Dirut Cantik Ini Beberkan Strategi Energi dari 'Tahan' Menjadi 'Sangat Tahan'
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan perannya dalam menggerakkan perekonomian nasional . Salah satu peran yang bisa dimainkan adalah mengembangkan strategi untuk memenuhi energi nasional secara berkelanjutan dalam rangka mengurangi impor minyak dan gas.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan grand strategy energy nasional dikembangkan dari rencana pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional yang telah ditetapkan dari PP No. 79 Tahun 2014 mengenai kebijakan energi nasional. Saat ini, posisi Indonesia masih berada di score 6.57 atau status 'Tahan'. ( Baca juga:Wow! Ratusan Ribu Kendaraan Mulai Tinggalkan Jakarta )
“Ini menjadi tantangan agar kita tingkatkan lagi posisinya menjadi 'Sangat Tahan'. Inilah yang mendasari pemerintah untuk menyusun grand strategy energy nasional,” ujar Nicke dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (24/12/2020).
Lebih lanjut Nicke menguraikan, dengan visi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, maka tantangannya adalah meningkatkan produksi migas, menurunkan impor, baik minyak maupun LPG, serta membangun infrastruktur untuk migas dan electricity. Dari ketiga hal tersebut, pemerintah menyusun 11 program yang sebagian besar bertujuan menurunkan impor dan memaksimalkan dengan mengolah sumber daya alam yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
Sebagai BUMN di sektor Energi, Pertamina mendapat tanggung jawab menjalankan program tersebut dengan berupaya meningkatkan produksi crude 1 juta bopd dan akuisisi lapangan minyak luar negeri untuk kebutuhan kilang. Amanah ini harus dijalankan, saat ini kontribusi Pertamina sebesar 40%, tahun depan akan mencapai 60%, sehingga ini akan sangat dominan.
“Dengan peran sebagai BUMN untuk mendorong driver pertumbuhan energi nasional, maka investasi Pertamina ke depan tentu akan disesuaikan dengan grand strategy energi pemerintah ke depan. Kalau kita bicara tentang hulu energi, 60% investasi akan dilakukan di hulu energi,”imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, Pertamina juga meningkatkan kapasitas kilang, dalam rangka optimalisasi produk BBM dan memperbaiki kualitas BBM dan Naptha. Untuk mengantisipasi penurunan demand terhadap BBM, Pertamina mengintegrasikan kilang petrochemical, mengingat saat ini petrochemical masih impor 70%.
Lalu, dalam rangka menjawab era transisi energi, Pertamina akan mempercepat pemanfaatan pembangkit EBT (dominasi PLTS) dan meningkatkan produksi BBN (biodiesel atau biohidrokarbon). Menurutnya, transformasi energi ke depan ke arah new and renewable energi. Sesuai arahan pemerintah, Biodiesel merupakan salah satu yang akan terus dikembangkan ke depan sehingga kita bisa mengoptimalkan sawit yang berlimpah di Indonesia. ( Baca juga:Dilaporkan ke Bareskrim, Said Didu Hapus Cuitan dan Minta Maaf )
“Selain harus melakukan eksplorasi dari sisi migas, kita juga akan meningkatkan kontribusi dari bioenergy. Setelah biodiesel (B30) dan tahun depan akan masuk ke B40, Pertamina juga akan masuk ke biogasoline yang kebutuhannya cukup tinggi,” tegasnya.
Dari sisi gas, lanjut Nicke, Pertamina juga akan mengembangkan gasifikasi dari energi batu bara yang melimpah menjadi DME sehingga dapat mengkonversi LPG. Selain itu, Pertamina terus membangun dan menambah jaringan gas rumah tangga hingga mencapai 3 juta pelanggan. Sehingga masyarakat punya pilihan LPG, DME, Jargas, atau kompor listrik.
"Ini yang nantinya akan membuat perekonomian lebih berputar," tandasnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan grand strategy energy nasional dikembangkan dari rencana pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional yang telah ditetapkan dari PP No. 79 Tahun 2014 mengenai kebijakan energi nasional. Saat ini, posisi Indonesia masih berada di score 6.57 atau status 'Tahan'. ( Baca juga:Wow! Ratusan Ribu Kendaraan Mulai Tinggalkan Jakarta )
“Ini menjadi tantangan agar kita tingkatkan lagi posisinya menjadi 'Sangat Tahan'. Inilah yang mendasari pemerintah untuk menyusun grand strategy energy nasional,” ujar Nicke dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (24/12/2020).
Lebih lanjut Nicke menguraikan, dengan visi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, maka tantangannya adalah meningkatkan produksi migas, menurunkan impor, baik minyak maupun LPG, serta membangun infrastruktur untuk migas dan electricity. Dari ketiga hal tersebut, pemerintah menyusun 11 program yang sebagian besar bertujuan menurunkan impor dan memaksimalkan dengan mengolah sumber daya alam yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
Sebagai BUMN di sektor Energi, Pertamina mendapat tanggung jawab menjalankan program tersebut dengan berupaya meningkatkan produksi crude 1 juta bopd dan akuisisi lapangan minyak luar negeri untuk kebutuhan kilang. Amanah ini harus dijalankan, saat ini kontribusi Pertamina sebesar 40%, tahun depan akan mencapai 60%, sehingga ini akan sangat dominan.
“Dengan peran sebagai BUMN untuk mendorong driver pertumbuhan energi nasional, maka investasi Pertamina ke depan tentu akan disesuaikan dengan grand strategy energi pemerintah ke depan. Kalau kita bicara tentang hulu energi, 60% investasi akan dilakukan di hulu energi,”imbuh Nicke.
Nicke menambahkan, Pertamina juga meningkatkan kapasitas kilang, dalam rangka optimalisasi produk BBM dan memperbaiki kualitas BBM dan Naptha. Untuk mengantisipasi penurunan demand terhadap BBM, Pertamina mengintegrasikan kilang petrochemical, mengingat saat ini petrochemical masih impor 70%.
Lalu, dalam rangka menjawab era transisi energi, Pertamina akan mempercepat pemanfaatan pembangkit EBT (dominasi PLTS) dan meningkatkan produksi BBN (biodiesel atau biohidrokarbon). Menurutnya, transformasi energi ke depan ke arah new and renewable energi. Sesuai arahan pemerintah, Biodiesel merupakan salah satu yang akan terus dikembangkan ke depan sehingga kita bisa mengoptimalkan sawit yang berlimpah di Indonesia. ( Baca juga:Dilaporkan ke Bareskrim, Said Didu Hapus Cuitan dan Minta Maaf )
“Selain harus melakukan eksplorasi dari sisi migas, kita juga akan meningkatkan kontribusi dari bioenergy. Setelah biodiesel (B30) dan tahun depan akan masuk ke B40, Pertamina juga akan masuk ke biogasoline yang kebutuhannya cukup tinggi,” tegasnya.
Dari sisi gas, lanjut Nicke, Pertamina juga akan mengembangkan gasifikasi dari energi batu bara yang melimpah menjadi DME sehingga dapat mengkonversi LPG. Selain itu, Pertamina terus membangun dan menambah jaringan gas rumah tangga hingga mencapai 3 juta pelanggan. Sehingga masyarakat punya pilihan LPG, DME, Jargas, atau kompor listrik.
"Ini yang nantinya akan membuat perekonomian lebih berputar," tandasnya.
(uka)