Cerita WNI di Australia Dapat BLT Subsidi Gaji Rp15 Juta per Dua Minggu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Australia memberikan tunjangan uang bagi permanent resident (PR) dan warganegara Australia, lewat skema JobKeeper dan JobSeeker. Sejumlah warga Indonesia di Australia yang memenuhi syarat menceritakan seberapa membantu tunjangan tersebut.
Natalia Nuyerepon, perempuan asal Jawa Timur, saat ini bekerja penuh waktu di restoran Hog's Breath Cafe, di Mildura, sebuah kota di Victoria yang berjarak 550 km dari Melbourne. Terhitung tanggal 23 Maret 2020 lalu, semua restoran, kafe, bar, dan pub harus menutup layanan 'dine-in' atau makan di tempat dan hanya menyediakan take away dan delivery. Namun, cabang restoran tempat ia bekerja harus ditutup sehingga mempengaruhi pekerjaannya sebagai koki.
"Di bulan Maret 2020 itu kami semuanya kena stood down (diberhentikan). Jadi tidak ada kerja dan tidak ada pemasukan. Semua ditutup dan kami tidak mengerti nasib saat itu," kata dia seperti dikutip dari ABC News, di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
"Untuk lokasi Mildura, karena populasi penduduk tidak terlalu tinggi seperti Melbourne, jadi (restoran Hog's Breath) kurang pemasukan untuk membayar karyawan dan sebagainya," imbuhnya.
Akhirnya, Natalia harus mengakses subsidi JobSeeker yang tersedia bagi permanent resident dan warganegara Australia. Selama sebulan menunggu tunjangan disetujui dan masuk ke rekeningnya, ia dan suaminya harus hidup dengan sisa tabungan. JobSeeker memberikan pendapatan sebesar AU$1.100 (Rp11,5 juta) per dua minggu, (belum dipotong pajak). Jadi saya mendapatkan AU$654 (Rp6,8 juta) per minggu," katanya.
Kemudian setelah Pemerintah Australia mengeluarkan tunjangan JobKeeper, Natalia mendaftar dan beralih ke bantuan subsidi ini yang bernilai AU$1.500 (Rp15,6 juta) per dua minggu sebelum pajak. Meski nilainya jauh lebih kecil dari pendapatan mingguannya sebelum pandemi, Natalia mengatakan 'JobKeeper' saat ini masih membantu. "Saya berusaha mencukupkan, karena banyak yang berubah dari pendapatan hampir seribu atau seribu lebih (per minggu) langsung (turun) drastis," kata Natalia.
"Kembali lagi ke lifestyle (gaya hidup) dan bagaimana kita hidup untuk cukup di sini. Itu intinya. Jadi ini membantu, paling tidak, daripada 'nothing' (tidak sama sekali)," kata Yuanita yang tinggal di Melbourne.
"Selalu dapat AU$1.300 (Rp13,5 juta) terus, walau jam kerjanya cuma sedikit. Kadang tidak ada, seminggu sekali. Tapi itu cukup menguntungkan buat kaminya," ungkap dia.
Dengan uang tersebut, perempuan yang berasal dari Mojokerto ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Untuk kebutuhan sehari-hari, buat hidup, bayar sewa begitu lebih dari cukup. Dengan standar hidup biasa, (nilai bantuan subsidi ini) masih lebih dari cukup," tuturnya.
Mengenai pemotongan jumlah uang JobSeeker yang akan efektif di bulan September, Yuanita merasa sedikit sedih, namun tetap bersyukur. "Karena posisinya sudah dapat (uang) segini, lumayan lah ya ... tidak apa-apa," ujarnya yang mengaku melihat ada beberapa temannya asal Indonesia yang tidak memenuhi syarat mendapat tunjangan JobKeeper.
Natalia juga menyampaikan hal yang sama dan menurutnya hanya harus menyesuaikan dengan perubahan yang ada. "Kalau secara pribadi, sebenarnya sedih juga, karena tidak dipotong saja sebenarnya kurang ya, apalagi dipotong," kata Natalia kepada Natasya Salim dari ABC News.
Natalia Nuyerepon, perempuan asal Jawa Timur, saat ini bekerja penuh waktu di restoran Hog's Breath Cafe, di Mildura, sebuah kota di Victoria yang berjarak 550 km dari Melbourne. Terhitung tanggal 23 Maret 2020 lalu, semua restoran, kafe, bar, dan pub harus menutup layanan 'dine-in' atau makan di tempat dan hanya menyediakan take away dan delivery. Namun, cabang restoran tempat ia bekerja harus ditutup sehingga mempengaruhi pekerjaannya sebagai koki.
"Di bulan Maret 2020 itu kami semuanya kena stood down (diberhentikan). Jadi tidak ada kerja dan tidak ada pemasukan. Semua ditutup dan kami tidak mengerti nasib saat itu," kata dia seperti dikutip dari ABC News, di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
"Untuk lokasi Mildura, karena populasi penduduk tidak terlalu tinggi seperti Melbourne, jadi (restoran Hog's Breath) kurang pemasukan untuk membayar karyawan dan sebagainya," imbuhnya.
Akhirnya, Natalia harus mengakses subsidi JobSeeker yang tersedia bagi permanent resident dan warganegara Australia. Selama sebulan menunggu tunjangan disetujui dan masuk ke rekeningnya, ia dan suaminya harus hidup dengan sisa tabungan. JobSeeker memberikan pendapatan sebesar AU$1.100 (Rp11,5 juta) per dua minggu, (belum dipotong pajak). Jadi saya mendapatkan AU$654 (Rp6,8 juta) per minggu," katanya.
Kemudian setelah Pemerintah Australia mengeluarkan tunjangan JobKeeper, Natalia mendaftar dan beralih ke bantuan subsidi ini yang bernilai AU$1.500 (Rp15,6 juta) per dua minggu sebelum pajak. Meski nilainya jauh lebih kecil dari pendapatan mingguannya sebelum pandemi, Natalia mengatakan 'JobKeeper' saat ini masih membantu. "Saya berusaha mencukupkan, karena banyak yang berubah dari pendapatan hampir seribu atau seribu lebih (per minggu) langsung (turun) drastis," kata Natalia.
"Kembali lagi ke lifestyle (gaya hidup) dan bagaimana kita hidup untuk cukup di sini. Itu intinya. Jadi ini membantu, paling tidak, daripada 'nothing' (tidak sama sekali)," kata Yuanita yang tinggal di Melbourne.
"Selalu dapat AU$1.300 (Rp13,5 juta) terus, walau jam kerjanya cuma sedikit. Kadang tidak ada, seminggu sekali. Tapi itu cukup menguntungkan buat kaminya," ungkap dia.
Dengan uang tersebut, perempuan yang berasal dari Mojokerto ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Untuk kebutuhan sehari-hari, buat hidup, bayar sewa begitu lebih dari cukup. Dengan standar hidup biasa, (nilai bantuan subsidi ini) masih lebih dari cukup," tuturnya.
Mengenai pemotongan jumlah uang JobSeeker yang akan efektif di bulan September, Yuanita merasa sedikit sedih, namun tetap bersyukur. "Karena posisinya sudah dapat (uang) segini, lumayan lah ya ... tidak apa-apa," ujarnya yang mengaku melihat ada beberapa temannya asal Indonesia yang tidak memenuhi syarat mendapat tunjangan JobKeeper.
Natalia juga menyampaikan hal yang sama dan menurutnya hanya harus menyesuaikan dengan perubahan yang ada. "Kalau secara pribadi, sebenarnya sedih juga, karena tidak dipotong saja sebenarnya kurang ya, apalagi dipotong," kata Natalia kepada Natasya Salim dari ABC News.
(nng)