Imbas Pandemi, Kinerja BUMN Terkontraksi hingga 60%
loading...
A
A
A
JAKARTA - ‘Badai’ pandemi virus corona (Covid-19) telah memorak-porandakan hampir seluruh industri di Tanah Air, tidak terkecuali perusahaan BUMN yang pendapatannya diprediksi merosot 60% dibandingkan kondisi normal.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui kinerja keuangan bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mengalami penurunan sebesar 40% akibat pandemi Covid-19 sepanjang 2020. (Baca: Jadikan Sifat Tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)
Erick mengatakan posisi bank BUMN tidak saja mengalami kontraksi keuangan, tetapi dalam kondisi pandemi Covid-19 anggota Bank Himbara seperti PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank BTN (Persero), PT Bank BRI (Persero), dan PT BNI (Persero) juga harus melakukan tugasnya untuk merealisasikan program restrukturisasi kredit bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan sejumlah sektor bisnis lainnya.
Bahkan, program restrukturisasi kredit akan terus dijalankan oleh Himbara. Di mana program ini menjadi bagian lain dari upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilakukan pemerintah.
“Pendapatan Bank Himbara 40% lebih kecil dari sebelumnya (2019). Dan, tentu, dibandingkan dengan bank swasta juga, saya mengambil posisi yang jelas bahwa BUMN di situ menjadi bagian dari restrukturisasi daripada UMKM dan lain-lainnya,” kata Erick, di Jakarta, kemarin.
Di lini bisnis BUMN lainnya, Erick memproyeksikan perbaikan kinerja BUMN mulai membaik. Pada 2021, Kementerian BUMN memperkirakan kinerja perseroan akan masih terkontraksi 30%. Namun, bila dibandingkan dengan tahun 2020, angka itu tercatat positif. Sebab, sepanjang tahun ini kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah turun hingga 60%. (Baca juga: Selama PJJ, Guru Mengaku Terkendala Jelaskan Materi Pelajaran ke Siswa)
Erick menyebut penurunan laba disebabkan 90% bisnis BUMN terdampak pandemi sehingga penurunan pendapatan dan laba dari BUMN juga sulit terelakkan. Selain itu, ketidakpastian kondisi perekonomian nasional juga turut memengaruhi kinerja perseroan.
“Karena Covid-19, kita ada perubahan roadmap sedikit. Secara ekonomi dan bidang usaha, pasti terkoreksi. Kalau kita lihat di tahun ini koreksinya sampai 60%. Tahun depan masih ada koreksi 30%,” katanya.
Erick mengatakan, kinerja keuangan perseroan negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional 2020 dan 2021. Hingga kuartal III/2020, pertumbuhan ekonomi masih tercatat minus. Meski begitu, secara kuartalan ekonomi dalam negeri mengalami pertumbuhan positif. (Baca juga: Covid-19 Bisa Sebabkan Gigi Penderita Tanggal)
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I/2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97%. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6%. Pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy). Sementara pada kuartal III, produk domestik bruto (PDB) Indonesia minus 3,49% (yoy).
Seperti diketahui, pemerintah menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada delapan BUMN senilai Rp37,38 triliun di 2021. Anggaran tersebut diambil dari total pembiayaan investasi di tahun depan yang mencapai Rp169,05 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, suntikan modal ini diharapkan dapat mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). “Kalau kita lihat dari sisi pembiayaan yang disalurkan dalam bentuk PMN di BUMN itu sebesar Rp37,38 triliun. Turun dari Rp51,13 triliun di 2020,” kata Menkeu Sri Mulyani, di Gedung DPR RI, Jakarta, belum lama ini. (Baca juga: Moeldoko Ungkap Sulitnya Menumpas Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora)
Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI) Toto Pranoto mengatakan suntikan dana ini diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi. “Contohnya saja Hutama Karya yang dapat sekitar Rp6,2 triliun untuk pembangunan proyek tol Sumatera dengan model padat karya. Ini bisa menumbuhkan ekonomi lokal karena merekrut banyak tenaga kerja sehingga ada multiplier effect-nya,” kata dia.
Selain itu, Toto mencontohkan, PMN ini bisa memulihkan para pelaku usaha mikro. Sebab, dalam PMN ini PT Jamkrindo dan PT Askrindo juga mendapatkan suntikan dana. “Kita tahu bahwa usaha mikro ini sangat terdampak. Dengan adanya penjaminan lebih luas ini diharapkan dapat membangkit sektor usaha mikro ini,” tandasnya. (Suparjo Ramalan)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui kinerja keuangan bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mengalami penurunan sebesar 40% akibat pandemi Covid-19 sepanjang 2020. (Baca: Jadikan Sifat Tawadhu sebagai Modal Kebahagiaan)
Erick mengatakan posisi bank BUMN tidak saja mengalami kontraksi keuangan, tetapi dalam kondisi pandemi Covid-19 anggota Bank Himbara seperti PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank BTN (Persero), PT Bank BRI (Persero), dan PT BNI (Persero) juga harus melakukan tugasnya untuk merealisasikan program restrukturisasi kredit bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan sejumlah sektor bisnis lainnya.
Bahkan, program restrukturisasi kredit akan terus dijalankan oleh Himbara. Di mana program ini menjadi bagian lain dari upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dilakukan pemerintah.
“Pendapatan Bank Himbara 40% lebih kecil dari sebelumnya (2019). Dan, tentu, dibandingkan dengan bank swasta juga, saya mengambil posisi yang jelas bahwa BUMN di situ menjadi bagian dari restrukturisasi daripada UMKM dan lain-lainnya,” kata Erick, di Jakarta, kemarin.
Di lini bisnis BUMN lainnya, Erick memproyeksikan perbaikan kinerja BUMN mulai membaik. Pada 2021, Kementerian BUMN memperkirakan kinerja perseroan akan masih terkontraksi 30%. Namun, bila dibandingkan dengan tahun 2020, angka itu tercatat positif. Sebab, sepanjang tahun ini kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah turun hingga 60%. (Baca juga: Selama PJJ, Guru Mengaku Terkendala Jelaskan Materi Pelajaran ke Siswa)
Erick menyebut penurunan laba disebabkan 90% bisnis BUMN terdampak pandemi sehingga penurunan pendapatan dan laba dari BUMN juga sulit terelakkan. Selain itu, ketidakpastian kondisi perekonomian nasional juga turut memengaruhi kinerja perseroan.
“Karena Covid-19, kita ada perubahan roadmap sedikit. Secara ekonomi dan bidang usaha, pasti terkoreksi. Kalau kita lihat di tahun ini koreksinya sampai 60%. Tahun depan masih ada koreksi 30%,” katanya.
Erick mengatakan, kinerja keuangan perseroan negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional 2020 dan 2021. Hingga kuartal III/2020, pertumbuhan ekonomi masih tercatat minus. Meski begitu, secara kuartalan ekonomi dalam negeri mengalami pertumbuhan positif. (Baca juga: Covid-19 Bisa Sebabkan Gigi Penderita Tanggal)
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I/2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97%. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6%. Pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy). Sementara pada kuartal III, produk domestik bruto (PDB) Indonesia minus 3,49% (yoy).
Seperti diketahui, pemerintah menyuntikkan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada delapan BUMN senilai Rp37,38 triliun di 2021. Anggaran tersebut diambil dari total pembiayaan investasi di tahun depan yang mencapai Rp169,05 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, suntikan modal ini diharapkan dapat mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). “Kalau kita lihat dari sisi pembiayaan yang disalurkan dalam bentuk PMN di BUMN itu sebesar Rp37,38 triliun. Turun dari Rp51,13 triliun di 2020,” kata Menkeu Sri Mulyani, di Gedung DPR RI, Jakarta, belum lama ini. (Baca juga: Moeldoko Ungkap Sulitnya Menumpas Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora)
Pengamat BUMN dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB-UI) Toto Pranoto mengatakan suntikan dana ini diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi. “Contohnya saja Hutama Karya yang dapat sekitar Rp6,2 triliun untuk pembangunan proyek tol Sumatera dengan model padat karya. Ini bisa menumbuhkan ekonomi lokal karena merekrut banyak tenaga kerja sehingga ada multiplier effect-nya,” kata dia.
Selain itu, Toto mencontohkan, PMN ini bisa memulihkan para pelaku usaha mikro. Sebab, dalam PMN ini PT Jamkrindo dan PT Askrindo juga mendapatkan suntikan dana. “Kita tahu bahwa usaha mikro ini sangat terdampak. Dengan adanya penjaminan lebih luas ini diharapkan dapat membangkit sektor usaha mikro ini,” tandasnya. (Suparjo Ramalan)
(ysw)