"Upaya tersebut menggandeng lembaga geosains dunia. Hasilnya data yang ditawarkan Mesir diminati banyak investor yang tertarik," ujar Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Senin (14/12/2020).
(Baca Juga: RI Butuh Energi Besar untuk Jadi Negara Maju, Sri Mulyani Sentil Produksi Migas )
Hasil dari proses tersebut adalah penemuan giant field mencapai 40 trillion cubic feet (tcf) gas dan telah mulai produksi. "Mereka cepat melakukan reformasi dan survei 3D dengan masif lalu penemuan dan produksi. Proses efisien dan efektif ini yang ditunggu, investor butuh kecepatan," ujar Nanang.
Baca Juga:
Sementara di Kolombia, pihak investor menjadi target pemerintah. Pemerintahnya tidak memberlakukan special tax bagi para investor serta ada fleksibilitas perpajakan. Seperti pertimbangan variabel harga minyak serta kondisi geologi cadangan. Dalam kondisi harga minyak yang turun seperti saat ini, investor dapat tetap menjalankan bisnis dan investasi.
Lebih lanjut dia menerangkan, Mesir dan Kolombia menghargai kesucian kontrak karena tidak ada perubahan pasca kontrak diresmikan hingga selesai kontrak 30 tahun mendatang.
Dorongan para Kontraktor KKS untuk kembali menggeliatkan kembali kegiatan eksplorasi dan produksi migas sangat penting. Dengan adanya dorongan ini menunjukkan adanya semangat yang sama untuk memastikan bahwa industri migas Indonesia bisa bertahan di tengah ketidakpastian harga minyak dunia dan pandemi Covid-19.
Penerapan teknologi juga jadi salah satu poin penting di sektor hulu migas sehingga bisa lepas dari ketergantungan terhadap harga minyak dunia. Semakin baru teknologi yang digunakan akan menghasilkan efisiensi, yang membuat keekonomian menjadi semakin baik.