Neraca Dagang Surplus, Tiga Menteri Ekonomi Jokowi Dipuji

Kamis, 22 Oktober 2020 - 19:50 WIB
loading...
Neraca Dagang Surplus,...
Mendag Agus Suparmanto menjadi salah satu menteri yang diapresiasi karena berhasil mengerek kinerja sektor perdagangan. Foto/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kinerja Menteri Perdagangan Agus Suparmanto patut mendapatkan apresiasi menyusul surplusnya neraca perdagangan pada September lalu sebesar USD2,44 miliar. Menurut dia surplusnya neraca dagang RI disebabkan meningkatnya kinerja perdagangan. Peningkatan kinerja tersebut jadi sinyal pemulihan ekonomi nasional. Tidak hanya itu, Fithra juga mengapresiasi dua menteri lainnya, yakni Menteri Keuangan Srimuyani Indrawati dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

"Ini sebuah prestasi, kalau saya lihat Pak Agus Suparmanto penyebutannya jarang di media tapi kerjanya bagus. No talk, action only," kata Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal, di Jakarta, Kamis (22/10/2020).



Di mana Sri Mulyani secara cepat mengeluarkan kebijakan fiskal di tengah pandemi Covid-19. Sedangkan Agus Gumiwang berhasil menjaga Purchasing Managers’ Index Indonesia (PMI). "Peningkatan surplus perdagangan yang disebabkan oleh surplus nonmigas menjadi USD2,91 miliar bukan tiba-tiba saja. Melainkan hasil dari kinerja menteri-menteri ekonomi Jokowi," kata dia.

Secara komulatif, imbuhnya neraca perdagangan Indonesia pada Januari–September 2020 tercatat surplus USD13,51 miliar. Surplus tersebut bahkan telah melampaui surplus neraca perdagangan tiga tahun lalu mencapai USD11,84 miliar merupakan nilai surplus tertinggi dalam lima tahun terakhir medio 2015–2019.

"Boleh dibilang prestasi ini adalah prestasi utama pemerintahan Jokowi karena neraca dagang surplus. Memang ada peran pandemi untuk tren impor yang melemah, tetapi kalau kita lihat tren impor bahan baku dan barang modal secara bulanan menunjukan tanda-tanda perbaikan," kata dia.

Tidak hanya itu, dari sisi ekspor Indonesia yang mencapai USD14,0 miliar terjadi karena solidnya kenaikan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/ PMI) Indonesia sempat anjlok anjlok di bulan April tetapi rebound dengan solid hingga September. "Kenaikan secara gradual di PMI ini turut meningkatkan kinerja perdagangan, karena kalau perdagangan ekspor itu kita sebenarnya berbicara dari industri karena ekspor surplus dari industri," kata dia.



Dia mengatakan kenaikan PMI tersebut merupakan buah dari intervensi non fiskal berupa relaksasi impor bahan baku dan barang modal yang dilakukan oleh kementerian perdagangan sejak april lalu. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/MoM) ini didorong adanya kenaikan ekspor migas 17,4% MoM maupun nonmigas 6,5% MoM.

Sementara impor bahan baku dan penolong pada September 2020 mengalami peningkatan tercatat sebesar USD11,6 miliar atau naik 7,7% dibandingkan Agustus 2020. Pihaknya beranggapan perbaikan kinerja ekspor bulanan RI sejak Juni hingga Septembersejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Sebagai contoh, Singapura yang merupakan hub perdagangan bagi Indonesia di pasar global mengalami pertumbuhan lebih baik di triwulan III 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun masih tumbuh negatif.

Selain itu, membaiknya perekonomian global juga tercermin pada proyeksi IMF pada World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2020 yang merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari sebelumnya -4,9% menjadi -4,4%. Faktor yang mendorong mulai membaiknya perekonomian global, antara lain berakhirnya karantina wilayah (lockdown) ataupun lockdown parsial, serta pemulihan ekonomi China yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1693 seconds (0.1#10.140)