Transaksi Single Day Meledak, Ekonomi China Positif Pulih

Jum'at, 13 November 2020 - 06:35 WIB
loading...
Transaksi Single Day Meledak, Ekonomi China Positif Pulih
Layar memperlihatkan nilai barang yang ditransaksikan selama Hari Belanja Nasional atau Single Day Alibaba Group di Hangzhou, Zhejiang, China, Selasa(11/11/2020). Foto/Reuters
A A A
JAKARTA - Festival belanja Singles Day benar-benar Meledak. Acara hari belanja nasional China yang digelar tahunan itu menghasilkan nilai perdagangan hingga USD115 miliar (Rp1.630 triliun, kurs 14.175 per dolar) untuk ritel online Alibaba dan JD.com. Kenaikan ini menunjukkan ekonomi China telah pulih pascapandemi Covid-19.

Seperti dilansir CNN, nilai total transaksi (gross merchandise value/GMV) Alibaba saja mencapai USD75 miliar (Rp1.061 triliun). Jumlah ini jauh melampaui transaksi USD38,4 miliar (Rp540 triliun) untuk platform e-commerce Alibaba pada tahun sebelumnya. (Baca: Kenali Ciri-ciri Rumah Tangga Diganggu Setan Dasim)

Tahun ini program 11.11 itu diawali dengan pre-sale selama tiga hari pada 1-3 November lalu menyusul tingginya antusiasme konsumen. “Nilai perdagangan pre-sale dan 11.11 senilai USD75 miliar mengindikasikan tingkat belanja masyarakat masih kuat dan bahkan tumbuh positif di China. Penawaran terhadap barang impor juga mencapai titik tertinggi. Ekonomi China telah pulih ke tingkat sebelum pandemi,” ucap Wakil CEO Alibaba, Joe Tsai.

Ahli ekonomi dari Forrester, Xiaofeng, juga menegaskan ekonomi masyarakat telah pulih menyusul ada program bantuan pemerintah dan transformasi bisnis. China bahkan menjadi satu-satunya negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua (Q2) dan Q3 ketika negara lain resesi.

Dengan ekonomi yang kuat, Xiaofeng tak heran Alibaba sukses mengalami kenaikan penjualan sebesar 26% dibandingkan tahun lalu. Pesaing Alibaba, JD.com, juga mengumumkan laporan serupa. JD.com mengalami kenaikan nilai penjualan sebesar 90% atau menjadi USD41 miliar (Rp580 triliun) daripada tahun lalu.

Para pebisnis, baik atas, menengah, ataupun bawah, juga senang dengan volume transaksi Singles Day mengingat bisnis terpukul cukup kuat selama pandemi. Bahkan, tak sedikit yang sukses melipatgandakan penjualannya. Survei Olver Wyman menunjukkan sekitar 86% konsumen China juga amat “haus” untuk berbelanja.

“Mayoritas konsumen China berbelanja ini itu seperti tidak ingin kehilangan kesempatan mendapatkan diskon,” kata Jacques Penhirin, mitra Wyman. Uniknya, sekalipun dilanda ketidakpastian ekonomi global, hanya sekitar 14% konsumen China yang menahan tabungan mereka untuk berbelanja selama Singles Day. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Nadiem Minta Kepsek Segera Unggah Surat Pernyataan)

Masyarakat kelas menengah China menjadikan Singles Day sebagai tempat untuk menghabiskan uang. Kebanyakan dari mereka menabung uang itu selama pandemi karena tak dapat bepergian akibat ada lockdown di berbagai daerah dan negara. Biasanya, mereka akan menghabiskan uang itu untuk berwisata.

Tahun lalu Alibaba telah meraup hingga 213,5 miliar yuan (Rp428,5 triliun) selama Singles Day dalam 16,5 jam. Minat belanja konsumen tidak terbendung, terutama untuk barang smartphone, pakaian, dan kosmetik. “Singles Day menjadi festival untuk mengukur kekuatan ekonomi China,” ujar ahli ekonomi Benson Ng.

Seperti dilansir SCMP, Singles Day saat ini berbeda dengan sebelumnya. Biasanya, pangsa pasar Singles Day dikuasai dan dimonopoli Tmall dan Taobao. Namun, kali ini Alibaba membentuk platform e-commerce business-to-business untuk menjaring konsumen internasional dari Amerika, Australia, dan Jepang. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)

“Konsumsi digital dari kalangan konsumen China memang tidak terkalahkan, tapi potensi dari luar juga bagus,” ujar Ng. “Sepengamatan saya, pesanan barang terbesar selama Singles Day berasal dari Jepang dan Amerika Serikat (AS). Saya kira ini merupakan kabar baik. Apalagi, kondisi pasar dalam negeri baru pulih,” ungkapnya.

Selama pembukaan, penjualan Singles Day 2019 mencapai 70 miliar yuan (Rp140 triliun) hanya dalam 30 menit atau 15 menit lebih cepat dibanding setahun sebelumnya untuk mencapai angka itu. Alibaba telah memonitor setiap transaksi secara real time, termasuk menggunakan platform pembayaran Alibaba, Alipay.

Singles Day atau Guanggun Jie dikenal sebagai hari perayaan para jomblo di China. Dengan popularitas yang semakin tinggi di kalangan generasi muda, Singles Day menjadi hari belanja terbesar di dunia, baik offline ataupun online. Pada 2017 festival anti-Valentine itu berhasil menekan transaksi sebesar 168,2 miliar yuan. (Lihat videonya: Angin Puting Beliung Rusak Sejumlah Rumah)

Alibaba awalnya menggelar Singles Day sebagai bagian dari promosi pada 2009. Namun, festival itu mendapat respons yang tinggi dan menjadi tolak ukur kekuatan konsumen China. Trennya juga terus naik. Pada 2018 konsumen menghabiskan uang belanja 4.000 kali lipat lebih banyak dibanding tahun pertama. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1027 seconds (0.1#10.140)