap karena jumlah saham beredar atau jumlah permintaan penawarannya kecil.
"Trader tentunya memiliki target realisasi keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Jika salah memilih saham yang ternyata tidak likuid, trader akan repot saat menjual saham. Karena sedikitnya bid offer, perlu waktu untuk menjual saham tersebut. Harga saham tidak likuid juga cenderung di situ-situ saja, sehingga trader harus sabar menunggu harganya bergerak dulu baru bisa melakukan penjualan," jelas Fifi, di Jakarta Minggu (18/10/2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk identifikasi saham likuid adalah dengan mengecek kapitalisasi pasarnya. Saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp4 triliun termasuk kategori kapitalisasi pasar besar, range Rp2 triliun - Rp4 triliun termasuk kapitalisasi sedang dan di bawah Rp1 triliun termasuk kapitalisasi kecil.
Fifi menyarankan agar trader memilih saham dengan kapitalisasi besar (big caps) yang termasuk sebagai saham dengan likuiditas tinggi. Biasanya, harga saham-saham big caps relatif lebih mudah naik dan volatilitasnya menarik untuk trading. Saham likuid ini cocok untuk mendapatkan profit jangka pendek.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakomodir saham-saham yang termasuk dalam kategori likuid dalam bentuk indeks saham seperti IDX80. Kehadiran indeks saham ini menyempurnakan indeks saham yang sudah ada sebelumnya, yaitu IDX30 dan LQ45. Indeks saham IDX80 terdiri dari 80 saham yang paling likuid di BEI. Cara praktis untuk memilih saham yang likuid, jelas Fifi, adalah mengecek saham-saham apa yang termasuk di IDX80, pada fitur di aplikasi MNC Trade New.
"Untuk memantau pergerakan indeks IDX80 dan indeks saham lainnya yang ada di Bursa Efek Indonesia, trader dapat mengecek menu Index Composite yang ada di aplikasi MNC Trade New. Daftar saham yang termasuk indeks ini dievaluasi Bursa Efek Indonesia secara berkala dan dapat dicek melalui website Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id," kata Fifi.
Direktur IT & Online Trading MNC Sekuritas Fifi Virgantria mengungkapkan minat pasar terhadap suatu saham akan tercermin dari frekuensi dan volume perdagangan. Saham tidak likuid biasanya ditransaksikan dengan volume yang kecil. Trader sebaiknya menghindari saham tidak likuid karena susah dibeli dan susah dijual. Harganya bisa naik cepat, tapi juga turun dalam waktu sekejap karena jumlah saham beredar atau jumlah permintaan penawarannya kecil.
"Trader tentunya memiliki target realisasi keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Jika salah memilih saham yang ternyata tidak likuid, trader akan repot saat menjual saham. Karena sedikitnya bid offer, perlu waktu untuk menjual saham tersebut. Harga saham tidak likuid juga cenderung di situ-situ saja, sehingga trader harus sabar menunggu harganya bergerak dulu baru bisa melakukan penjualan," jelas Fifi, di Jakarta Minggu (18/10/2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk identifikasi saham likuid adalah dengan mengecek kapitalisasi pasarnya. Saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp4 triliun termasuk kategori kapitalisasi pasar besar, range Rp2 triliun - Rp4 triliun termasuk kapitalisasi sedang dan di bawah Rp1 triliun termasuk kapitalisasi kecil.
Fifi menyarankan agar trader memilih saham dengan kapitalisasi besar (big caps) yang termasuk sebagai saham dengan likuiditas tinggi. Biasanya, harga saham-saham big caps relatif lebih mudah naik dan volatilitasnya menarik untuk trading. Saham likuid ini cocok untuk mendapatkan profit jangka pendek.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakomodir saham-saham yang termasuk dalam kategori likuid dalam bentuk indeks saham seperti IDX80. Kehadiran indeks saham ini menyempurnakan indeks saham yang sudah ada sebelumnya, yaitu IDX30 dan LQ45. Indeks saham IDX80 terdiri dari 80 saham yang paling likuid di BEI. Cara praktis untuk memilih saham yang likuid, jelas Fifi, adalah mengecek saham-saham apa yang termasuk di IDX80, pada fitur di aplikasi MNC Trade New.
"Untuk memantau pergerakan indeks IDX80 dan indeks saham lainnya yang ada di Bursa Efek Indonesia, trader dapat mengecek menu Index Composite yang ada di aplikasi MNC Trade New. Daftar saham yang termasuk indeks ini dievaluasi Bursa Efek Indonesia secara berkala dan dapat dicek melalui website Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id," kata Fifi.
(nng)