Mifa, yang Berlayar Sambil Membuat Perahu
loading...
A
A
A
ACEH BESAR - Menjalankan usaha di daerah yang aman dengan infrastruktur lengkap, itu sudah biasa. Akan tetapi lain cerita jika membuka usaha di daerah pascakonflik bersenjata, hancur porak poranda karena tsunami, serta minimnya infrastruktur pendukung industri, tentunya ini penuh tantangan tersendiri.
Tidak hanya diperlukan sumber-sumber daya yang cakap, tetapi juga harus memahami sosio kultur masyarakat setempat. Seperti yang dialami oleh sejumlah industri (tambang) di Provinsi Aceh, tepatnya Aceh Barat. Dari banyak perusahaan yang mencoba beroperasi di Aceh, PT Mifa Bersaudara membuktikan diri bisa bertahan dan terus tumbuh hingga saat ini.
Azizon Nurza, S.Pi, MM, MIPR, CPM Eksternal Relations, CSR and Corcomm Senior Manager PT Mifa Bersaudara membeberkan bagaimana tantangan serta terobosan yang dilakukan perusahaannya agar mendapatkan izin operasional dari masyarakat. Ia menuturkan dalam perjalanan awal usahanya, dimulai dengan pendekatan pada masyarakat. "Mifa mendekat, menyentuh dan membantu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di daerah operasi," Ujarnya.
Azizon menjelaskan, tahapan awal perusahaan beroperasi dan tugas Tim External Relations, CSR & Corporate Communication (ECC) adalah meyakinkan dan membuktikan sebagai partner yang bisa dipercaya masyarakat untuk mengubah taraf hidupnya.
"Ini langkah awal yang paling penting. Kita membuktikan bahwa kehadiran di tengah masyarakat, tidak akan merugikan tetapi memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dan ini Kami betul-betul buktikan. Karena masyarakat di daerah konflik berbeda dengan masyarakat lainnya, mereka butuh kepercayaan," Ungkapnya.
Tak heran, di awal berdiri ia merekrut Tim ECC dimana 90 persen adalah putra-putri Aceh. "Tim ini sangat tahu bagaimana masyarakat secara sosio cultur, sehingga akan mudah untuk menyosialisasikan program kami," katanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan, Mifa mendapat izin sosial dan diterima masyarakat. Pendeknya ungkap Azizon, di awal berdiri, diibaratkan seperti berlayar sambil membuat perahu.
"Di awal berdiri, sisi komunikasi menjadi ujung tombaknya. Melalui program CSR, Mifa hadir dan berinteraksi dengan masyarakat. Menyerap aspirasi dan memetakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," Jelasnya.
Aceh sendiri merupakan daerah investasi yang menantang, konflik yang telah terjadi sejak lama serta bencana tsunami yang telah melanda beberapa waktu lalu telah membuat perubahan tatanan sosial yang menjadi tantangan bagi setiap investasi yang ingin masuk ke Aceh.
"Perubahan tatanan sosial ini juga menjadi tantangan dalam kami menjalankan program CSR, maka oleh sebab itu dibutuhkan perencanaan yang matang sehingga setiap program yang dijalankan, sesuai kebutuhan masyarakat, berbasis potensi keunggulan daerah, mensupport kelancaran operasional dan tidak memicu masalah di kemudian hari,"Ungkapnya.
"Setelah kita petakan, ada 3 hal yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga Kami tawarkan menjadi program, yaitu peluang bekerja, peluang berusaha dan peluang bermitra, yang kesemuanya fokus kepada menjaga lingkungan hidup yang berkesinambungan”, tuturnya. Ketiga tawaran tersebut komit dijalankan oleh Mifa.
Untuk peluang kerja, 83 persen Karyawan Mifa adalah putra putri Aceh. Selain itu, Mifa juga menggandeng usaha-usaha lokal hingga memanfaatkan berbagai pasokan yang dibutuhkan dari masyarakat setempat, mulai dari pasokan makanan, sayur bahan industri dan lain-lain.
"Dengan langkah konkrit ini, pengangguran, keadaan ekonomi serta sosial masyarakat setempat, bisa teratasi, "paparnya. Dengan bukti-bukti yang disuguhkan tersebut, Mifa berhasil masuk di hati masyarakat.
Tingkatkan CSR
Program-program CSR Mifa untuk masyarakat, terus ditingkatkan. Azizon menyebut, ada 7 pilar CSR hasil kesepakatan bersama para tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, tokoh adat, dan beberapa stakeholder perusahaan lainnya.
Ketujuh pilar tersebut adalah Peningkatan Kesehatan masyarakat, Partisipasi Aktif dalam kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan melestarikan seni budaya daerah, Pendidikan dan pelatihan, pengembangan sarana desa, pengelolaan sumber daya berbasis lahan, kemitraan UMKM dan kewirausahaan, dan pelestarian lingkungan hidup dan konservasi keanekaragaman sumberdaya hayati.
Untuk peningkatan kesehatan, Mifa, berhasil berkontribusi untuk menurunkan angka mortalitas Ibu dan Anak. Mifa, yang memiliki klinik serta dokter tersendiri berkolaborasi dengan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pemeriksaan rutin, bagi ibu hamil dan anak-anak."Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya hidup sehat, Mifa juga menginisiasi berdirinya kampung sehat dan kampung siaga," ungkapnya.
Selain tanggung jawab sosial, alasan Kesehatan menjadi perhatian besar Mifa adalah sebagian besar SDM Mifa dialokasikan untuk masyarakat setempat. Sebelum dipekerjakan, mereka harus lolos tes medical cek up. Untuk itu, ungkap Azizon, agar lolos tes, mereka, benar-benar harus dijaga kesehatannya. "Dan Mifa, terpanggil untuk menjaga kesehatan mereka," tegasnya.
Lebih-lebih di masa pandemi Covid-19 ini, Mifa memastikan wilayah yang berada di daerah operasional dan sekitar daerah operasional yang berjumlah 18 Kampung tidak tertular Covid-19. Bahkan untuk menjaga pencegahan penularan Covid-19 ini, perusahaan mengeluarkan dana hingga Rp5 miliar.
"Kami melakukan edukasi tentang protokol kesehatan pada karyawan dan keluarga karyawan, menyediakan termogent, menyiapkan rapid, hand sanitizer hingga masker,"ungkapnya.
Bahkan jika ada salah satu keluarga yang terkena Covid-19, Mifa turun tangan untuk menyediakan berbagai kebutuhan logistik saat diisolasi mandiri. "Meski keluarga tersebut bukan salah satu karyawan, Kami tetap turun tangan. Kita memastikan, mereka dapat menjalani isolasi dengan baik, sehingga tidak menyebar ke keluarga lainnya," paparnya.
Dalam penjagaan lingkungan, ungkap Azizon, PT Mifa Bersaudara merupakan perusahaan pertambangan yang sangat komitmen dalam mengelola lingkungan. Hal ini terbukti dengan hasil pencapaian reklamasi dan revegetasi yang telah dilakukan sejak tahun 2016 hingga Oktober 2020 seluas 99,4 Ha. Untuk mencapai keberhasilan itu, PT Mifa terlebih dahulu melakukan kegiatan pembibitan dan persemaian di Taman Nursery.
“Tanaman yang sudah cukup kuat dan siap ditanami akan dipindahkan dari tempat persemaian ke area reklamasi dan revegetasi. Jenis tanamannya pun beragam seperti tanaman pioneer, perkebunan, buah-buahan, hingga tanaman local yang sudah langka seperti tanaman seumantok Aceh," Paparnya.
Dengan usaha, komitmen yang tegas serta dengan Strategi CSR-nya, menurut study yang diselenggarakan Universitas Syahkuala Aceh, dampak program CSR sangat positif bagi masyarakat. "Kami tentunya terus tingkatkan, dengan harapan kegiatan CSR ini dapat mendukung terus kelancaran kegiatan operasional perusahaan dan berdampak positif untuk masyarakat secara berkelanjutan seperti saat ini, " tutupnya. (Atik Untari)
Tidak hanya diperlukan sumber-sumber daya yang cakap, tetapi juga harus memahami sosio kultur masyarakat setempat. Seperti yang dialami oleh sejumlah industri (tambang) di Provinsi Aceh, tepatnya Aceh Barat. Dari banyak perusahaan yang mencoba beroperasi di Aceh, PT Mifa Bersaudara membuktikan diri bisa bertahan dan terus tumbuh hingga saat ini.
Azizon Nurza, S.Pi, MM, MIPR, CPM Eksternal Relations, CSR and Corcomm Senior Manager PT Mifa Bersaudara membeberkan bagaimana tantangan serta terobosan yang dilakukan perusahaannya agar mendapatkan izin operasional dari masyarakat. Ia menuturkan dalam perjalanan awal usahanya, dimulai dengan pendekatan pada masyarakat. "Mifa mendekat, menyentuh dan membantu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di daerah operasi," Ujarnya.
Azizon menjelaskan, tahapan awal perusahaan beroperasi dan tugas Tim External Relations, CSR & Corporate Communication (ECC) adalah meyakinkan dan membuktikan sebagai partner yang bisa dipercaya masyarakat untuk mengubah taraf hidupnya.
"Ini langkah awal yang paling penting. Kita membuktikan bahwa kehadiran di tengah masyarakat, tidak akan merugikan tetapi memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dan ini Kami betul-betul buktikan. Karena masyarakat di daerah konflik berbeda dengan masyarakat lainnya, mereka butuh kepercayaan," Ungkapnya.
Tak heran, di awal berdiri ia merekrut Tim ECC dimana 90 persen adalah putra-putri Aceh. "Tim ini sangat tahu bagaimana masyarakat secara sosio cultur, sehingga akan mudah untuk menyosialisasikan program kami," katanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan, Mifa mendapat izin sosial dan diterima masyarakat. Pendeknya ungkap Azizon, di awal berdiri, diibaratkan seperti berlayar sambil membuat perahu.
"Di awal berdiri, sisi komunikasi menjadi ujung tombaknya. Melalui program CSR, Mifa hadir dan berinteraksi dengan masyarakat. Menyerap aspirasi dan memetakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," Jelasnya.
Aceh sendiri merupakan daerah investasi yang menantang, konflik yang telah terjadi sejak lama serta bencana tsunami yang telah melanda beberapa waktu lalu telah membuat perubahan tatanan sosial yang menjadi tantangan bagi setiap investasi yang ingin masuk ke Aceh.
"Perubahan tatanan sosial ini juga menjadi tantangan dalam kami menjalankan program CSR, maka oleh sebab itu dibutuhkan perencanaan yang matang sehingga setiap program yang dijalankan, sesuai kebutuhan masyarakat, berbasis potensi keunggulan daerah, mensupport kelancaran operasional dan tidak memicu masalah di kemudian hari,"Ungkapnya.
"Setelah kita petakan, ada 3 hal yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga Kami tawarkan menjadi program, yaitu peluang bekerja, peluang berusaha dan peluang bermitra, yang kesemuanya fokus kepada menjaga lingkungan hidup yang berkesinambungan”, tuturnya. Ketiga tawaran tersebut komit dijalankan oleh Mifa.
Untuk peluang kerja, 83 persen Karyawan Mifa adalah putra putri Aceh. Selain itu, Mifa juga menggandeng usaha-usaha lokal hingga memanfaatkan berbagai pasokan yang dibutuhkan dari masyarakat setempat, mulai dari pasokan makanan, sayur bahan industri dan lain-lain.
"Dengan langkah konkrit ini, pengangguran, keadaan ekonomi serta sosial masyarakat setempat, bisa teratasi, "paparnya. Dengan bukti-bukti yang disuguhkan tersebut, Mifa berhasil masuk di hati masyarakat.
Tingkatkan CSR
Program-program CSR Mifa untuk masyarakat, terus ditingkatkan. Azizon menyebut, ada 7 pilar CSR hasil kesepakatan bersama para tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, tokoh adat, dan beberapa stakeholder perusahaan lainnya.
Ketujuh pilar tersebut adalah Peningkatan Kesehatan masyarakat, Partisipasi Aktif dalam kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan melestarikan seni budaya daerah, Pendidikan dan pelatihan, pengembangan sarana desa, pengelolaan sumber daya berbasis lahan, kemitraan UMKM dan kewirausahaan, dan pelestarian lingkungan hidup dan konservasi keanekaragaman sumberdaya hayati.
Untuk peningkatan kesehatan, Mifa, berhasil berkontribusi untuk menurunkan angka mortalitas Ibu dan Anak. Mifa, yang memiliki klinik serta dokter tersendiri berkolaborasi dengan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pemeriksaan rutin, bagi ibu hamil dan anak-anak."Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya hidup sehat, Mifa juga menginisiasi berdirinya kampung sehat dan kampung siaga," ungkapnya.
Selain tanggung jawab sosial, alasan Kesehatan menjadi perhatian besar Mifa adalah sebagian besar SDM Mifa dialokasikan untuk masyarakat setempat. Sebelum dipekerjakan, mereka harus lolos tes medical cek up. Untuk itu, ungkap Azizon, agar lolos tes, mereka, benar-benar harus dijaga kesehatannya. "Dan Mifa, terpanggil untuk menjaga kesehatan mereka," tegasnya.
Lebih-lebih di masa pandemi Covid-19 ini, Mifa memastikan wilayah yang berada di daerah operasional dan sekitar daerah operasional yang berjumlah 18 Kampung tidak tertular Covid-19. Bahkan untuk menjaga pencegahan penularan Covid-19 ini, perusahaan mengeluarkan dana hingga Rp5 miliar.
"Kami melakukan edukasi tentang protokol kesehatan pada karyawan dan keluarga karyawan, menyediakan termogent, menyiapkan rapid, hand sanitizer hingga masker,"ungkapnya.
Bahkan jika ada salah satu keluarga yang terkena Covid-19, Mifa turun tangan untuk menyediakan berbagai kebutuhan logistik saat diisolasi mandiri. "Meski keluarga tersebut bukan salah satu karyawan, Kami tetap turun tangan. Kita memastikan, mereka dapat menjalani isolasi dengan baik, sehingga tidak menyebar ke keluarga lainnya," paparnya.
Dalam penjagaan lingkungan, ungkap Azizon, PT Mifa Bersaudara merupakan perusahaan pertambangan yang sangat komitmen dalam mengelola lingkungan. Hal ini terbukti dengan hasil pencapaian reklamasi dan revegetasi yang telah dilakukan sejak tahun 2016 hingga Oktober 2020 seluas 99,4 Ha. Untuk mencapai keberhasilan itu, PT Mifa terlebih dahulu melakukan kegiatan pembibitan dan persemaian di Taman Nursery.
“Tanaman yang sudah cukup kuat dan siap ditanami akan dipindahkan dari tempat persemaian ke area reklamasi dan revegetasi. Jenis tanamannya pun beragam seperti tanaman pioneer, perkebunan, buah-buahan, hingga tanaman local yang sudah langka seperti tanaman seumantok Aceh," Paparnya.
Dengan usaha, komitmen yang tegas serta dengan Strategi CSR-nya, menurut study yang diselenggarakan Universitas Syahkuala Aceh, dampak program CSR sangat positif bagi masyarakat. "Kami tentunya terus tingkatkan, dengan harapan kegiatan CSR ini dapat mendukung terus kelancaran kegiatan operasional perusahaan dan berdampak positif untuk masyarakat secara berkelanjutan seperti saat ini, " tutupnya. (Atik Untari)
(atk)