Konsumsi Turun Bukan Karena Orang Indonesia Miskin Lho, Tapi...
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom senior Indef Faisal Basri menyebut turunnya konsumsi bukan mencerminkan masyarakat Indonesia miskin. Konsumsi turun, kata dia, lantaran masyarakat berjaga-jaga.
Adapun, konsumsi masyarakat merupakan komponen utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Melemahnya konsumsi masyarakat menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional terpuruk.
(Baca Juga: Faisal Basri Sebut Ekonomi Baru Akan Positif di Kuartal II/2021) "Jadi kuncinya kendalikan, kendalikan (penularan virus). Itu akan secara otomatis membantu pertumbuhan ekonomi kembali positif," ujar Faisal Basri dalam diskusi secara virtual, Kamis (26/11/2020).
Tercatat, pada kuartal III/2020 konsumsi rumah tangga -4,04% atau turun sedikit dari posisi -5,52% pada kuartal II/2020. Bahkan, untuk konsumsi makanan dan minuman selain restoran juga masih -0,69% atau bergeser sedikit sekali pada kuartal II/2020 yang sebesar -0,73%.
Namun, Faisal meyakini, semua industri pengolahan non-migas akan mengalami pemulihan pada 2021, terutama di beberapa sektor manufaktur. "Hampir semua bisa tumbuh lebih tinggi, tapi yang penting adalah industri farmasi, baik untuk manusia dan hewan. Sehingga kita nanti ongkosnya turun, peternakan kita bagus, unggas kita juga bagus, karena ketergantungannya makin turun," tuturnya.
(Baca Juga: Libur Nataru, Mendag Optimistis Konsumsi Meningkat)
Industri lainnya yang tetap positif adalah industri makanan dan minuman. Sektor tersebut tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 karena produk industri tersebut merupakan barang konsumsi yang tetap dibutuhkan masyarakat. "Selanjutnya industri otomotif yang memang pada dasarnya sudah kuat dan tinggal menunggu waktu untuk pulih," tuturnya.
Adapun, konsumsi masyarakat merupakan komponen utama dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Melemahnya konsumsi masyarakat menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional terpuruk.
(Baca Juga: Faisal Basri Sebut Ekonomi Baru Akan Positif di Kuartal II/2021) "Jadi kuncinya kendalikan, kendalikan (penularan virus). Itu akan secara otomatis membantu pertumbuhan ekonomi kembali positif," ujar Faisal Basri dalam diskusi secara virtual, Kamis (26/11/2020).
Tercatat, pada kuartal III/2020 konsumsi rumah tangga -4,04% atau turun sedikit dari posisi -5,52% pada kuartal II/2020. Bahkan, untuk konsumsi makanan dan minuman selain restoran juga masih -0,69% atau bergeser sedikit sekali pada kuartal II/2020 yang sebesar -0,73%.
Namun, Faisal meyakini, semua industri pengolahan non-migas akan mengalami pemulihan pada 2021, terutama di beberapa sektor manufaktur. "Hampir semua bisa tumbuh lebih tinggi, tapi yang penting adalah industri farmasi, baik untuk manusia dan hewan. Sehingga kita nanti ongkosnya turun, peternakan kita bagus, unggas kita juga bagus, karena ketergantungannya makin turun," tuturnya.
(Baca Juga: Libur Nataru, Mendag Optimistis Konsumsi Meningkat)
Industri lainnya yang tetap positif adalah industri makanan dan minuman. Sektor tersebut tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19 karena produk industri tersebut merupakan barang konsumsi yang tetap dibutuhkan masyarakat. "Selanjutnya industri otomotif yang memang pada dasarnya sudah kuat dan tinggal menunggu waktu untuk pulih," tuturnya.
(fai)