BUMN Syariah Incar Investor UEA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Merger tiga bank BUMN syariah yang diberi nama PT Bank Syariah Indonesia berencana memperluas pangsa pasarnya hingga ke wilayah Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.
Hal tersebut diwacanakan setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan kunjungan kerja ke Abu Dhabi dan Riyadh. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
Dalam kunjungan tersebut, keduanya sempat bertemu Yang Mulia Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi, dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, Khalid al-Falih, Menteri Investasi Arab Saudi, dan Ibrahim Abdulaziz al-Assaf, Menteri Keuangan Arab Saudi.
Menteri BUMN Erick menginginkan kerja sama investasi dan ekonomi dapat terwujud dengan partisipasi UEA dan Arab Saudi di Sovereign Wealth Fund (SWF) dan kerja sama di proyek-proyek BUMN antara lain Bank Syariah BUMN, investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, serta ketertarikan Indonesia dalam membangun Rumah Indonesia di Mekkah untuk jamaah umrah dan haji.
Penggabungan usaha PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) diyakini akan semakin memperkuat ekosistem industri dan perbankan syariah di Indonesia.
Ketua Project Management Office Integrasi Hery Gunardi mengatakan, Bank Syariah Indonesia nantinya akan memiliki total aset Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah aset tersebut menempatkannya dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam lima tahun ke depan. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikui SNMPT 2021)
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dalam dua tahun ke depan diharapkan Bank Syariah Indonesia bisa masuk dalam kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV.
“Dengan aset yang besar, bank syariah hasil merger nantinya punya kapasitas daya saing yang tinggi. Dan, ini akan sangat membantu pertumbuhan share perbankan syariah yang saat ini masih rendah,” katanya, saat dihubungi terpisah.
Dengan bank syariah yang besar, diharapkan akan mampu menarik institusi pengelola dana Islam global untuk masuk ke Indonesia menanamkan dananya. “Peluang ini saya kira semakin besar seiring dengan pemerintah juga mendirikan lembaga pengelola investasi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia,” ungkap dia.
Di sisi lain, pemerintah bersama bank syariah hasil merger bisa menerbitkan sukuk global dengan dukungan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Menurut Piter, ini akan sangat menarik bagi investor global yang berorientasi kepada instrumen syariah. (Baca juga: 5 Makanan Asam yang Ampuh Menurunkan Berat Badan)
Hal tersebut diwacanakan setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan kunjungan kerja ke Abu Dhabi dan Riyadh. (Baca: Ketika Musibah Datang Sebagai Peringatan)
Dalam kunjungan tersebut, keduanya sempat bertemu Yang Mulia Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi, dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, Khalid al-Falih, Menteri Investasi Arab Saudi, dan Ibrahim Abdulaziz al-Assaf, Menteri Keuangan Arab Saudi.
Menteri BUMN Erick menginginkan kerja sama investasi dan ekonomi dapat terwujud dengan partisipasi UEA dan Arab Saudi di Sovereign Wealth Fund (SWF) dan kerja sama di proyek-proyek BUMN antara lain Bank Syariah BUMN, investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, serta ketertarikan Indonesia dalam membangun Rumah Indonesia di Mekkah untuk jamaah umrah dan haji.
Penggabungan usaha PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) diyakini akan semakin memperkuat ekosistem industri dan perbankan syariah di Indonesia.
Ketua Project Management Office Integrasi Hery Gunardi mengatakan, Bank Syariah Indonesia nantinya akan memiliki total aset Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah aset tersebut menempatkannya dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam lima tahun ke depan. (Baca juga: Begini Persyaratan Mengikui SNMPT 2021)
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dalam dua tahun ke depan diharapkan Bank Syariah Indonesia bisa masuk dalam kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV.
“Dengan aset yang besar, bank syariah hasil merger nantinya punya kapasitas daya saing yang tinggi. Dan, ini akan sangat membantu pertumbuhan share perbankan syariah yang saat ini masih rendah,” katanya, saat dihubungi terpisah.
Dengan bank syariah yang besar, diharapkan akan mampu menarik institusi pengelola dana Islam global untuk masuk ke Indonesia menanamkan dananya. “Peluang ini saya kira semakin besar seiring dengan pemerintah juga mendirikan lembaga pengelola investasi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia,” ungkap dia.
Di sisi lain, pemerintah bersama bank syariah hasil merger bisa menerbitkan sukuk global dengan dukungan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Menurut Piter, ini akan sangat menarik bagi investor global yang berorientasi kepada instrumen syariah. (Baca juga: 5 Makanan Asam yang Ampuh Menurunkan Berat Badan)