Ajib, WC Kawasan Wisata Bakal Digarap Serupa di Mal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menginginkan standar water closet (WC) atau toilet umum di kawasan wisata sama dengan di pusat perbelanjaan (mal). Standar itu untuk menjaga kenyamanan wisatawan.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menko Marves Odo Manuhutu menyebut, model toilet seperti di pusat perbelanjaan adalah standar di fasilitas toilet di negara-negara di dunia. Karena itu, Indonesia sebagai negara yang tengah fokus pada pengembangan industri pariwisata sudah seharusnya memiliki fasilitas serupa. ( Baca juga:Bahlil: Kalau Sayang Negara atau Daerah, Sampaikan Data yang Benar )
"Sama seperti jika kita melakukan kunjungan ke mal ada standar-standar tertentu yang kita peroleh. Harapannya hal tersebut juga diperoleh ketika kita datang ke Labuan Bajo. Jadi melihatnya lebih kepada upaya kita untuk meningkatkan kompetitif indeks kita," ujar dia Jumat (19/2/2021).
Karena itu upaya memberikan pelayanan yang paling terbaik bagi wisatawan, baik domestik dan internasional, menjadi fokus pemerintah. Penguatan fasilitas tersebut juga didasari pada data Travel and Tourism Competitive Index (TTCI).
Dari laporan TTCI, salah satu yang paling rendah yang diperoleh Indonesia adalah kualitas WC umumnya. Nilainya di bawah 4. Angka itu jauh di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Dan ketika kita hidup dalam suatu tatanan internasional antar-negara tentu saja kita tidak menutup kemungkinan bahwa mungkin ada yang lebih baik di luar Indonesia yang kita bisa contoh dan kemudian (kita) replikasi," katanya. ( Baca juga:Polda Metro Jaya Buka Layanan Hotline Kasus Mafia Tanah )
Pemerintah pun mengajak sejumlah perusahaan asing untuk mendorong perbaikan sarana prasarana toilet umum di kawasan destinasi wisata. Odo menegaskan, pemerintah membuka diri bagi partisipasi semua pihak. Khusus, Mister Loo, pemerintah menilai, perusahaan asing itu memiliki standar pembagunan toilet yang mumpuni sehingga ada upaya untuk diajak berpartisipasi.
"Mari kita gunakan standar yang terbaik sehingga wisatawan domestik atau internasional pada saat melakukan kunjungan ke spot-spot paling tidak memperoleh pelayanan yang prima," katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menko Marves Odo Manuhutu menyebut, model toilet seperti di pusat perbelanjaan adalah standar di fasilitas toilet di negara-negara di dunia. Karena itu, Indonesia sebagai negara yang tengah fokus pada pengembangan industri pariwisata sudah seharusnya memiliki fasilitas serupa. ( Baca juga:Bahlil: Kalau Sayang Negara atau Daerah, Sampaikan Data yang Benar )
"Sama seperti jika kita melakukan kunjungan ke mal ada standar-standar tertentu yang kita peroleh. Harapannya hal tersebut juga diperoleh ketika kita datang ke Labuan Bajo. Jadi melihatnya lebih kepada upaya kita untuk meningkatkan kompetitif indeks kita," ujar dia Jumat (19/2/2021).
Karena itu upaya memberikan pelayanan yang paling terbaik bagi wisatawan, baik domestik dan internasional, menjadi fokus pemerintah. Penguatan fasilitas tersebut juga didasari pada data Travel and Tourism Competitive Index (TTCI).
Dari laporan TTCI, salah satu yang paling rendah yang diperoleh Indonesia adalah kualitas WC umumnya. Nilainya di bawah 4. Angka itu jauh di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Dan ketika kita hidup dalam suatu tatanan internasional antar-negara tentu saja kita tidak menutup kemungkinan bahwa mungkin ada yang lebih baik di luar Indonesia yang kita bisa contoh dan kemudian (kita) replikasi," katanya. ( Baca juga:Polda Metro Jaya Buka Layanan Hotline Kasus Mafia Tanah )
Pemerintah pun mengajak sejumlah perusahaan asing untuk mendorong perbaikan sarana prasarana toilet umum di kawasan destinasi wisata. Odo menegaskan, pemerintah membuka diri bagi partisipasi semua pihak. Khusus, Mister Loo, pemerintah menilai, perusahaan asing itu memiliki standar pembagunan toilet yang mumpuni sehingga ada upaya untuk diajak berpartisipasi.
"Mari kita gunakan standar yang terbaik sehingga wisatawan domestik atau internasional pada saat melakukan kunjungan ke spot-spot paling tidak memperoleh pelayanan yang prima," katanya.
(uka)