Ekonomi Global Tahun Depan Masih Diselimuti Awan Gelap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan yang luar biasa besar pada perekonomian global, terparah setelah Perang Dunia Kedua. Kebijakan pemerintah di banyak negara yang melakukan pembatasan sosial, termasuk menutup pusat-pusat perbelanjaan dan menghentikan operasional beberapa moda transportasi, dan sikap masyarakat yang mengurangi kegiatan di luar rumah, mengakibatkan konsumsi masyarakat turun tajam.
Ekonom Senior CORE Indonesia Hendri Saparini menuturkan berhentinya kegiatan bisnis tidak hanya menurunkan pendapatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan.
"Pandemi juga telah mengakibatkan investasi dan kegiatan produksi melambat, baik akibat turunnya permintaan, berkurangnya partisipasi tenaga kerja, dan terganggunya supply chain," kata Hendri di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Meskipun demikian, lanjut dia, proses pemulihan ekonomi global mulai terjadi pada semester kedua setelah tingkat kepercayaan investor meningkat sejalan dengan bergeraknya kembali perekonomian pasca pelonggaran pembatasan sosial.
Perdagangan global yang mengalami tekanan pada semester pertama 2020, kembali mengalami rebound pada semester kedua, meskipun belum sekuat sebelum masa pandemi.
Meskipun demikian, perdagangan barang-barang yang berkaitan dengan penanganan pandemi, seperti produk alat-alat kesehatan dan farmasi dan produk-produk yang mendukung kegiatan bekerja dari rumah, seperti peralatan informasi dan telekomunikasi, justru tumbuh pesat.
Namun, pada kuartal ketiga, perdagangan global pada beberapa produk mulai mengalami rebound. Harga beberapa komoditas mulai merangkak naik sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan global.
Hendri mengungkapkan, perekonomian global pada tahun 2021 masih akan diselimuti awan ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 meskipun akan lebih rendah, sejalan dengan penemuan vaksin yang menjadi salah satu faktor yang dapat membantu menekan perkembangan pandemi tersebut.
"Hingga saat ini, prospek perkembangan kasus Covid-19 menunjukkan pergerakan yang masih sulit untuk ditebak," sebut dia. Negara-negara besar, seperti Spanyol, Inggris, Italia, dan Jerman, yang sebelumnya mampu menekan penyebaran pandemi tersebut, kini harus menghadapi gelombang kedua, dengan jumlah tambahan kasus harian yang jauh lebih besar.
( )
Di sisi lain, perekonomian global masih menghadapi serangkaian ketidakpastian dari sisi politik ekonomi. Joe Biden, yang menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, berpotensi mengubah pendekatan Amerika Serikat terhadap negara mitra dagang, meskipun perang dagang dengan Tiongkok dan beberapa negara lainnya tidak serta merta mereda dalam waktu cepat.
"Negosiasi Brexit yang belum menemui titik terang, berpeluang menghambat investasi dan arus perdagangan. Hal-hal tersebut membuat prospek pemulihan ekonomi tahun depan belum akan tumbuh secara signifikan," terang dia.
Ekonom Senior CORE Indonesia Hendri Saparini menuturkan berhentinya kegiatan bisnis tidak hanya menurunkan pendapatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan.
"Pandemi juga telah mengakibatkan investasi dan kegiatan produksi melambat, baik akibat turunnya permintaan, berkurangnya partisipasi tenaga kerja, dan terganggunya supply chain," kata Hendri di Jakarta, Sabtu (21/11/2020).
( )
Meskipun demikian, lanjut dia, proses pemulihan ekonomi global mulai terjadi pada semester kedua setelah tingkat kepercayaan investor meningkat sejalan dengan bergeraknya kembali perekonomian pasca pelonggaran pembatasan sosial.
Perdagangan global yang mengalami tekanan pada semester pertama 2020, kembali mengalami rebound pada semester kedua, meskipun belum sekuat sebelum masa pandemi.
Meskipun demikian, perdagangan barang-barang yang berkaitan dengan penanganan pandemi, seperti produk alat-alat kesehatan dan farmasi dan produk-produk yang mendukung kegiatan bekerja dari rumah, seperti peralatan informasi dan telekomunikasi, justru tumbuh pesat.
Namun, pada kuartal ketiga, perdagangan global pada beberapa produk mulai mengalami rebound. Harga beberapa komoditas mulai merangkak naik sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan global.
Hendri mengungkapkan, perekonomian global pada tahun 2021 masih akan diselimuti awan ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 meskipun akan lebih rendah, sejalan dengan penemuan vaksin yang menjadi salah satu faktor yang dapat membantu menekan perkembangan pandemi tersebut.
"Hingga saat ini, prospek perkembangan kasus Covid-19 menunjukkan pergerakan yang masih sulit untuk ditebak," sebut dia. Negara-negara besar, seperti Spanyol, Inggris, Italia, dan Jerman, yang sebelumnya mampu menekan penyebaran pandemi tersebut, kini harus menghadapi gelombang kedua, dengan jumlah tambahan kasus harian yang jauh lebih besar.
( )
Di sisi lain, perekonomian global masih menghadapi serangkaian ketidakpastian dari sisi politik ekonomi. Joe Biden, yang menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, berpotensi mengubah pendekatan Amerika Serikat terhadap negara mitra dagang, meskipun perang dagang dengan Tiongkok dan beberapa negara lainnya tidak serta merta mereda dalam waktu cepat.
"Negosiasi Brexit yang belum menemui titik terang, berpeluang menghambat investasi dan arus perdagangan. Hal-hal tersebut membuat prospek pemulihan ekonomi tahun depan belum akan tumbuh secara signifikan," terang dia.
(ind)