Kabar Gembira! AS Akhirnya Perpanjang Fasilitas GSP Indonesia

Minggu, 01 November 2020 - 13:50 WIB
loading...
Kabar Gembira! AS Akhirnya...
Pemerintah AS melalui United States Trade Representative (USTR) secara resmi memutuskan untuk memperpanjang pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Trade Representative (USTR) secara resmi telah mengeluarkan keputusan untuk memperpanjang pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia. Kementerian Luar Negeri melalui siaran resminya menyebutkan, keputusan ini diambil setelah USTR melakukan review terhadap fasilitas GSP untuk Indonesia selama kurang lebih 2,5 tahun sejak Maret 2018.

Sebagaimana diketahui, GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah AS kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980.

(Baca Juga: Jokowi Ingin Amerika Jadi Sahabat Indonesia)

Terdapat 3.572 pos tarif yang telah diklasifikasikan oleh US Customs and Border Protection (CBP) pada level Harmonized System (HS) 8-digit yang mendapatkan pembebasan tarif melalui skema GSP. Sebanyak 3.572 pos tarif tersebut mencakup produk-produk manufaktur dan semimanufaktur, pertanian, perikanan dan juga industri primer.

Daftar produk yang mendapatkan pembebasan tarif bisa dilihat pada Harmonized Tariff Schedule of the United States (HTS-US).
Berdasarkan data statistik dari United States International Trade Commission (USITC) pada tahun 2019 ekspor Indonesia yang menggunakan GSP mencapai USD2,61 miliar atau setara 13,1% dari total ekspor Indonesia ke AS (yaitu sebesar USD20,1 miliar).

Ekspor GSP Indonesia di tahun 2019 berasal dari 729 pos tarif barang dari total 3.572 pos tarif produk yang mendapatkan preferensi tarif GSP.

Dari Januari-Agustus 2020 di tengah pandemi nilai ekspor Indonesia yang menggunakan fasilitas GSP tercatat USD1,87 miliar atau naik 10,6% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Dengan perpanjangan pemberian fasilitas GSP ini diharapkan nilai ekspor Indonesia akan semakin meningkat.

Lima besar ekspor produk GSP Indonesia sampai dengan Agustus 2020 adalah:

• HS 94042100: matras, baik karet maupun plastic USD185 juta
• HS 71131929: kalung dan rantai emas USD142 juta
• HS 42029231: tas bepergian dan olahraga USD104 juta
• HS 38231920: minyak asam dari pengolahan kelapa sawit USD84 juta
• HS 40112010: ban penumatik radial untuk bus atau truk USD82 juta

Lima besar ekspor produk GSP Indonesia pada tahun 2019 adalah:
• HS 71131929: kalung dan rantai emas USD225 juta
• HS 40112010: ban pneumatic radial untuk bus atau truk USD145 juta
• HS 42029231: tas bepergian dan olahraga USD142 juta
• HS 71131950: perhiasan dari logam berharga selain perak USD112 juta
• HS 38231920: minyak asam dari pengolahan kelapa sawit USD95 juta

"Isu mengenai GSP ini selalu dibawakan oleh Indonesia dalam semua kesempatan pertemuan dengan AS. Dalam kunjungan Menlu AS 3 hari yang lalu ke Indonesia baik dalam pertemuan bilateral dengan saya dan kunjungan kehormatan kepada Presiden RI isu GSP ini juga kita bahas bersama," ungkap Menlu Retno Marsudi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/11/2020).

(Baca Juga: Luhut Temui Bos Bank Ekspor-Impor AS, Pendanaan USD750 Juta Dikantongin)

Pemberian fasilitas GSP ini merupakan salah satu wujud konkrit kemitraan strategis kedua negara yang tidak hanya membawa manfaat positif bagi Indonesia namun juga menguntungkan bisnis AS. "Keputusan USTR ini tentunya kita sambut dengan baik dan mudahmudahan dapat terus kita manfaatkan untuk memperkuat perdagangan kita dengan AS. Perdagangan yang kuat antara Indonesia-AS diharapkan akan menjadi katalis bagi peningkatan investasi kedua negara," ujarnya.

AS merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar kedua setelah China, dengan total nilai perdagangan dua-arah mencapai
USD27 miliar pada tahun 2019. Ekspor Indonesia ke AS periode Jan-Agustus 2020 mencapai USD11,8 miliar meningkat hampir 2% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar USD11,6 miliar. Kenaikan ini terjadi di tengah situasi pandemi, dan saat impor AS dari seluruh dunia turun 13%.

"Ke depannya, kedua negara sepakat untuk mengupayakan pembahasan kemitraaan perdagangan RI–AS yang lebih komprehensif dan permanen," tambahnya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0999 seconds (0.1#10.140)