Terang-Terangan, PLN Ikut Menjaga Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 Februari 2021 - 21:12 WIB
loading...
Terang-Terangan, PLN  Ikut Menjaga Ketahanan Pangan
PLN Bangun Jaringan Listrik Untuk Food Estate di Sumut
A A A
JAKARTA - Membangun lumbung pangaan baru alias food estate menjadi salah satu program utama pemerintah dalam mewujudkan kemandirian pangan. Awalnya food estate dibangun di Kalimantan. Kini Kementerian Pertanian akan mengembangkan konsep food estate ini di seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka itu, Selasa lalu (23/2/2021), Presiden Joko Widodo mengunjungi kesiapan pembangunan food estate seluas 5.0000 hektare (Ha) yang berada di Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Presiden Jokowi menjelaskan lumbung pangan dibangun di Sumba Tengah, karena di daerah ini angka kemiskinanya masih tinggi. Presiden mengatakan 34%, masyarakat di Sumba Tengah masih tergolong warga miskin. Di lahan food estate ini, akan ditanami padi seluas 3.000 Ha, dan 2.000 Ha lagi ditanami jagung.

Dalam membangun lumbung panagan baru tidak hanya dibutuhkan lahan yang luas. Sarana pendukung lainnya juga perlu mendapat perhatian, seperti pasokan kebutuhan listrik.

Sebagai BUMN yang diserahi tugas untuk memasok kebutuhan listrik masyarakat, PT PLN harus memastikan pasokan listrik ke kawasan food estate mencukupi dan andal. Misalnya saja, PLN telah memastikan pasokan listrik untuk food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terpenuhi.

Kepastian itu tercermin melalui pembangunan jaringan listrik dengan daya sebesar 850 kilo Volt Ampere (kVA) guna memasok listrik untuk kebutuhan lahan pertanian seluas 1.000 Ha.

Lumbung pangan yang berada di Sumut ini, merupakan salah satu pilot project dari program food estate nasional yang direncanakan rampung pada tahun 2021. Nantinya, pembangunan food estate di Sumut ini akan diadopsi provinsi lain untuk mewujudkan program kemandirian pangan nasional.


General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Utara M Irwansyah Putra mengatakan, untuk mendukung pembangunan food estate di Sumut ini, PLN membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 42,2 Kilometer Sirkuit (KMS) serta Jaringan Tegangan Rendah sepanjang 11,1 KMS.

Jaringan tersebut dibangun untuk menyuplai pasokan daya listrik sebesar 850 kVA. Selain itu, guna menambah kehandalan pasokan listrik, PLN juga membangun Gardu Hubung di Desa Pollung, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Menurut Irwansyah, pasokan daya sebesar 850 kVa ini merupakan tahap awal. Selanjutnya supply listrik ke kawasan food estate tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan. “ PLN akan menambah pasokan listrik, seiring dengan perkembangan jumlah pelanggan dan luas lahan food estate,” ujarnya.

Sistem bertani modern yang dikembangkan di food estate memang membutuhkan listrik. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian , Sarwo Edhy menjelaskan, konsep pertanian ke depan lebih fokus pada produksi dan produktivitas, biaya yang rendah, ekspansi pertanian serta mekanisasi dan penelitian (research).

Faktanya, penggunaan energi listrik untuk pertanian dapat menurunkan biaya sekitar 60% - 65%, dibanding menggunakan sumber energi lain seperti bensin (BBM). Untuk itu, menurut Sarwo Edhy, pihaknya telah menjalin sinergi dengan PLN untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan pertanian Indonesia. Itu artinya, memasuki usia yang ke-75, BUMN ini punya tugas baru, yakni ikut mewujudkan ketahanan pangan.


Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN, mendukung penuh upaya Kementerian Pertanian yang terus berupaya meningkatkan produktivitas dan nilai tambah bagi petani Indonesia. Hal itu, sejalan dengan program PLN di berbagai daerah yang difokuskan untuk sektor pertanian. " PLN dengan sistem kelistrikannya akan selalu hadir untuk meningkatkan produktivitas usaha tani," tuturnya.

Seperti diketahui, saat ini ketahanan pangn jadi fokus semua negara di dunia. Pasalnya, memasuki tahun 2021 dunia masih akan menghadapi Pandemi Covid 19. Meski vaksinasi sudah mulai dilakukan di berbagai negara di dunia, bukan berarti ancaman virus yang mematikan ini sirna seketika. Pandemi belum berakhir dan belum ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir.

Menghadapi itu semua, semua negara memperkuat kondisi di dalam negeri masing-masing. Salah satunya menjaga stok kesediaan pangan bagi masyarakatnya. Itu sebabnya, saat pandemi mulai merebak di Indonesia program ketahanan pangan mulai diintensifkan kembali.

Indonesia tidak bisa lagi bergantung kepada negara lain dalam menjaga stok bahan pangan di dalam negeri. Sebab, semua negara juga akan lebih memprioritaskan stok bahan pangan masing-masing. Sehingga negara-negara produsen utama pangan dunia akan mengurangi ekspor bahan pangannya ke negara-negara lain.

Di dalam negeri, potensi terganggunya stok bahan pangan bukan hanya karena pandemi saja. Fenomena alam La Nina, juga harus jadi perhatian bersama. Kehadiran La Nina ditandai dengan curah hujan tinggi yang menyebabkan bencana alam seperti banjir bandang, angin puting beliung, tanah longsor dan bencana lainnya.

Efisiensi Lebih Dari 90%

Bencana alam ini berpotensi merusak areal pertanian, sehingga mengancam gagal panen. Tidak hanya itu, bencana alam yang disebabkan oleh La Nina juga bisa memutus jalur distribusi pangan. Dalam menghadapi La Nina, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan mengingatkan seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk menyiapkan strategi ketahanan pangan. Pentingnya kesiapan pangan dilakukan agar masyarakat aman pada saat terjadinya bencana alam.


Keseriusan pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan diperlihatkan dalam penyusunan APBN 2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, salah satu program strategis yang termasuk dalam APBN 2021 akan difokuskan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Itu bisa dilakukan melalui dukungan pemulihan ekonomi dan revitalisasi sistem pangan nasional serta pengembangan food estate.

Pemerintah Pusat pun telah meminta semua kepala daerah lebih memperhatikan kondisi ketahanan pangan di daerahnya masing-masing. Terlebih lagi bagi daerah yang tergolong rawan ketahanan pangan.

Kontribusi PLN dalam mengaja ketahanan pangan mulai dirasakan petani. Para petani di Desa Golan, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, kini telah bisa menikmati listrik kolektif untuk mengoperasikan pompa air untuk mengairi sawah. Pompa ini memiliki total daya 175.000 Volt Ampere (VA) dan mampu digunakan untuk 50 pelanggan (petani).

Purwito, selaku Kepala Desa Golan mengapresiasi dukungan PLN terhadap usaha tani di desanya dengan menghadirkan pemasangan listrik kolektif pompa sawah. Menurutnya sebelum adanya aliran listrik, petani mengalami kesulitan mengalirkan air ke sawah.

Adanya listrik pompa sawah, membuat petani di Desa Golan lebih produktif. “Ini memudahkan kami mengairi sawah, tinggal menyalakan pompa. Tidak perlu mencari cara lain untuk mengalirkan air ke sawah,”kata Purwito.
Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Madiun, Daniel Lestianto menyatakan beroperasinya pompa sawah ini merupakan wujud dukungan PLN kepada petani agar mereka lebih produktif dan sejahtera hidupnya.

Penggunaan listrik untuk pompa sawah ini tidak hanya meningkatkan efisien biaya bagi petani, namun juga menciptakan kepastian pengairan sawah. Sekarang petani di Desa Golan sudah bisa panen padi tiap 3 bulan sekali. “Adanya kepastian panen ini, menunjukkan PLN ikut berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan,” ujar Daniel.

Bukan hanya Petani di Madiun saja yang merasakan manfaat kehadiran PLN di sawah. Para petani di Desa Bonto Masila, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, juga merasakan hal yang sama. Sejak kehadiran Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang dipasang PLN untuk menggantikan genset di persawahan Desa Bonto Masila, biaya oprasional pun jadi lebih irit.

PLN terus melakukan upaya peningkatan produktifitas bagi petani dengan menghadirkan sumber energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan. Salah satunya dengan melakukan pemasangan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) menggantikan genset di persawahan Desa Bonto Masila, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pemasangan SPLU dilakukan PLN untuk memudahkan petani dalam mengairi sawah (Pompanisasi). SPLU hadir sebagai salah satu usaha PLN untuk memberikan kemudahan pelayanan dan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat.

Hasyim, salah satu petani Desa Bonto Masila, menceritakan, Sebelum ada SPLU, selama 4 tahun, ia menggunakan genset untuk mengairi sawahnya. Kehadiran SPLU punya banyak manfaat. Diantaranya, membuat biaya operasional lebih efisien dibandingkan genset.

Saat menggunakan genset, Hasyim membutuhkan 100 liter BBM dengan biaya mencapai Rp 940.000 untuk mengalirkan air ke sawahnya. Saat ini, setelah SPLU beroperasi, ia dan petani lainnya hanya menggunakan listrik dengan daya 60 kWh saja untuk mengairi sawah. “Biayanya pun cukup hemat hanya sekitar Rp90 ribuan dengan daya 6600 VA,” ujar Hasyim. Menghemat biaya lebih dari 90%, penggunaan SPLU juga lebih bersih dan tidak bising di bandingkan menggunakan genset.

Jika PLN terang-terangan mendukung penuh usaha pertanian memang ada sebabnya. Menurut Bob Saril, karena saat pandemi, ketika sektor lain terpuruk, pertanian mampu tumbuh positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Kuartal IV secara year on year, sektor pertanian tumbuh 2,15%. Sementara sepanjang 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif 2,07%. “Ini menunjukkan sektor pertanian memang tangguh," ujar Bob.

Selain itu, pada masa pandemi Covid-19 bekerja di sektor pertanian jadi pilih utama masyarakat. Hal ini terlihat dari jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang meningkat 2,32% dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 38,2 juta jiwa atau 29,76% dari total penduduk Indonesia yang bekerja.

Dari indikator-indikator tersebut terlihat, saat pandemi, sektor pertanian jadi andalan untuk menggerakan roda perekonomian nasional. Kontribusi PLN ke sektor pertanian, bukan saja membuat Indonesia semakin terang, namun juga ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(eko)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2133 seconds (0.1#10.140)